69
C. Koordinasi BPBD Kabupaten Karo dalam UpayaPenanggulangan
Bencana.
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas.
Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap
individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan maka
tujuan perusahaan tidak akan tecapai. BPBD sebagai instansi non-departemen dalam menjalankan ugas-tugasnya
mempunyai dua fungsi yaitu : 1.
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif, dan efisien.
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh. Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk
menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan- kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan
tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja
Ndraha, 2003:290. Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-
kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah departemen-departemen atau bidang-
Universitas Sumatera Utara
70
bidang fungsional pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif Handoko 2003:195.
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan 2006:85 berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan
jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Dari ulasan sebelumnya Atas wawancara dengan bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang ST Sub Bagian Program BPBD mengatakan :
“Dalam koordinasi penanggulangan bencana erupsi gunung sinabung ini BPBD mengacu pada beberapa undang-undang dan peraturan diantaranya:
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan penanggulangan bencana -
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008 Tentang Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana
- Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana No. 4
Tahun 2008 Tentang pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan
- Undang-undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.” Undang-undang di atas mengacu dalam mengkoordinasikan peran BPBD
dalam menanggulangi bencana. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan apenanggulangan Bencana
menjelaskan: Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang hidupsaling berdampingan dalamNegara Kesatuan Republik Indonesiasebagai
Universitas Sumatera Utara
71
cermin persatuan yang dapat dijadikan modal dasarpembangunan bagi tumbuh dan kembangnya bangsa Indonesiadalam menghadapi berbagai tantangan,
hambatan, dan ancamankehidupan yang semakin komplek.Persatuan yang terjalin selama ini harus selalu dijaga keutuhan dankelestariannya oleh seluruh komponen
warga negara Indonesia. Halini berarti bahwa setiap tantangan, hambatan, dan ancamanterhadap salah satu wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesiamerupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan wilayah
NegaraKesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari wilayahkepulauan
yang terletak diantara benua Asia dan Australia disampingmemiliki posisi strategis dalam jalur lalu lintas perdagangan duniajuga memiliki kerawanan
terhadap terjadinya bencana denganfrekuensi yang cukup tinggi, sehingga diperlukan penanggulanganbencana yang sistematis, terpadu dan
terkoordinasi.Dalam upaya penanganan bencana yang sistematis, terpadu, danterkoordinasi, Pemerintah telah mengesahkan dan mengundangkanUndang–
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana. Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memberi landasan hukum yang kuat bagi
penyelenggaraan penanggulanganbencana, baik bencana tingkat kabupatenkota, provinsi, maupuntingkat nasional. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentangPenanggulangan Bencana, sebagaimana tercantum dalam Pasal 4,bertujuan untuk antara lain :
1. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
Universitas Sumatera Utara
72
Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007memberikan keseimbangan perhatian dalam penyelenggaraanpenanggulangan bencana dari
semula cenderung pada pertolongandan pemberian bantuan kepada upaya-upaya penanganan sebelumterjadi bencana.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menetapkanperaturan pemerintah tentang penyelenggaraan penanggulanganbencana yang ruang lingkupnya
meliputi: a.
semua upaya penanggulangan bencana yang dilakukan pada saat prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana;
b. penitikberatan upaya-upaya yang bersifat preventif pada prabencana;
c. pemberian kemudahan akses bagi badan penanggulangan bencana
pada saat tanggap darurat; dan d.
pelaksanaan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pada pascabencana. Kemudian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008
Tentang Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana menjelaskan: Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadidi Indonesia
sangatlah beragam baik jenis maupun skalanyamagnitude. Di samping bencana alam Indonesia juga rawan terhadapbencana akibat ulah manusia. Hal ini
disebabkan karena faktor letakgeografis dan geologi serta demografi. Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia,harta
benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian hartabenda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dandiperlukan dana yang cukup besar
pula untuk pemulihannya.
Universitas Sumatera Utara
73
Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yangbersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harusdiselenggarakan secara
koordinatif, komprehensif, serentak, cepat,tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehinggamemerlukan koordinasi berbagai instansi terkait
dengan penekananpada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat. Seluruh sistem, pengaturan, organisasi, rencana dan program yangberkaitan
dengan hal-hal inilah yang disebut penanggulanganbencana. Agar menjadi efektif, penanggulangan bencana harusmelibatkan semua sektor, termasuk sektor non-
pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, melibatkan semua tingkatan masyarakat daritingkat nasional tertinggi sampai ke desa terkecil.
Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar,maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan,mitigasi, tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untukmelakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan danapenanggulangan bencana.Dengan telah disahkannya
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007tentang Penanggulangan Bencana, merupakan bukti satu langkahmaju dalam hal upaya Pemerintah dalam menangani
bencana. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 63 dan 69 ayat
4mengamanatkan perlunya menerbitkan peraturan pemerintah yangmengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata carapemberian dan besarnya
bantuan penanggulangan bencana. Untukmelaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintahtentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ini
mengaturbeberapa hal penting, antara lain sumber, alokasi,
Universitas Sumatera Utara
74
perencanaan,pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban padatahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana.
Terkait dengan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, BadanNasional Penanggulangan Bencana BNPB mengkoordinasikankegiatan
penyusunan rencana penggunaan dana penanggulanganbencana pada tahap prabencana dan pascabencana pada tingkatpusat, sementara pada tingkat daerah
koordinasi dilakukan olehBadan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD. Khusus anggaranpenanggulangan bencana untuk saat tanggap darurat
dialokasikanoleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPBN. Sedangkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan danasiap
pakai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penyimpangan
dalampelaksanaannya, kegiatan penyusunan rencana dan penggunaan danadan bantuan bencana harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkansesuai prinsip
akuntabilitas dan transparansi. Kegiatan pengawasandan laporan pertanggungjawaban
terhadap pengelolaan dana danbantuan bencana dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,BNPB, dan BPBD.Pengawasan
terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencanadilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat padasetiap tahapan bencana, agar tidak terjadi
penyimpangan dalampenggunaan dana penanggulangan bencana. Dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana menjelaskan pula: Alenia ke IV Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa
Pemerintah Negara KesatuanRepublik Indonesia melindungi segenap bangsa dan
Universitas Sumatera Utara
75
seluruh tumpah darahIndonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupanbangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,Sebagai implementasi dari amanat tersebut dilaksanakan pembangunannasional yang
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahterayang senantiasa memperhatikan hak atas penghidupan dan perlindungan bagisetiap warga
negaranya dalam kerangka Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas
danterletak digaris katulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan duasamudra dengan kondisi alam yang memiliki berbagai keunggulan,
namundipihak lain posisinya berada dalam wilayah yang memiliki kondisigeografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan
terhadapterjadinya bencana dengan frekwensi yang cukup tinggi, sehinggamemerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan
terkoordinasi.Potensi penyebab bencana diwilayah negara kesatuan Indonesia dapatdikelompokan dalam 3 tiga jenis bencana, yaitu bencana alam, bencananon
alam, dan bencana sosial. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusangunung
berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutanlahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah,kejadian luar biasa, dan
kejadian antariksabenda-benda angkasa.Bencana nonalam antara lain kebakaran hutanlahan yang disebabkanoleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan
konstruksiteknologi,dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatankeantariksaan.
Universitas Sumatera Utara
76
Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik social dalam masyarakat yang sering terjadi.Penanggulangan Bencana merupakan salah satu
bagian dari pembangunannasional yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum,pada saat maupun sesudah terjadinya bencana. Selama ini
masihdirasakan adanya kelemahan baik dalam pelaksanaan penanggulanganbencana maupun yang terkait dengan landasan hukumnya, karena
belumada undang-undang yang secara khusus menangani bencana. Mencermati hal-hal tersebut diatas dan dalam rangka memberikanlandasan
hukum yang kuat bagi penyelenggaraan penanggulanganbencana, disusunlah Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencanayang pada prinsipnya mengatur
tahapan bencana meliputi pra bencana,saat tanggap darurat dan pasca bencana.Materi muatan Undang-undang ini berisikan ketentuan-ketentuan
pokoksebagai berikut: 1.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. 2.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap darurat dilaksanakan sepenuhnya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Badan penanggulangan bencana tersebut terdiri dari unsur pengarah dan unsur pelaksana. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas dan fungsi antara lain pengkoordinasian
penyelenggaraan penanggulangan bencana secara terencana dan terpadu sesuai dengan kewenangannya.
Universitas Sumatera Utara
77
3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan
memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, mendapatkan perlindungan sosial,
mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalampenyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
4. Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memberikan
kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga internasional. 5.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana, karena masingmasing
tahapan mempunyai karakteristik penanganan yang berbeda. 6.
Pada saat tanggap darurat, kegiatan penanggulangan bencana selain didukung dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, juga disediakan dana siap pakai dengan pertanggungjawaban melalui mekanisme khusus.
7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan dana
penanggulangan bencana. 8.
Untuk menjamin ditaatinya undang-undang ini dan sekaligus memberikan efek jera terhadap para pihak, baik karena kelalaian maupun karena
kesengajaan sehingga menyebabkan terjadinya bencana yang menimbulkan kerugian, baik terhadap harta benda maupun matinya orang,
menghambat kemudahan akses dalam kegiatan penanggulangan bencana, dan penyalahgunaan pengelolaan sumber daya bantuan bencana dikenakan
Universitas Sumatera Utara
78
sanksi pidana, baik pidana penjara maupun pidana denda, dengan menerapkan pidana minimum dan maksimum.
Dengan materi muatan sebagaimana disebutkan diatas, Undang-Undang ini diharapkan dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dalampenyelenggaraan
penanggulangan bencana sehingga penyelenggaraanpenanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara terencana,terkoordinasi, dan terpadu.
Dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008 Tentang pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana,
membahas tentang inti koordinasi Penanggulangan Bencana. Dari wawancara kepada Bapak Benni lamhot Putra Sitanggang ST., “BPBD mengkoordinasi
Sebagai berikut: -
Pra Bencana -
Saat terjadi Bencana dan -
Pasca Sarjana.” Pembahasan tentang Pra Bencana di Koordinasi Oleh Bidang Pencegahan
dan Kesiap Siagaan. Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu dalam situasi tidak terjadi bencana dan dalam situasi terdapat potensi bencana.
1. Situasi Tidak Terjadi Bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak
menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidakterjadi bencana meliputi :
a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
Universitas Sumatera Utara
79
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
2. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiap siagaan,peringatan dini dan mitigasi bencana dalam penanggulanganbencana.
a. Kesiapsiagaan
b. Peringatan Dini
c. Mitigasi Bencana
Dalam wawancara informan Tambahan Ibu Rani Aurora mencakup bagian Mitigasi Bencana ialah “Membuat plank-plank tanda bahaya di daerah-daeraah
rawan bencana, membuat peta rawan bencana, mensosialisasikan dan mengenalkan potensi bahaya erupsi Gunung Siinabung kepada masyarakat
termasuk anak-anak, menjaga portal-portal daerah zona merah bekerja sama dengan TNI”.Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector
danmulti stakeholder,oleh karena itu fungsi BNPBBPBD adalah fungsikoordinasi.
Pembahasan Saat Tanggap Darurat dikoordinasi oleh Bidang Kedaruratan Dan Logistik Badan penanggulangan Bencana Daerah. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap daruratmeliputi:
Universitas Sumatera Utara
80
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,dan sumber
daya; 2.
penentuan status keadaan darurat bencana; 3.
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; 4.
pemenuhan kebutuhan dasar; 5.
perlindungan terhadap kelompok rentan; dan 6.
pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. Dalam Wawancara bersama meili Nita tentang koordinasi BPBD dalam
kedaruratan dan logistik “Biasa memberikan logistik untuk masayarakat yang berada di posko-posko pengungsian”. Dan Rani Aurora juga mengatakan
“Peranan BPBD adalah mencakup pemenuhan kebutuhan logistik pengungsi, kebutuhan transportasi anak sekolah pengungsi, dll”.
Pembahasan Tentang Pasca Bencana dikoordinasi oleh Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penaggulangan Bencana Daerah. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada tahap pasca bencanameliputi: 1.
Rehabilitasi dan 2.
Rekonstruksi. Rani Aurora Barus berpendapat koordinasi Bidang rehabilitasi dan
rekonstruksi adalah “Peranan BPBD adalah mencakup perbaikan rumah rusak yang diakibatkan erupsi Gunung Sinabung”. Sedangkan Meili Nita Berpendapat
tentang belum berjalannya Koordinasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi “Sampai saat ini belum terealisasi akan adanya Relokasi Mandiri untuk 4 desa yang
terdampak Gurukinayan, Kutatonggal, Berastepu, Gamber”.
Universitas Sumatera Utara
81
Dalam mengkoordinasi Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo mengkoordinasi dibantu oleh instansibadan
lain. Dari wawancara dari narasumber Bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang ST. dalam mengkoordinasi tempat pengungsian sebagai berikut :
“Untuk mengkoordinasi pembentukan tempat-tempat pengungsian, tim BPBD bekerja sama dengan instansi lain seperti tim kesehatan, dinas sosial, dari
koordinator posko, dan lain lain. Dengan menetukan tugas-tugas penting yang harus di kerjakan dan siaga di posko”. BPBD sangat terbantu oleh peran
masyarakat yang berpartisipasi dalam menanggulangi Bencana Erupsi Gunung Sinabung. Adapun tim yang membantu BPBD dalam menanggulangi Bencana
Erupsi adalah Tentara Negara Indonesia, Lembaga Non Government, masyarakat relawan dan pihak Swasta yang terlibat didalam Kemanusiaan.
Dalam Mengkoordinasi segala kegiatan penanggulangan bencana, BPBD memiliki aturan. Seperti halnya yang di paparkan Informan Kunci Bapak Benni
Lamhot Putra Sitanggang ST. tentang mengkoordinasi tempat-tempat pengungsian yang terpisah pisah. “Satuan Tugas Koordinator Logistik yang
memiliki gudang dengan memberi sumbangan kepada Koordinator Posko. Lalu membuat berita acara serah terima dalam penyerahan sumbangan tersebut.
Kemudian di input ke daftar inventaris logostik. Kemudian koordinator posko akan mencatat seluruh keperluan dan akan memberikan kepada pengungsi serta
membuat berita acara”. Agar terprosedur dan terkoordinasi makan seluruh rangkaian kegiatan posko di laporkan dan dibuat berita acara.
Dalam mengkoordinasi penaggulangan bencana, BPBD pasti memiliki kesulitan-kesulitan yang terjadi. Ibu Meili Nita mengatakan kesulitan umum yang
Universitas Sumatera Utara
82
dihadapi BPBD yaitu: “Evakuasi warga apabila ada yang terkena dampak Sinabung. Warga yang berdatangan ke kantor akibat apabila belum menerima
sewa lahan dan sewa rumah, dan menanyakan kapan terealisasi”. Dan Pendapat Ibu Rani Aurora yaitu: “Koordinasi dengan dinas-dinas terkait hingga sampai
saat ini masih menjadi masalah bagi BPBD Kab. Karo, membuat penanganan menjadi lambat serta Birokrasi dan administrasi juga membuat penanganan
menjadi lambat”. Seperti yang di sampaikan oleh Informan Kunci Bapak Benni Lamhot Putra
Sitanggang ST. yang menyampaikan kesulitan dalam menaggulangi Bencana Erupsi. “Sulitnya memprediksi kapan gunung sinabung akan berhenti
mengeluarkan awan panas, lahar dan aktivitas letusan lainnya.Sulitnya mencari lokasi yang akan di jadikan lahan relokasi bagi para pengungsi yang belum di
relokasi selanjutnya. Menyalurkan bantuan kepada seluruh korban erupsi secara merata . dan lain lain”. Memang Gunung Sinabung adalah gunung terkatif dari
2010 hingga saat ini 2016. Awan panas terjadi pada saat siang dan malam hari ketika ststus gunung meningkat. Sehingga BPBD sulit menentukan kapan akan
berhentinya aktivitas gunung api tersebut. Untuk relokasi tahap II juga belum terlaksana akibat belum ditemukannya lahan seperti yang dipaparkan Informan
Kunci di atas. Kemudian fungsi koordinasi yang kurang maksimal Ibu Rani Aurora Barus
Mengatakan “Pembentukan BPBD di Kabupaten Karo sangat terlambat, masih kurangnya tenaga-tenaga ahli di bidang kebencanaan, sehingga membuat fungsi
koordinasi tidak maksimal”. Sedangkan Ibu Meili Nita Juga sependapat dan mengatakan “Kesibukan BPBD Karo yang tidak menentu baik di kantor maupun
Universitas Sumatera Utara
83
di lapangangan, banyak kegiatan BPBD yang ingin dilakukan tapi waktunya bertabrakan sehingga kegiatan tidak terkooordinir”.
Masyarakat korban bencana erupsi Gunung Sinabung juga menginginkan yang terbaik buat mereka. Seperti cepatnya proses penanggulangan bencana,
jelasnya relokasi sebelumnya, dan uang bantuan sehari hari. Seperti yang kemukakan oleh informan Rani Aurora: “Agar BPBD dapat melakukan dan
mencegah korban jiwa jika terjadi bencana”. Meili Nita berpendapat keinginan masyarakat untuk bencana ini adalah “Uang”.
Demi mengurangi kekurangan-kekurangan BPBD, Bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang ST. mengemukakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh BPBD
Kabupaten Karo, yaitu : -
Perlunya penyusunan Perda tenda rencana Penanggulangan Bencana -
Perlunya SOP Komando Tanggap Darurat -
Perlunya Kantor dan Gudang Logistik yang representatif. Agar maksimalnya Koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
dalam upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung sinabung ini, Ibu Meili Nita memberikan sarannya dalam melakukan pekerjaan bidang penanggulangan yaitu:
- Pandai menempatkan situasi akan setiap datangnya bencana
- Siapa siaga 24 jam
- Bekerja sesuai bidang masing-masing
Ditambahkan lagi oleh Ibu Rani Aurora Barus,” Menambahkan tenaga ahli di dalam penanganan bencana”.
Dalam menanggulangi bencana, memang peran yang paling penting adalah Koordinasi. Karena adanya koordinasi, penanggulangan bencana bisa terencana,
Universitas Sumatera Utara
84
terprosedur dan tidak berbenturan. Untuk memaksimalkan upaya penanggulangan bencana, sebaiknya masyarakat bahu membahu membatu sesama kita yang
terkena bencana. Mengimplementasikan apa yang sudah di sosialiasikan oleh BBPD Kabupaten Karo.
Secara tupoksi koordinasi BPBD harus berada di atas dan memajukan fungsinya.BPBD bukan berperan sebagai Pelaksana melainkan sebagai perumusan
dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana serta pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana yang memiliki peran sentral dalam
manajemen penanggulangan bencana.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini, hasil penyajian data yang ada pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan fokus masalah yang ada dalam penelitian ini. Data-data
yang diperoleh selama penelitian di Kabupaten Karo seperti wawancara, pengamatan, studi dokumentasi berupa dokumen tertulis dan gambar yang terkait
dengan peranan badan penanggulangan bencana daerah Kabupaten Karo akan dianalisis sehingga didapat jawaban dari pokok masalah penelitian.
A. Analisis fungsi perumusan dan penetapan Kebijakan Penanggulangan