Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. 9. Tarebia 31,67 73,33 Jumlah Genus 1 2 4 4 1 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat genus makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 pada Stasiun I terdapat 1 genus yaitu Heptagenia, pada Stasiun II terdapat 2 genus yaitu Apella dan Macrobrachium. Sementara pada stasiun III ditemukan 4 Genus makrozoobenthos yang dapat hidup dan berkembang dengan baik yakni dari genus Goniobasis, Lyrodes, Palaemonetes dan Pyrgulopsis, pada Stasiun IV terdapat 4 genus yang dapat hidup dengan baik pada habitatnya yakni genus Heptagenia, Lyrodes, Palaemonetes dan Tarebia. Pada Stasiun V didapatkan 1 genus yakni Pomatiopsis. Hal ini disebabkan faktor abiotik pada masing-masing Stasiun dapat mendukung bagi kehidupan hewan-hewan tersebut selain itu terdapatnya suplai makanan yang cukup serta kemampuan berkompetisi dengan jenis yang lain. Suin 2002 menjelaskan, suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai dengan perkembangan suatu organisme apabila nilai KR 10 dan FK 25. Menurut Lock William 1981, suatu individu akan dapat hidup pada habitat yang mampu menyuplai kehidupannya, jika penyuplaian akan kebutuhan kehidupannya sedikit atau minim akan berakibat spesies tersebut tidak dapat mempertahankan kehidupannya.

4.1.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E

Makrozoobenthos Pada Setiap Stasiun Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan pada setiap Stasiun penelitian didapatkan Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E makrozoobenthos seperti terlihat pada Tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makrozoobenthos Pada Setiap Stasiun Penelitian. Indeks Stasiun I II III IV V Keanekaragaman H’ 1,64 2,42 2,08 1,97 0,58 Keseragaman E 0,56 0,92 0,81 0,72 0,28 Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. Pada Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman H’ yang didapatkan pada kelima Stasiun penelitian yakni berkisar antara 0,58 – 2,42. Indeks keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada Stasiun II yakni sebesar 2,42. Hal ini disebabkan pada Stasiun II jumlah individu tiap spesies relatif merata dibandingkan keempat Stasiun lainnya. Menurut Brower et al 1990, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Indeks Diversitas Shannon-Wienner H ’ yang terendah terdapat pada Stasiun V yakni sebesar 0,58. Rendahnya indeks keanekaragaman ini karena melimpahnya jumlah salah satu genus pada stasiun V. Menurut Odum 1994, keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dari tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenisnya dinilai rendah. Indeks Keseragaman E yang diperoleh dari kelima Stasiun penelitian berkisar 0,28 - 0,92. Indeks Ekuitabilitas yang tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 0,92 dan terendah pada Stasiun V sebesar 0,28. Pada Stasiun II jumlah spesies dari masing-masing genus yang diperoleh tidak ada yang mendominasi, hal ini menunjukkan bahwa pembagian jumlah individu pada Stasiun tersebut lebih merata dibandingkan dengan Stasiun penelitian yang lainnya. Sedangkan pada Stasiun V terdapat genus yang sedikit jumlahnya dan terdapat spesies yang jumlahnya mendominasi. Menurut Krebs 1985, Indeks Keseragaman E berkisar antara 0-1. Jika indeks keseragaman mendekati 0 berarti keseragamannya rendah karena adanya jenis yang mendominasi. Bila nilai mendekati 1, maka keseragaman tinggi dan Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. menggambarkan tidak ada jenis yang mendominasi sehingga pembagian jumlah individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata. 4.1.4 Indeks Similaritas IS Makrozoobenthos Pada Setiap Stasiun Penelitian di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Dari penelitian yang telah dilakukan pada setiap Stasiun penelitian didapatkan Indeks Similaritas IS makrozoobenthos seperti terlihat pada Tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Indeks Similaritas IS Makrozoobenthos Pada Setiap Stasiun Penelitian. Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Stasiun V Stasiun I - 62,50 64,51 36,36 30,76 Stasiun II 62,50 - 51,85 27,58 27,27 Stasiun III 64,51 51,85 - 42,85 47,61 Stasiun IV 36,36 27,58 42,85 - 34,78 Stasiun V 30,76 27,27 47,61 34,78 - Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa Indeks Similaritas makrozoobenthos antar stasiun penelitian memiliki nilai yang bervariasi. Indeks Similaritas yang tertinggi didapat antara Stasiun I dan Stasiun III sebesar 64,51 , sedangkan yang terendah didapat antara Stasiun II dan Stasiun V sebesar 27,27 . Tingkat kemiripan ini karena faktor-faktor lingkungan antara beberapa Stasiun hampir sama dan merata, dan sebaliknya ketidakmiripan jenis makrozoobenthos antar stasiun diduga karena faktor-faktor lingkungan antarstasiun yang tidak sama. Menurut Moss 1980, jika beberapa lokasi memiliki faktor-faktor lingkungan yang hampir sama, maka akan terdapat persamaan taksa antar lokasi-lokasi tersebut.

4.2 Parameter Abiotik