Kesimpulan Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. keanekaragaman makrozoobenthos. Barus 2004 menjelaskan, temperatur suatu perairan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan, dimana pada temperatur tinggi akan meningkatkan aktivitas respirasi organisme. Menurut hukum Vant Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10 C hanya pada kisaran tertentu saja akan meningkatkan aktivitas fisiologis respirasi organisme hingga 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan konsumsi oksigen akan meningkat, dilain pihak dengan meningkatnya temperatur maka kelarutan oksigen juga berkurang. Semakin tinggi arus maka akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dan semakin tinggi arus air maka kandungan CO 2 rendah Asdak, 1995. Kondisi perairan yang sangat asam ataupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan gangguan metabolisme dan respirasi Barus, 2004. Penetrasi cahaya, intensitas cahaya, COD, dan kandungan organik substrat memiliki hubungan yang rendah terhadap makrozoobenthos. Sastrawijaya 1991 menjelaskan, cahaya matahari tidak dapat tembus banyak, jika konsentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosisntesis di dalam perairan tersebut. Effendi 2003 menjelaskan, tinggi atau rendahnya nilai COD di suatu perairan berhubungan dengan nilai kelarutan oksigennya. Masing-masing spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan kandungan organik substrat Barnes Mann, 1994. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010. Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Makrozoobenthos yang didapatkan sebanyak 33 genus, terdiri dari 22 famili, 11 ordo, 5 kelas, dan 4 filum. b. Makrozoobenthos yang memiliki kepadatan tertinggi didapatkan dari genus Pomatiopsis sebesar 101,44 indm 2 pada Stasiun V, dan yang terendah masing- masing dengan nilai kepadatan sebesar 0,78 indm 2 didapatkan dari genus Anculosa, Lestes, Lioplax, Planaria, Psephenus, Pyrgulopsis, dan Stenelmis pada Stasiun I, genus Allocapnia, Argia, Hagenius, Progomphus, Stenelmis, dan Symphitophysche Stasiun II, genus Hagenius, Laccophilus, Sphaerium, dan Tarebia Stasiun III, genus Gillia, Pericoma, dan Physa Stasiun IV, dan genus Heptagenia, Heterlimnius, dan Viviparus Stasiun V. c. Indeks Keanekaragaman H’ tertinggi didapatkan pada Stasiun II sebesar 2,42 dan terendah didapatkan pada Stasiun V sebesar 0,58, dengan Indeks Keseragaman E tertinggi didapatkan pada Stasiun II sebesar 0,91 dan terendah didapatkan pada Stasiun V sebesar 0,28. Sedangkan Indeks Similaritas IS tertinggi didapatkan antara Stasiun I dengan Stasiun III sebesar 64,51 dan terendah antara Stasiun II dengan Stasiun V sebesar 27,27 . d. Dari hasil uji analisis korelasi Pearson didapatkan penetrasi cahaya, intensitas cahaya, DO, dan kejenuhan oksigen berkorelasi searah dengan makrozoobenthos. Sedangkan temperatur, kecepatan arus, pH, BOD 5 , COD, dan kandungan organik substrat berkorelasi berlawanan terhadap keanekaragaman makrozoobenthos. Keadaan ini menyebabkan kecepatan arus, pH, DO, dan kejenuhan oksigen berkorelasi kuat, BOD 5 berkorelasi sedang, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, COD, dan kandungan organik substrat berkorelasi rendah.

5.2 Saran