36
Tabel 2 Perkembangan jumlah penduduk menurut kecamatan tahun 2000,2010,
2012, 2013
Kecamatan Tahun
2000 2010
2012 2013
01
Mardingding 13 488
17 062 17 445
17 648
02
Laubaleng 14 268
17 713 18 110
18 359
03
Tigabinanga 16 795
19 900 20 346
20 626
04
Juhar 13 242
13 244 13 540
13 726
05
Munte 18 461
19 686 20 127
20 404
06 Kutabuluh
9 496 10 586
10 823 10 972
07
Payung 9 181
10 837 11 079
11 232
08
Tiganderket 12 059
13 178 13 474
13 659
09
Simpang Empat 16 981
19 015 19 440
19 707
10
Naman Teran 9 198
12 796 13 083
13 263
11
Merdeka 9 330
13 310 13 607
13 794
12
Kabanjahe 46 785
63 326 64 746
65 635
13
Berastagi 30 575
42 541 43 494
44 091
14
Tigapanah 22 319
29 319 29 976
30 388
15
Dolat Rakyat 6 637
8 296 8 482
8 599
16
Merek 14 521
18 054 18 458
18 712
17
Barusjahe 20 337
22 097 22 593
22 904
Jumlah 283 377
350 960 358 823
363 755
Pada tabel diatas dapat dilihat perkembangan jumlah penduduk menurut kecamatan dari tahun 2000, 2010, 2012 dan 2013 yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2000 berjumlah 283.377 jiwa, pada tahun 2010 berjumlah 350.960 jiwa, pada tahun 2012 berjumlah 358.823 jiwa dan
pada tahun 2013 berjumlah 363.755 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Tahun 1990-2000, 2000-2010,
2010-2013
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun
1990-2000 2000-2010
2010-2013 01
Mardingding -0,68
2,38 1,17
02 Laubaleng
-0,69 2,19
1,17
03 Tigabinanga
-0,10 1,71
1,17
04 Juhar
0,26 0,00
1,17
05 Munte
1,14 0,64
1,17
06 Kutabuluh
-0,40 1,09
1,17
07 Payung
0,65 1,67
1,17
08 Tiganderket
-0,19 0,89
1,17
09 Simpang Empat
0,93 1,14
1,17
10 Naman Teran
1,68 3,36
1,17
11 Merdeka
1,73 3,62
1,17
12 Kabanjahe
1,32 3,07
1,17
13 Berastagi
1,62 3,36
1,17
14
Tigapanah 1,10
2,77 1,17
15 Dolat Rakyat
1,48 2,26
1,17
16 Merek
3,07 2,20
1,17
17 Barusjahe
2,16 0,81
1,17
Rata-rata 0,96
2,15 1,17
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk perkecamatan pada tahun 1990-2000 dengan rata-rata 0,96 laju
pertumbuhannya, pada tahun 2000-2010 dengan rata-rata 2,15 , dan pada tahun 2010-2013 dengan rata-rata 1,17 laju pertumbuhan penduduknya pertahun.
4. Tingkat Resiko Bencana
Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi diluat kehendak manusia.terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap
kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa.hal ini mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana
untuk memahami, mencegah dan menanggulangi bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. selain masyarakat yang tanggap akan bencana
Universitas Sumatera Utara
38
alam diperlukan juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten karo yang terletak di kawasan dataran Tinggi Sumatera utara yang memiliki potensi
bencana alam yang cukup tinggi. Kabupaten karo memiliki 2 dua gunung aktif yaitu gunung Sinabung dan gunung Sibayak. hal ini yang menyebabkan
Kabupaten Karo memiliki tingkat resiko bencana yang tinggi yaitu erupsinya
gunung. 5.
Peta Rawan Bencana Kabupaten Karo Gambar 1 peta rawan bencana Kabupaten karo
Peta rawan bencana Kabupaten Karo menggambarkan klsifikasi tingkat bahaya dari letusan gunung sinabung. Yang berwarna merah merupakan zona
bahaya dari gunung sinabung karena masuk pada radius tiga km dari gunung sinabung. Desa yang berada pada radius tiga km yaitu dusun lau kawar, desa
sigarang-garang, desa simacem, desa bakerah, dusun sibintun, desa mardinding, dan desa suka meriah. Zona bahaya bergantung pada jenis erupsi yang terjadi dan
bergantung pada arah angin. Yang berwarna kuning juga merupkan zona bahaya
Universitas Sumatera Utara
39
yang masuk pada radius lima km dari gunung sinabung yang beberapa desa langsung berdampak aliran lahar dari gunung sinabung.
B. BPBD Kabupaten karo
1. Sejarah BPBD Kabupaten Karo
Awal mula berdirinya BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah diawali dengan berdirinya BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
sebagai induk dari BPBD. Sejarah lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan
bencana pada masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di samudera hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana. Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi
kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam
menghadapi bencana.
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. Wilayah yang juga terletak di antara benua Asia dan Australia dan Lautan Hindia
dan Pasifik ini memiliki 17.508 pulau. meskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau yang luar biasa, bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa
wilayah nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire zona cincin api, serta terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi
terhadap ancaman bencana alam. di sisi lain, posisi Indonesia yang berada di
Universitas Sumatera Utara
40
wilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Tidak hanya bencana alam sebagai ancaman, tetapi juga bencana non alam sering melanda tanah air seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, maupun
kegagalan teknologi. Menghadapi ancaman bencana tersebut, pemerintah Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di
tanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu ke waktu. Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan
dideklarasikan pada tahun 1945 dan perkembangan lembaga penyelenggara
penanggulangan bencana dapat terbagi berdasarkan periode waktu berikut : a.
Tahun 1945 – 1966
Pemerintah Indonesia membentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang BPKKP. Badan yang didirikan pada 20 Agustus 1945 ini berfokus pada kondisi
situasi perang pasca kemerdekaan Indonesia.Badan ini bertugas untuk menolong para korban perang dan keluarga korban semasa perang kemerdekaan.
b. Tahun 1966 – 1967
Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam Pusat BP2BAP melalui keputusan presiden nomor 256 tahun 1966.
Penanggung jawab untuk lembaga ini adalah Menteri Sosial.aktivitas BP2BAP berperan pada penanggulangan tanggap darurat dan bantuan korban bencana.
Melalui keputusan ini, paradigma penanggulangan bencana berkembang tidak hanya berfokus pada bencana yang disebabkan manusia tetapi juga bencana alam.
Universitas Sumatera Utara
41
c. Tahun 1967 – 1979
Frekuensi kejadian bencana alam terus meningkat. Penanganan bencana secara serius dan terkoordinasi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pada tahun
1967 presidium kabinet mengeluarkan keputusan nomor 14UKEPI1967 yang bertujuan untuk membentuk tim koordinasi nasional penanggulangan bencana
alam TKP2BA.
d. Tahun 1979 – 1990
Pada periode ini Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam TKP2BA ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana Alam Bakornas PBA yang diketuai oleh menkokesra dan dibentuk dengan keputusan presiden nomor 28 tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana
mencakup pada tahap pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi. sebagai penjabaran operasional dari keputusan presiden tersebut, menteri dalam negeri
dengan instruksi nomor 27 tahun 1979 membentuk Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam Satkorlak PBA untuk setiap
provinsi.
e. Tahun 1990 – 2000
Bencana tidak hanya disebabkan karena alam tetapi juga non alam serta sosial.Bencana non alam seperti kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, dan
konflik sosial mewarnai pemikiran penanggulangan bencana pada periode ini. Hal tersebut yang melatarbelakangi penyempurnaan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Alam menjadi Badan Koordinasi NasionalPenanggulangan Bencana Bakornas PB. Melalui keputusan presiden
nomor 43 tahun 1990, lingkup tugas dari Bakornas PB diperluas dan tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
42
berfokus pada bencana alam tetapi juga non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan kembali dengan keputusan presiden nomor 106 tahun 1999. Penanggulangan
bencana memerlukan penanganan lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas disiplin yang terkoordinasi.
f. Tahun 2001 – 2005
Indonesia mengalami krisis multidimensi sebelum periode ini. Bencana sosial yang terjadi di beberapa tempat kemudian memunculkan permasalahan
baru. Permasalahan tersebut membutuhkan penanganan khusus karena terkait dengan pengungsian. Oleh karena itu, Bakornas PB kemudian dikembangkan
menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Bakornas PBP.Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan
Presiden Nomor 3 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui dengan keputusan presiden nomor 111 tahun 2001.
g. Tahun 2005 – 2008
Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004 telah mendorong perhatian serius pemerintah Indonesia dan dunia
internasional dalam manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi saat iu, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan presiden nomor 83 tahun
2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana Bakornas PB. Badan ini memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian
sebagai unsur pelaksana penanggulangan bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan paradigma pengurangan resiko bencana menjadi perhatian utama.
Universitas Sumatera Utara
43
h. Tahun 2008 – 2014
Sesuai dengan cover undang undang no 24tahun 2007 dan peraturan presiden No 8. dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu,
pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan presiden nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB.
BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana.BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian
pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Sehingga keluarlah peraturan menteri dalam negeri nomor 46 tahun
2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan keluarlah peraturan kepala Badan Nasional penanggulangan Bencana
nomor 3 Tahun 2008 tentang pedoman pembentukan badan penanggulangan bencana daerah yang mengacu pada tingkat resiko bencana di daerah. Sesuai
dengan peraturan daerah Kabupaten Karo Nomor 19 tahun 2008 Tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten karo, ditetapkan bahwa
fungsi penanganan bencana dan pengungsi diwadahi dalam fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan perlindungan masyarakat hingga tahun 2014.
i. Tahun 2014
Kabupaten Karo yang merupakan daerah dataran tinggi pegunungan yang salah satu gunung didaerah tersebut sudah tidak aktif selama ratusan tahun
sehingga pada tahun 2010 aktif kembali yang menghancurkan beberapa desa yang berada di lingkaran gunung.Pada tahun 2010 penanggulangan bencana di daerah
Universitas Sumatera Utara
44
kabupaten karo masih mengacu pada peraturan daerah kabupaten karo nomor 19 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kabupaten
karo, ditetapkannya bahwa fungsi penanganan bencana dan pengungsi diwadahi dalam fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat.
Agar penanganan Bencana dapat terlaksana secara sistematis, terpadu dan terkoordinasi maka sesuai pasal 25 undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana daerah maka fungsi penanganan bencana dan pengungsi perlu dipisahkan dari badan kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat
dengan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Secara tersendiri. Maka dibuatlah peraturan daerah kabupaten Karo nomor 01 tahun 2014 tentang
perubahan atas peraturan daerah kabupaten karo nomor 19 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kabupaten karo.
2. Visi BPBD Kabupaten Karo