Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010.
COD, jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat. Makin banyak kalium bikromat yang
dipakai untuk reaksi oksidasi, berarti semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan.
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan organik substrat pada kelima Stasiun penelitian berbeda. Kandungan organik substrat
yang paling tinggi terdapat pada Stasiun III yakni 6,07 dan
terendah terdapat pada Stasiun II sebesar 0,04 . Secara keseluruhan nilai kandungan organik substrat yang didapatkan dari
kelima Stasiun penelitian tergolong sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Djaenuddin et al 1994 menjelaskan, kriteria tinggi rendahnya kandungan organik
substrat atau tanah berdasarkan persentase adalah sebagai berikut : 1 = sangat
rendah; 1 - 2 = rendah; 2,01 - 3 = sedang; 3 - 5 = tinggi; 5,01 =
sangat tinggi.
Substrat dasar suatu perairan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan hewan makrozoobenthos yaitu sebagai habitat hewan tersebut. Masing-masing spesies
mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan kandungan bahan organik sustrat Barnes Mann, 1994. Dan dengan adanya perbedaan jenis
substrat dasar juga menyebabkan perbedaan jenis makrozoobentos yang didapatkan pada masing-masing stasiun penelitian. Kehadiran spesies dalam suatu komunitas
zoobentos didukung oleh kandungan organik yang tinggi, akan tetapi belum tentu menjamin kelimpahan zoobentos tersebut, karena tipe substrat ikut menentukan
Welch, 1952.
4.3 Analisis Korelasi Pearson Metode Komputerisasi SPSS Ver. 13.00
Nilai analisis korelasi pearson antara indeks keanekaragaman makrozoobenthos dengan faktor fisik kimia perairan yang didapatkan pada setiap Stasiun dapat dilihat
pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010.
Tabel 4.7 Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos dengan Faktor Fisik Kimia Perairan.
Korelasi Pearson
Temper atur
P. Cahaya
I.Cahaya K.
Arus pH
DO BOD
5
Kejenuhan Oksigen
COD K. O.
Substrat
H’ -0,653
0,333 0,353
-0,761 -0,675
0,766 -0,556
0,775 -0,399
-0,303
Keterangan : Nilai + = Arah Korelasi Searah
Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan
Dari Tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi Pearson antara indeks diversitas H’ berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan faktor
fisik kimia perairan. Penetrasi cahaya, intensitas cahaya, DO, dan kejenuhan oksigen memiliki nilai analisis korelasi positif +, dimana nilai positif + menunjukkan
hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia maka indeks keanekaragaman akan semakin besar pula. Sedangkan temperatur, kecepatan arus, pH, BOD
5
, COD dan kandungan organik substrat menunjukkan nilai analisis korelasi negatif -, dimana
nilai negatif - menunjukan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman H’, artinya semakin besar
nilai faktor fisik kimia perairan maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin
besar. Menurut Sokal James 1992, koefisien korelasi dapat berkisar dari +1 untuk hubungan positif sempurna, dan -1 untuk hubungan negatif sempurna.
Sugiono 2005 menjelaskan, koefisien korelasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, seperti terlihat pada Tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8 Nilai koefisien Korelasi. Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa temperatur, kecepatan arus, pH, DO, dan kejenuhan oksigen memiliki hubungan yang kuat terhadap
Tetty Rini Rebecca Siregar : Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Aliran Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2010.
keanekaragaman makrozoobenthos. Barus 2004 menjelaskan, temperatur suatu perairan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan,
dimana pada temperatur tinggi akan meningkatkan aktivitas respirasi organisme. Menurut hukum Vant Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10
C hanya pada kisaran tertentu saja akan meningkatkan aktivitas fisiologis respirasi organisme hingga 2-3
kali lipat. Akibat meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan konsumsi oksigen akan meningkat, dilain pihak dengan meningkatnya temperatur maka kelarutan
oksigen juga berkurang. Semakin tinggi arus maka akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dan semakin tinggi arus air maka kandungan CO
2
rendah Asdak, 1995. Kondisi perairan yang sangat asam ataupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan gangguan metabolisme dan respirasi Barus, 2004.
Penetrasi cahaya, intensitas cahaya, COD, dan kandungan organik substrat memiliki hubungan yang rendah terhadap makrozoobenthos. Sastrawijaya 1991
menjelaskan, cahaya matahari tidak dapat tembus banyak, jika konsentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosisntesis di
dalam perairan tersebut. Effendi 2003 menjelaskan, tinggi atau rendahnya nilai COD
di suatu perairan berhubungan dengan nilai kelarutan oksigennya. Masing-masing spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan
kandungan organik substrat Barnes Mann, 1994.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan