Hubungan Sebab akibat, Melawan Hukum dan Kesalahan

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 kesengajaan dolus atau kealpaan culpa. c. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf. Jika ketiga-tiga unsur ada maka orang yang melakukan perbuatan pidana bisa dinyatakan bersalah atau mempunyai pertanggungjawaban pidana, sehigga bisa dipidana. Dalam pada itu bahwa untuk adanya kesalahan dalam arti seluas- luasnya, pelaku harus dinyatakan terlebih dahulu bahwa perbuatannya bersifa melawan hukum. Jika hal ini tidak ada, artinya jika perbuatannya tidak melawan hukum maka tidak ada perlunya menetapkan kesalahan sipembuat. Sebaliknya, seseorang yang melakukan perbuatan yang melawan hukum tidak dengan sendirinya mempunyai kesalahan yang artinya tidak dengan sendirinya dapat dicela atas perbuatan itu. Maka untuk itu, dalam hal pemidanaan haruslah dipenuhi syarat-syarat pemidanaan yaitu berupa “dapat dipidananya perbuatan” dan “dapat dipidanya orangnya atau pembuatnya.

3. Hubungan Sebab akibat, Melawan Hukum dan Kesalahan

Hubungan sebab akibat, bersifat melawan hukum dan kesalahan dalam pembahasan suatu tindak pidana termasuk pertanggungjawaban pidana sangat erat hubungannya. Secara bersamaan sebab akibat, bersifat melawan hukum dan kesalahan sering dirumuskan sebagai bagian dari norma dalam suatu pasal tindak pidana. Dalam batasan defenisi tindak pidana juga mudah dilihat bahwa materi- materi tersebut terkandung di dalamnya. Perbuatan pidana secara mutlak harus termaktub unsur formal, yaitu Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 mencocoki rumusan undang-undang dan unsur material, yaitu bertentangan dengan dengan cita-cita mengenai pergaulan masyarakat atau dengan kata lain bersifat melawan hukum. Akan tetapi tidak semua orang yang perbuatannya menjadi salah satu faktor dalam suatu peristiwa yang melahirkan akibat terlarang harus bertanggung jawab atas timbulnya akibat itu, melainkan apabila pada diri sipembuat dalam mewujudkan tingkah lakunya itu terdapat unsur kesalahan baik dengan kesengajaan maupun kealpaan. Kesalahan adalah salah satu unsur yang selalu harus dianggap ada dalam suatu tindak pidana. Ada pengecualian terhadap beberapa tindak pidana fiskal pajak. Kesalahan shculd dalam bentuk kehendakniat atau dalam bentuk kealpaan dapat merupakan “pendorong” bagi seseorang untuk melakukan sesuatu, yang berarti jika dilihat dari sudut sebab-akibat, merupakan sebab mengapa ia melakukan perbuatan itu. Sedangkan apabila terajadi yang dikehendakinya itu merupakan akibat. Hubungan motif penyebab dengan tindakan adalah bahwa motif itu merupakan pendorong bagi pelaku untuk melakukan suatu tindakan. Hubungan tindakan dengan akibat adalah, bahwa akibat itu dalam beberapa hal merupakan perwujudan dari kehendak pelaku, sedangkan dalam hal lainnya, akibat itu adalah merupakan kelanjutan logis dari suatu tindakan yang merupakan sebab. Dan dapat juga dikatakan sebab akibat dari pelaku, dimana akibat yang berada diluar kehendak pelaku. Perumusan-perumusan delik sehubungan dengan motif, tindakan dan akibat, dilihat dari sudut ajaran sebab akibat terdapat perbedaan- perbedaan. Umumnya motif itu tidak dimasukkan sebagai unsur dalam perumusan Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 delik, walaupun ada kalanya motif itu dapat dirasakan sebagai juga merupakan sebab dari tindakan. Kenyataan dalam suatu perbuatan yang dilakukan seseorang adalah untuk menghendaki sesuatu yang menjadi tujuannya. Dan olehnya perbuatan tersebut mengetahui bahwa hal itu tidak dibenarkan oleh hukum atau bertentangan dengan hukum. Apabila penyebab yang terdekat itu merupakan sesuatu yang terdapat dalam hati pelaku, jelas adanya hubungan yang erat antara penyebab dengan kesalahan pelaku. Sedangkan apabila penyebab tersebut berupa suatu perbuatan maka perbuatantindakan itu adalah suatu larangan dengan kata lain perbuatan itu bertentangan dengan hukum. Dengan kata lain perbuatan yang bersifat melawan hukum adalah merupakan perwujudan dari gerak jasmaniah seseorang, sedangkan kesalahan tersebut merupakan kejiwaan pada orang yang bersangkutan yang mengomando gerak jasmaniah. Simon memberi batasan bahwa tindak pidana adalah suatu tindakan yang diancam pidana oleh undang-undang bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. Kemudian tindak pidanan yang dirumuskan dalam undang-undang di bagi dalam dua golongan unsur-unsur, yang tiap-tiap golongan tersebut dibagi lagi dalam unsur- unsur. Golongan pertama disebut sebagai unsur subjektif dan kedua sebagai unsur objektif. Unsur objektif terdapat di luar diri pelaku yang pada umumnya berupa tindakan yang dilarangdiharuskan, akibat dan keadaan-keadaan tertentu. Unsur subjektif terdapat atau melekat pada diri pelaku berupa kesalahan schuld dan kemampuan bertanggung jawab dari pelaku. Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 BAB III AJARAN SEBAB AKIBAT DALAM PRAKTEK HUKUM PIDANA

A. Peranan Hakim Dalam Pengambilan Keputusan Dihubungkan Dengan Ajaran Sebab Akibat