Pendapat Pompe Pendapat Roeslan Saleh

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 2 Bahwa pelaku mengetahui atau patut harus menduga bahwa kelakuannya itu bertentangan dengan hukum onrechtmatig. 3 Bahwa kelakuan itu dilakukan, bukan karena pengaruh dari sesuatu keadaan jiwa yang tidak normal Pasal 44 KUHP. 4 Bahwa kelakuan itu dilakukan, bukan karena pengaruh dari sesuatu keadaan daruratterpaksa. Atau dengan perkataan lain, ada terdapat kesalahan pada pelaku, jika 4 ciri-ciri tersebut ada padanya. Tetapi diutarakan juga bahwa tidak selamanya kesalahan itu dalam arti selengkapnya, harus menjadi unsur dari suatu tindak pidana.

c. Pendapat Pompe

Pompe dalam pembahasannya mengenai kesalahan, mengatakan bahwa dilihat dari kehendak, kesalahan itu merupakan bagian dari kehendak pelaku, sedangkan sifat melawan hukum weder-rechttelijkheid, merupakan bagian dari luar padanya. Artinya, kesalahan merupakan bagian kelakuan yang bertentangan dengan hukum yang seharusnya dapat dihindari vermijdbare wederrechtelijke gedraging, yaitu penggangguan ketertiban hukum yang seharusnya dapat dihindarkan. Sedangkan sifat melawan hukum, merupakan kelakuan yang bertentangan dengan hukum, untuk kelakuan mana yang dicela. Sejalan dengan kelanjutan pembahasan Pompe, Schreuder mengatakan bahwa untuk pengertian kesalahan menurut hukum pidana, menuntut adanya 3 ciri-ciri atau unsur-unsur yaitu : 1 Kelakuan yang bersifat melawan hukum. Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 2 Dolus atau culpa. 3 Kemampuan bertanggung jawa pelaku. Jika ketiga unsur ini terdapat barulah dapat mengatakan adanya “kesalahan- pidana”. Jadi bukan sekedar norma-norma hukum yang dilanggar, seperti misalnya yang terdapat dalam hukum perdata, yang untuk itu terdapat kesalahan yurudis yuridise-schuld. Kerena untuk pelanggaran hukum perdata, ia tidak akan dicela sesuai dengan pengertian yang terdapat dalam norma hukum pidana. Dalam penentuan kesalahan pidana, tidak dipersoalkan tentang norma- norma kesusialaan ethische normen. Walaupun pembuat undang-undang harus menghormati norma kesusilaan, tetapi ia berhak membuat peraturan yang wajib ditaati oleh setiap orang, walaupun akan bertentangan dengan kata hatinya. Misalnya peraturan-peraturan yang mewajibkan para tuna susila untuk melakukan operasinya di tempat-tempat yang telah ditentukan; kewajiban masuk ABRI; kewajiban melakukan perintah dinas dan lain sebagainya.

d. Pendapat Roeslan Saleh

Roeslan saleh yang berkesesuaian pendapatnya dengan Moeljatno mengatakan antara lain : “Perbuatan pidana dan pertanggungan jawab dalam pidana tidaklah hanya sekedar berhubungan dengan soal “strafbaar feit” belaka. Perbuatan pidana dan pertanggungan jawab pidana merupakan dua pengertian dasar hukum pidana 11 11 Roeslan Saleh, , Perbuatan Pidana dan Pertanggungan Jawab Pidana, Penerbit Aksara Baru, Jakarta, 1981, h. 115. . Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat Kausalitas Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe, 2008. USU Repository © 2009 Dilihat dari segi masyarakat, menunjukkan pandangan yang normatif mengenai kesalahan. Seperti diketahui mengenai kesalahan ini dulu orang berpandangan psychologisch. Demikian misalnya pandangan dari pembentuk Wvs. Tetapi kemudian pandangan ini ditinggalkan orang dan kemudian orang berpandangan normatif. Ada atau tidaknya kesalahan tidaklah ditentukan bagaimana dalam keadaan senyatanya batin dari pada terdakwa, tetapi bergantung pada bagaimanakah penilaian hukum mengenai keadaan batinnya itu, apakah dinilai ada ataukah tidak ada kesalahannya. Kemudian dapat disimpulkan bahwa kesalahan itu mempunyai unsur-unsur yaitu : 1 Kemampuan bertanggung jawab. 2 Kesengajaan atau kealpaan sebagai bentuk kesalahan, dan sebagai penilai dari hubungan batin dengan perbuatan pelaku. 3 Tidak adanya alasan pemaaf.

7. Pengertian Kesengajaan dolus