Macam-macam Ajaran Kausalitas Tinjauan Kepustakaan

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman.

3. Macam-macam Ajaran Kausalitas

Ada beberapa ajaran kausalitas yang dapat dikelompokkan kedalam 3 teori besar, yaitu 8 Teori yang mengindividualisir, ialah teori yang dalam usahanya mencari faktor penyebab dari timbulnya suatu akibat dengan hanya melihat faktor-faktor yang ada atau terdapat pada suatu perbuatan dilakukan, dengan kata lain setelah peristiwa itu beserta akibatnya benar-benar terjadi secara konkrit post factum. Menurut teori ini setelah peristiwa terjadi, maka di antara sekian rangkaian faktor : 1. Teori Conditio sine qua non Menurut teori ini tidak membedakan mana faktor syarat dan mana faktor penyebab, segala sesuatu yang masih berkaitan dalam suatu peristiwa sehingga melahirkan suatu akibat adalah termasuk menjadi penyebabnya. Teori ini disebut juga dengan teori ekivakensi aquivekenz-theorie atau bedingungtheorie. Disebut dengan teori ekivalensi, oleh karena ajaran ini menilai semua faktor adalah sama pentingnya terhadap timbulnya suatu akibat. Disebut dengan bedingungstheorie oleh karena dalam ajaran ini tidak membedakan antara faktor syarat bedingung dan mana faktor penyebab causa. 2. Teori –teori yang Mengindividualisir 8 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002, h, 217-222. Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 yang terkait dalam peristiwa itu, tidak semuanya merupakan faktor penyebab. Faktor penyebab itu adalah hanya berupa faktor yang paling berperan atau dominan atau mempunyai andil yang paling kuat terhadap timbulnya suatu akibat, sedangkan faktor lain adalah dinilai sebagai faktor syarat saja bukan faktor penyebab. 3. Teori-teori yang menggeneralisir Teori yang menggeneralisir adalah teori yang dalam mencari sebab causa dari rangkaian faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan timbulnya akibat adalah melihat dan menilai pada faktor mana yang secara wajar dan menurut akal serta pengalaman pada umumnya dapat menimbulkan suatu akibat. Jadi mencari faktor penyebab dan menilainya tidak berdasarkan pada faktor setelah peristiwa terjadi beserta akibatnya, tetapi pada pengalaman pada umumnya menurut akal dan kewajaran manusia atau disebut secara abstracto, tidak secara inconcreto. Mengenai teori ini dikenal beberapa teori yang berbeda : a. Teori Adequat Subjektif Teori adequat subjektif dipelopori oleh J. Von Krie, yang menyatakan bahwafaktor penyebab adalah faktor yang menurut kejadian yang normal adalah adequat sebanding atau layak dengan akibat yang timbul, yang faktor mana deketahui atau disadari oleh sipembuat sebagai adequat untuk menimbulkan akibat tersebut. Jadi teori ini faktor subjektif atau sikap batin sebelum sipembuat berbuat adalah amat penting dalam menentukan adanya hubungan kausal, sikap batin mana berupa pengetahuan sadar bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 adalah adequat untuk menimbulkan akibat yang timbul, dan kelayakan ini harus didasarkan pada pengalaman manusia pada umumnya. b. Teori Adequat Objektif Pada ajaran objektif ini, tidak memperhatikan sikap batin sipembuat bebelum berbuat, akan tetapi faktor-faktor yang ada setelah post factum peristiwa senyatanya beserta akibat yang terjadi, yang dapat dipikirkan secara akal objektif faktor-faktor itu dapat menimbulkan akibat. Tentang bagaimana alam pikiransikap batin si pembuat sebelum ia berbuat tidaklah penting, melainkan bagaimana kenyataan objektif setelah peristiwa terjadi beserta akibatnya, apakah faktor tersebut menurut akal dapat dipikirkan untuk menimbulkan akibat. 4. Sebab Akibat Dalam Delik Material dan Formil Dari pembagian jenis-jenis delik, diperbedakan antara delik formil dan delik material. Delik formil ialah delik yang dianggap telah sempurna voltooid, asal saja seseorang telah melakukan tindakan yang dilarang atau tidak melakukan yang diharuskan dan mencocoki unsur-unsur dari pasal undang-undang hukum pidana. Dalam hubungannya dengan penyelesaian delik formil, kriterianya adalah pada perbuatan yang dilarang tersebut. Apabila perbuatan terlarang tersebut selesai dilakukan, maka selesai pulalah tindak pidana, tanpa melihat atau bergantung pada akibat dari perbuatan itu. Contohnya pencurian pada Pasal 362, apabila perbuatan mengambil selesai, maka pencurian itu selesai. Delik material adalah delik yang baru dianggap sempurna voltooid jika sudah nyata menimbulkan akibat tertentu disebut akibat terlarang. Terwujudnya tindak pidana material secara sempurna diperlukan 3 syarat yang esensial, yaitu : Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 1. terwujudnya tingkah laku; 2. terwujudnya akibat akibat konstitutif atau constitutief gervolg; 3. ada hubungan kausal causal verband antara terwujudnya tingkah laku dengan akibat konstitutif.

5. Ajaran Sebab Akibat dengan Delik Omisi