13
Proses penerjemahan yang perlu diperhatikan adalah analisis teks asli, dan pemahaman makna atau pesan teks asli yang diungkapkan kembali ke dalam BSa
dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang sepadan dan wajar.
3. Syarat-syarat Penerjemah
Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat bergantung pada siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu
adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak mempunyai kebebasan seluas kebebasan yang dimiliki penulis aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya
mengungkapkan apa yang dikarang oleh penulis aslinya. Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan terjemahan
yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Seorang penerjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa
sasaran. b.
Seorang penerjemah harus memahami secara benar gaya bahasa dan karakteristik bahasa-bahasa yang diterjemahkan.
c. Penerjemahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran.
d. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tertentu.
16
4. Teknik Penerjemahan dan Gaya Bahasa
Selain memperhatikan jenis teks dalam arti fungsi dan maksud keseluruhannya, seorang penerjemah juga harus memperhatikan gaya bahasa
yang digunakan dalam TSu. Misalnya, dalam kalimat berikut si penyampai berita
16
Solihin Bunyamin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al- Qur’a Metode Granada Sistem
Delapan Jam, Jakarta: Pustaka Panji Mas 2003, h. 26.
14
memakai gaya resmi “bertenaga” dengan memanfaatkan aspek makna konotatif. Di sini penulis memakai kata-kata sifat yang mengundang emosi pembaca.
TSu III :
The non-aligned movement is determined to actively participate in all efforts towards a successful resulition of hotbeds of crises in the world, irrespective of
their historical or contemporary causes, ensuring that solutions are not imposed by outside power to the detriment of the interests of the parties direcly concerned.
Deklarasi KTT Non-Blok, Beograd Penggunaan katafrase yang berg
aris bawah menunjukkan gaya “bertenaga” tersebut. Bandingkan, misalnya, kalau kata-kata yang bergaris bawah tersebut
diganti dengan yang lebih netral, misalnya “is determined” diganti dengan “decides”, dan kata sifat atau adverbanya dibuang. Tentu gaya bahasanya akan
lain dan tidak se- “bertenaga” aslinya. Seorang penerjemah harus sejauh mungkin
memproduksi ciri-ciri teks TSu tersebut dalam terjemahannya. Contoh penerjemahan berikut tidak menunjukkan upaya reproduksi ini:
Teks TSa IIIa:
Gerakan Non-Blok merasa terpanggil untuk ikut serta dalam usaha meredakan ketegangan, dalam rangka mencari solusi atas setiap krisis yang terjadi di dunia
ini. Dalam usaha tersebut, Gerakan Non-Blok berupaya agar kekuatan luar tidak ikut campur.
Dapat dilihat di sini bahwa, terlepas dari masalah padanan pragmatik, versi TSa-
nya tidak sepadan dalam gaya bahasa tidak “bertenaga”, banyak memakai
15
aspek makna denotatif daripada konotatif, yaitu seperti penyampaian fakta biasa. Bandingkan dengan TSa IIIb berikut:
Teks TSa IIIb:
Gerakan Non-Blok berketetapan untuk secara aktif berperan serta dalam segala upaya pemecahan gemilang bagi permasalahan atau krisis di dunia, tanpa
memandang apakah penyebab historisnya lama atau baru, untuk menjamin bahwa pemecahan permasalahan tidak ditunggangi oleh pihak-pihak luar demi
kepentingan pihak-pihak yang terlibat secara langsung. Terlepas dari wajar-tidaknya penyampaian gramatikal melalui kalimat yang
panjang ini, TSa IIIb mengupayakan padanan gaya “bertenaga”. Upaya tersebut, misalnya, dapat dilihat dari penggunaan kata-
kata “berketetapan”, “pemecahan gemilang”, dan “ditunggangi”. Dengan demikian, penerjemah TSa IIIb
mengupayakan padanan yang relatif total, karena mempertimbangkan segi gaya bahasa dalam TSu III, di samping pemadanan lain.
17
5. Definisi Gaya Bahasa