Personifikasi. Personifikasi dan simile dalam terjemahan kitab durratun nashihin karya Achmad Sunarto: tinjauan balaghah

32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Mencermati data penelitian ini ditemukan beberapa jenis gaya bahasa antara lain personifikasi, dan gaya bahasa simile. Gaya bahasa tersebut ditinjau dari aspek balaghah yaitu sebagai berikut:

1. Personifikasi.

Berdasarkan data yang ada gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada kitab Durratun Nashihin selanjutnya di singkat DN1 sebagai berikut: Bersumber dari Jabir, dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda: 1 ٬ ٬ ٬ Artinya:”Apabila tiba malam terakhir dari bulan Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang menimpa umat Muhammad Saw. Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?” Jawab Rasul Saw: ”Perginya bulan Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang azab ditahan. 42 42 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, Jakarta: Bintang Terang 2007, h. 38. 33 Untuk menentukan terjemahan itu disebut personifikasi, apabila memenuhi tiga aspek yang dikemukakan oleh Syatibi, yaitu: i. Bukan digunakan pada tempat yang seharusnya. ii. Memiliki ALAQAH Æĉاý hubungan. iii. Memiliki QARINAH ÆĚĥàĉ penyebabindikator. 43 Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat {æđا ÈĎà ĖÀ Çاğ ïßأاğ „maka menangislah langit dan bumi‟, terjemahan seperti itu mengandung sebuah perumpamaan. Kata langit dalam bahasa Indonesia dirujuk sebagai nomina kata benda, kata langit dalam bahasa Indonesia dikategorikan sebagai ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya bulan, bintang, matahari, dan planet yang lain; di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung KBBI, 2008 : 784. Berdasarkan definisi itu langit adalah benda yang tidak sama dengan manusia yang dapat menangis, oleh karena itu kata langit digunakan bukan pada tempatnya. Dengan demikian, kata langit dikategorikan sebagai majaz áÀجĕ . Adanya hubungan kesamaan antara kata “langit” yang tertulis dengan kata “manusia”, yang dimaksud hubungan kesamaan ini disebut alaqah Æĉاý . Hubungan kesamaan antara “langit” dan “manusia” yaitu sama-sama bisa mengeluarkan air. Dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa: 43 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al- Qur’a Balaghah 1 Il u Baya , Jakarta: Adabia Press, 2012, h. 52. 34 Langit : {æđا ÇاĠĖ Manusia: 44 àêÄđا : ãÀęأ Ï äęإا Di sini kata “menangis” disebut qarinah ÆĚĥàĉ . Qarinah adalah kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya, yaitu: “langit menangis ”. Langit seolah-olah seperti manusia yang bisa mengeluarkan air mata pada kata ت ب dengan demikian, kalimat di atas kata ّس ا ما ضرأاو تاو diserupakan dengan manusia, musyabbah-bihnya manusia ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya yaitu ت ب sebagai personifikasi, qarinahnya ت ب kepada ّس ا تاوم ضرأاو. Terjemahan di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa personifikasi, dalam personifikasi terdapat unsur persamaan yang kuat antara satu objek dengan objek lain. Personifikasi di atas menggambarkan manusia pada bulan ramadhan itu diperlakukan oleh Tuhan sebagai makhluk istimewa, karena perbuatan manusia yang baik selalu diberikan pahala, dan perbuatan yang buruk selalu dimohonkan ampun. Pada akhir bulan ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Analisis berikutnya diberi tanda dengan angka 2. Diriwayatkan dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda: 2 44 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997, h. 664 43. 35 artinya: “Barangsiapa menghidupkan malam dari dua hari raya dan malam pertengahan bulan Sya‟ban, maka hatinya takkan mati pada saat hati-hati orang lain pada mati. 45 Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat ĘĦح ĜÄĒĉ ÈĖĥ Ĕđ ÁĠĒĊđا ÇĠĖÉ „ maka hatinya takkan mati pada saat hati-hati orang lain pada mati ‟. Merujuk kepada model analisis yang dikemukakan oleh Syatibi 2012 : 50 yang mengatakan bahwa adanya benda yang diperbandingkan kesamaannya tetapi tidak ditempatkan pada tempatnya, perumpamaan seperti ini digunakan sebagai analisis tipe satu. Kata hati yang diterjemahkan dari kata ب ق tidak digunakan sebagaimana mestinya, kata itu merupakan sebuah perumpamaan yang disebut majaz áÀجĕ . Adanya hubungan kesamaan antara kata hati dan manusia, yang dimaksud hubungan kesamaan ini disebut alaqah Æĉاý . Hubungan kesamaan antara kata hati dan manusia yaitu sama-sama bisa mati. Dalam KBBI “Hati” n sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian perasaan dsb: “Manusia” n makhluk yang berakal budi mampu menguasai makhluk lain; insan; orang; 46 Hati : ÂĒĉ ßÜîĕ : ÂĒĊđا ÂĒđا manusia : 47 àêÄđا : ãÀęأ Ï äęإا Di sini kata „mati‟ disebut qarinah ÆĚĥàĉ . Qarinah adalah kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya. Dalam kamus linguistik konsep 45 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, Jakarta: Bintang Terang 2007, h. 760. 46 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 487 877. 47 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997, h. 114 43. 36 ini disebut idiom, Kridalaksana 2008: 90. Dengan memahami qarinah atau idiom, hati manusia dapat diklasifikasikan dua jenis: 1. Baik hati „baik‟ 2. Besar hati „bangga‟ 3. Hati mati „jahat‟ Dengan demikian, kalimat di atas kata هب ق diserupakan seperti manusia, ada unsur yang disamakan dengan manusia yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya sebagai personifikasi, qarinahnya تمي kepada هب ق. Interpretasi personifikasi di atas menunjukkan bahwa umat Islam mempunyai dua jenis hari raya, yaitu hari raya I‟dul Adha dan hari raya I‟dul Fitri. Ada bulan yang disebut dalam terjemahan ini yaitu bulan Sya‟ban, dimana pada pertengahan bulan tersebut orang Islam harus menghidupkannya. Orang- orang yang melakukan ibadah pada tiga waktu itu, maka hatinya akan mendapat cahaya kebaikan. Analisis berkutnya diberi tanda angka 3. Dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: 3 ٬ Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta‟ala menciptakan sebuah tiang di hadapan Arsy. Maka, apabila seseorang mengucapkan:” Laa ilaaha illallaahu, Muhammadur Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta‟ala berfirman: “Diamlah, hai tiang.” Namun, tiang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa diam, sedang Engkau belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?” Maka 37 Allah Ta‟al berkata: “Sungguh, Aku telah mengampuninya.” Barulah ketika itu dia mau diam.” 48 Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat ÛĠĖþđا ďĠĊĦف „ namun tiang itu menjawab‟, Kata tiang digunakan bukan pada tempatnya karena “tiang” sebenarnya tidak bernyawa. Perumpamaan seperti ini digunakan sebagai analisis tipe 2, dengan demikian kata “tiang” dikategorikan sebagai majaz Àجĕ á . Adanya hubungan kesamaan antara kata “tiang” yang tertulis dengan kata “manusia” yang dimaksud dengan hubungan kesamaan ini disebut alaqah Æĉاý . Frase tiang itu menjawab mengindikasikan bahwa tiang bisa berbicara dengan Allah SWT, hubungan kesama an antara “tiang” dan “manusia” yaitu sama-sama cipataan Allah SWT. Namun, ada perbedaan dalam KBBI, dijelaskan bahwa: “Tiang n tonggak panjang dari bambu, besi, kayu, dsb. “Manusia n makhluk yang berakal budi mampu menguasai makhluk lain; insani; orang;. 49 Di sini ditunjukkan bahwa ada personifikasi yang digunakan yaitu tiang diumpamakan seperti manusia. Sementara dalam Al-Munawwir Arab-Indonesia, dijelaskan bahwa: Tongkat batang besi : Ï ÛĠĖþđا أ ÜĥÜحđا ÂĦةĉ : ÅÜĖý Manusia : àêÄđا : ãÀęأ Ï äęإا 50 48 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, Jakarta: Bintang Terang 2007, h. 598. 49 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1459 887. 50 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997, h. 970 43. 38 Selanjutnya kata “menjawab” disebut qarinah ÆĚĥàĉ . Qarinah adalah kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya yaitu “tiang diibaratkan manusia yang bisa berbicara”. Tiang seolah-olah seperti manusia yang bisa mengeluarkan suara pada kata و ي , dengan demikian kalimat di atas kata دومع ا diserupakan seperti manusia. Ada unsur yang disamakan dengan manusia yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya sebagai personifikasi, qarinahnya و ي kepada دومع ا . Personifikasi di atas memberikan gambaran betapa agungnya kalam ا Ĝđإ هÀđĠåß ÜĖحĕ هااإ sehingga tiang pun bisa bergoyang , dengan kalimat tersebut Allah SWT bisa mengampuni dosa-dosa bagi orang yang mengucapkannya. Dalam kalimat ini Allah menjelaskan bahwa Dia Tuhan yang maha esa, dan tidak ada Tuhan selain Dia, hanya Dia sajalah yang patut disembah. Kalimat ا ا đĜ ا ا ها ĕ ح Ė Ü ß å Ġ ď ها te rdiri atas nafyu “laa ilaaha” dan itsbat “illallah” keduanya tidak dapat dipisahkan. Artinya seorang muslim tidak boleh hanya melafadzkan nafyunya tanpa itsbat atau sebaliknya, hanya mengitsbatkan tanpa me-nafyikan kalimat ini merupakan kunci surga dan kunci dakwah para Rasul SAW. Analisis berikutnya diberi tanda dengan angka 4. Dari Ibnu Abbas dan dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib ra, bahwa keduanya mengatakan: Nabi Saw bersabda: 4 39 Artinya : “Apabila kulit seorang hamba menggigil karena takut kepada Allah Ta‟ala, maka gugurlah darinya dosa-dosa sebagaimana daun-daun rontok dari pohon yang telah kering.” 51 Personifikasi di atas terdapat pada kalimat ĜÃĠęÝ ĜĚý ÈطĊå ”maka gugurlah darinya dosa-dosa ”, merujuk kepada analisis yang dikemukakan oleh Syatibi 2012:50 yang mengatakan bahwa ada benda yang diperbandingkan kesamaannya tetapi tidak ditempatkan pada tempatnya, perumpamaan seperti ini digunakan sebagai analisis tipe 3. Kata dosa yang diterjemahkan dari kata بنذ tidak digunakan sebagaimana mestinya, kata itu merupakan sebuah perumpamaan yang disebut majaz áÀجĕ . Untuk membahas alaqah Æĉاý , di pastikan dalam terjemahan tersebut adanya hubungan kesamaan antara “dosa” yang tertulis dengan kata “daun”, yang dimaksud hubungan kesamaan ini disebut alaqah Æĉاý . Hubungan kesamaan antara “dosa” dan “daun” yaitu sama-sama bisa gugur. Dalam KBBI, dijelaskan bahwa: “Dosa” n 1 perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama; 2 Perbuatan salah. Daun n 1 bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting biasanya hijau sebagai alat bernapas dan mengolah zat makanan; 2 bagian barang yang tipis lebar; 3 bagian barang yang berhelai-helai. 52 Sementara dalam Al-Munawwir, dijelaskan bahwa: 51 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, Jakarta: Bintang Terang 2007, h. 884. 52 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 342 298 . 40 Dosa: {Þđا ę Â Ý Ï ę Ġ Á Daun : ğ ß ć ط ğ ß Àĉ - ğ ğ {ß ć ğا ğ ß ć {êđا ج à 53 Kata “gugur” disebut qarinah ÆĚĥàĉ . Qarinah adalah kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya yaitu “dosa diibaratkan daun yang bisa gugur pada kata تط س ‟‟, dengan demikian kalimat di atas kata بنذ diserupakan seperti manusia. Ada unsur yang disamakan dengan manusia yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya sebagai personifikasi, qarinahnya تط س kepada بنذ. 5 Artinya: Sedang menurut sebuah khabar:”Apabila Nampak hilal bulan Ramadhan, maka berteriaklah „Arsy, kursi, para malaikat dan lainnya dengan mengucapkan: “Beruntunglah umat Muhammad Saw. Dengan kemuliaan yang ada di si si Allah Ta‟ala untuk mereka, sedang matahari, bulan dan bintang- bintang, burung-burung di udara, ikan dalam air dan semua yang bernyawa di muka bumi, siang dan malam memohonkan ampun untuk mereka…”Dan berfirmanlah Allah kepada para malaikat:‟Berikanlah shalatmu dan tasbihmu pada bulan Ramadhan kepada umat Muhammad Saw .” 54 53 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997, h. 740, 452, 1553. 54 Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy, Durratun Nashihin, Jakarta: Bintang Terang 2007, h. 22. 41 Interpretasi personifikasi di atas terdapat pada kalimat {êđا ĔĞđ ÇàĆغÊåاğ äĖ ÂكاĠĎđاğ àĖĊđاğ “sedang matahari, bulan dan bintang-bintang memohonkan ampun untuk mereka ”, terjemahan seperti itu mengandung sebuah perumpamaan, perumpamaan seperti ini digunakan sebagai analisis tipe 4. Kata matahari, bulan dan bintang-bintang digunakan bukan pada tempatnya, dengan demikian kata- kata tersebut dikategorikan sebagai majaz áÀجĕ . Adanya hubungan kesamaan antara kata “matahari, bulan dan bintang-bintang” yang tertulis dengan kata ”manusia” yang dimaksud dengan hubungan kesamaan ini disebut alaqah Æĉاý . Hubungan kesamaan antara matahari, bulan dan bintang-bintang dengan manusia yaitu sama- sama ciptaan Allah Ta‟ala. Dalam KBBI “Matahari” n benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas pd bumi pd siang hari; “Bulan” n benda langit yg mengitari bumi, bersinar pd malam hari krn pantulan sinar matahari; “Bintang” n benda langit yg terdiri atas gas menyala spt matahari, terutama tampak pd malam hari;. 55 Sementara dalam Al-Munawwir, dijelaskan bahwa: Matahari : {êđا أا àÄĚđا : äĖ Ĕúý Bulan : ßÀĖĉأ Ï àĖĊđا Bintang, planet : ÂكاĠك Ï ÂكĠĎđا 56 Selanjutnya kata “memohonkan ampun” disebut qarinah ÆĚĥàĉ . Qarinah adalah kata yang menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya yaitu “matahari, bulan dan bintang- bintang”. Matahari, bulan dan bintang-bintang seolah-olah seperti 55 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 887, 219, 195. 56 Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1997, h. 740, 1155, 1240. 42 manusia yang bisa memohon ampun pada kata ترفغتساو , dengan demikian kalimat di atas kata ّش ا سم ٬ رم ا ٬ بكاو او diserupakan seperti manusia. Ada unsur yang disamakan dengan manusi yaitu ditiadakan dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya sebagai personifikasi, qarinahnya ترفغتساو kepada ّش ا سم ٬ رم ا ٬ بكاو او. Dalam terjemahan ini ada satu peristiwa yaitu peristiwa mengenai manusia-manusia di bumi yang mempunyai perilaku-perilaku shaleh dan baik menurut agama. Orang itu bisa saja bukan orang kaya, bukan orang miskin, dan juga bukan orang cacat. Yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Ta‟ala, sehingga dengan ibadahnya itu bisa menggerakan benda-benda langit menjadi benalu untuk memohon ampun. Sehingga muncullah gaya bahasa, dan gaya bahasa ini muncul dari peristiwa bulan Ramadhan karena matahari, bulan dan bintang-bintang bisa memohonkan ampun kepada Allah, itulah tanda terima kasih dari suatu kaum. Jadi di situlah ada komunikasi antara: Diumpamakan dapat bergerak seperti

2. Simile