Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian

Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. Sedangkan nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran makrozoobenthos terendah ditemukan pada genus Heptagenia, Heterlimnius, dan Viviparus dengan nilai K sebesar 0,74 indm 2 , KR sebesar 0,63 , dan FK sebesar 6,67 . Rendahnya nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran genus tersebut disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan keberadaan hewan tersebut seperti kandungan oksigen yang rendah, dan BOD 5 yang tinggi lihat Tabel 4.6. Menurut Pennak 1978, Viviparus dapat hidup pada perairan yang memiliki kadar BOD 5 rendah dan kadandungan oksigen terlarut yang tinggi. Menurut McCafferty 1983, genus Heptagenia ditemukan pada perairan yang memiliki kandungan oksigen yang tinggi dan nilai BOD 5 yang rendah dan mempunyai habitat di permukaan batu besar. Menurut Pennak 1978, Heterlimnius dapat bertahan hidup pada kondisi perairan yang memiliki kandungan oksigen tinggi.

4.1.2 Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan nilai kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran makrozoobenthos yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian, seperti tertera pada Tabel 4.2 maka dapat dikelompokkan makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 seperti pada Tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Nilai KR 10 dan FK 25 dari Makrozoobenthos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian. No Genus Stasiun I II III IV V KR FK KR FK KR FK KR FK KR FK 1. Apella 12,90 26,66 2. Goniobasis 10,81 26,66 3. Heptagenia 58,28 60,00 16,29 60,00 4. Lyrodes 13,51 40,00 17,65 40,00 5. Macrobrachium 16,15 33,33 6. Palaemonetes 29,73 53,33 10,37 53,33 7. Pomatiopsis 86,71 93,33 8. Pyrgulopsis 13,51 26,66 Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. 9. Tarebia 31,67 73,33 Jumlah Genus 1 2 4 4 1 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat genus makrozoobenthos yang memiliki KR 10 dan FK 25 pada Stasiun I terdapat 1 genus yaitu Heptagenia, pada Stasiun II terdapat 2 genus yaitu Apella dan Macrobrachium. Sementara pada stasiun III ditemukan 4 Genus makrozoobenthos yang dapat hidup dan berkembang dengan baik yakni dari genus Goniobasis, Lyrodes, Palaemonetes dan Pyrgulopsis, pada Stasiun IV terdapat 4 genus yang dapat hidup dengan baik pada habitatnya yakni genus Heptagenia, Lyrodes, Palaemonetes dan Tarebia. Pada Stasiun V didapatkan 1 genus yakni Pomatiopsis. Hal ini disebabkan faktor abiotik pada masing-masing Stasiun dapat mendukung bagi kehidupan hewan-hewan tersebut selain itu terdapatnya suplai makanan yang cukup serta kemampuan berkompetisi dengan jenis yang lain. Suin 2002 menjelaskan, suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai dengan perkembangan suatu organisme apabila nilai KR 10 dan FK 25. Menurut Lock William 1981, suatu individu akan dapat hidup pada habitat yang mampu menyuplai kehidupannya, jika penyuplaian akan kebutuhan kehidupannya sedikit atau minim akan berakibat spesies tersebut tidak dapat mempertahankan kehidupannya.

4.1.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E