Pengaruh Pengadopsian International Financialreporting Standards (Ifrs) Terhadap Laporan Keuangan perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bei
SKRIPSI
PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) TERHADAP
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
AYU SEPTIANINGSIH 110503033
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar Di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan nora, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 25 Maret 2015 Yang membuat pernyataaan
AYU SEPTIANINGSIH NIM. 110503033
(3)
ABSTRAK
PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) TERHADAP
LAPORAN KEUANGANPERUSAHAAN LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS terhadap laporan keuangan terutama laba bersih dan ekuitas perusahaan khususnya perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI dan memahami sejauh mana perbedaan antara standar akuntansi keuangan nasional dan standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dapat mempengaruhi laporan keuangan.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan teknik purposive sampling dalam pengumpulan data. Data diperoleh dari data sekunder laporan keuangan perusahaan LQ-45 tahun 2011 dan 2013. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan uji Sign
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS terhadap laba bersih dan ekuitas dikarenakan Indonesia terlebih dahulu melakukan konvergensi sejak 2008 dengan melakukan revisi SAK dari tahun ke tahun sehingga mampu meminimalisirkan perbedaan yang material setelah penerapan secara retrospektif. Kata Kunci : SAK Berbasis IFRS, Laba Bersih, Ekuitas, LQ-45, Indeks Gray,
(4)
ABSTRACT
PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) TERHADAP
LAPORAN KEUANGANPERUSAHAAN LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BEI
This study aims to determine whether there is any effect of the adoption of IFRS-based financial accounting standards on the financial statements primarily net income and equity especially LQ-45 company listed on the Stock Exchange and the size of the difference between Indonesian Statement of Financial Accounting Standardand IFRS –based financial accounting standards.
This research is an empirical study with results of this study indicate that purposive sampling techniques in data collection. Data obtained from secondary data LQ-45 company's financial statements during the years 2011 through 2013. This research analyzed using Wilcoxon test and Sign test.
These results indicate that no significant effect of the adoption of IFRS-based financial accounting standard on net income and equity because Indonesian first convergence since 2008 with a revised IFRSs from year to year, so as to minimize the differences of material after retrospective application. Keywords : IFRS-based financial accounting standards, net income, equity,
(5)
,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH
PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING
STANDARDS (IFRS) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BEI dengan baik dan tepat pada waktunya
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menerima dukungan moril dan materil yang tak ternilai dari keluarga kecil saya yaitu Ibu Rosmita dan Abangda Alwin Syahputra yang selalu memberi dukungan serta doa dan menjadi pendorong yang pertama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sekaligus skripsi ini merupakan kado untuk almarhum ayah saya Bpk. M. Razali. Melalui penulisan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
(6)
4. Ibu Dra. Mutia Ismail M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, kritik, dan saran yang sangat berguna kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku dosen penguji dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran yang sangat berguna kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Saudara M. Rivandi, S.E yang telah membantu saya mengumpulkan
bahan skripsi, memberikan semangat dan bersedia menerima curahan hati penulis selama proses pengerjaan skripsi ini dan rekan-rekan Pemuda Peduli Panti (Triple-P) Medan, rekan-rekan Akuntansi 2011 khususnya Jalur Undangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terimakasih atas informasi-informasi yang diberikan selama ini sehingga dapat membantu proses skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, 25 Maret 2015 Yang membuat pernyataaan
AYU SEPTIANINGSIH NIM. 110503033
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Indonesia ... 8
2.1.2. IFRS (International Financial Reporting Standards) .. 11
2.1.3. Menuju Adopsi IFRS di Indonesia ... 15
2.1.4. Perubahan Laba Bersih dan Ekuitas ... 22
2.1.5. Indeks LQ-45 ... 24
2.1.6. Teori Regulasi ... 29
2.1.7. Teori Signal ... 30
2.1.8. Teori Kepemilikan (Proprietory Theory) ... 31
2.1.9. Penelitian Terdahulu ... 32
2.2. Kerangka Konseptual ... 34
2.3. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Jenis Penelitan ... 44
3.2. Batasan dan Defenisi Operasional ... 44
3.2.1. Variabel Penelitian... 44
3.2.2. Operasionalisasi Variabel ... 45
3.2.2.1. Pengadopsian Standar Akuntansi Keuangan Berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS) ... 46
3.2.2.2. Ekuitas dan Laba Bersih ... 46
3.2.2.3. Index Gray ... 46
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 47
3.4. Jenis Data... 49
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 50
3.6. Teknik Analisis ... 50
3.6.1.Statistik Deskriptif-Deskriptif ... 51
(8)
3.6.2.1. Uji Statistik Non-parametrik Kolmogorov -
Smirnov (K-S) ... 51
3.6.2.2. Pendekatan Histogram ... 51
3.6.3.Pengujian Hipotesis... 52
3.6.3.1. Uji Wilcoxon dan uji sign ... 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1. Data Penelitian... 53
4.2. Analisis Hasil Penelitian... 54
4.2.1.Statistik Deksriptif-Deskriptif ... 54
4.2.2.Uji Normalitas ... 55
4.3. Uji Hipotesis ... 58
4.3.1.Uji Wilcoxon dan uji sign ... 58
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
4.4.1.Tidak Adanya Pengaruh Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS Terhadap Laba Bersih ... 60
4.4.2.Tidak Adanya Pengaruh Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS Terhadap Ekuitas ... 61
4.4.3.Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1. Kesimpulan ... 67
5.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Daftar IAS/IFRS/IFRIC/SIC ... 13
Tabel 2.2 SAK Konvergensi ... 20
Tabel 2.3 Konsekuensi Ekonomi ... 30
Tabel 2.4 Peneliti Terdahulu ... 33
Tabel 2.5 Ikhtisar Perbedaan PSAK dan SAK Berbasis IFRS Berlaku Efektif Tahun 2015 Secara Prospektif ... 37
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Penelitian ... 45
Tabel 3.2 Proses Purposive Sampling Penelitian ... 48
Tabel 3.3 Emiten Saham Indeks LQ-45 ... 49
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Indeks Gray Ekuitas dan Laba Bersih Tahun 2011 dan 2012 ... 54
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 55
Tabel 4.3 Wilcoxon Signed Ranks Test ... 58
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon ... 59
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Badan Pembentuk Standar
Akuntansi Indonesia ... 11
Gambar 2.2 Roadmap IFRS di Indonesia ... 19
Gambar 2.3 Model Berpikir Peneliti ... 35
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Histogram Laba Bersih PSAK ... 56
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Histogram Laba Bersih IFRS ... 56
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Histogram Ekuitas PSAK ... 57
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar IFRS dan SAK Berbasis IFRS ... 71 2 Pemilihan Sampel ... 76 3 Contoh Perubahan Dalam Laporan Keuangan .. 78 4 Pengolahan Data dan Output SPSS ... 81
(12)
ABSTRAK
PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) TERHADAP
LAPORAN KEUANGANPERUSAHAAN LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS terhadap laporan keuangan terutama laba bersih dan ekuitas perusahaan khususnya perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI dan memahami sejauh mana perbedaan antara standar akuntansi keuangan nasional dan standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dapat mempengaruhi laporan keuangan.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan teknik purposive sampling dalam pengumpulan data. Data diperoleh dari data sekunder laporan keuangan perusahaan LQ-45 tahun 2011 dan 2013. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan uji Sign
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS terhadap laba bersih dan ekuitas dikarenakan Indonesia terlebih dahulu melakukan konvergensi sejak 2008 dengan melakukan revisi SAK dari tahun ke tahun sehingga mampu meminimalisirkan perbedaan yang material setelah penerapan secara retrospektif. Kata Kunci : SAK Berbasis IFRS, Laba Bersih, Ekuitas, LQ-45, Indeks Gray,
(13)
ABSTRACT
PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) TERHADAP
LAPORAN KEUANGANPERUSAHAAN LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BEI
This study aims to determine whether there is any effect of the adoption of IFRS-based financial accounting standards on the financial statements primarily net income and equity especially LQ-45 company listed on the Stock Exchange and the size of the difference between Indonesian Statement of Financial Accounting Standardand IFRS –based financial accounting standards.
This research is an empirical study with results of this study indicate that purposive sampling techniques in data collection. Data obtained from secondary data LQ-45 company's financial statements during the years 2011 through 2013. This research analyzed using Wilcoxon test and Sign test.
These results indicate that no significant effect of the adoption of IFRS-based financial accounting standard on net income and equity because Indonesian first convergence since 2008 with a revised IFRSs from year to year, so as to minimize the differences of material after retrospective application. Keywords : IFRS-based financial accounting standards, net income, equity,
(14)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Tersedianya informasi laporan keuangan bagi pengguna merupakan suatu tujuan dari pengungkapan dan penyajian informasi yang membutuhkan sebuah aturan atau standar. Kualitas standar pelaporan keuangan harus menjadi fokus utama dalam pengungkapan dan penyajian informasi keuangan sehingga memiliki daya saing global. Pengidentifikasian standar pelaporan keuangan yang berkualitas dapat dilihat dari prinsip-prinsip komprehensifnya yang netral, consistency, sebanding, relevan dan dapat diandalkan yang berguna bagi investor, kreditor dan pihak lain untuk membuat keputusan alokasi modal (SEC, 2000). Permasalahan tersebut juga dapat menjadi sugesti bagi perusahaan-perusahaan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015 sehingga adanya peningkatan kualitas akuntansi dan keseragaman standar internasional. Permasalahan lain muncul pada perusahaan internasional yaitu Enron (2001) merestatement laporan keuangannya, sementara untuk skala nasional juga terjadi pada kasus PT.Kimia Farma (2001) yang memanipulasi nilai persediaannya dan beberapa kasus perusahaan lainnya, sehingga membuat tingkat kepercayaan masyarakat semakin menurun terhadap informasi keuangan yang disajikan perusahaan dan dunia mempertanyakan standar akuntansi yang tepat untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya.
(15)
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikembangkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) merupakan jawaban dalam permasalahan diatas dan menjadi fondasi pelaporan keuangan bagi entitas Indonesia untuk dapat bersaing secara global sehingga menghasilkan keseragaman, transparansi laporan keuangan, pasar modal Indonesia yang terintegrasi, kompetitif, mampu menarik investor dan lebih mudah dalam membuat perbandingan, hal tersebut didukung pendapat Gamayuni (2009) yang menyatakan salah satu tujuan IFRS adalah menyajikan informasi laporan keuangan tahunan berkualitas tinggi yang dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Namun pendapat tersebut bertolak belakang dengan pernyataan beberapa emiten atau operasi signifikan diluar Amerika Serikat yang menolak IFRS dikarenakan insentif pasar untuk menyiapkan laporan keuangan IFRS. Mereka beranggapan bahwa biaya yang signifikan terkait dengan mengadopsi IFRS lebih besar daripada manfaatnya.
Terlihat jelas manfaat dari pengadopsian IFRS untuk standar keuangan perusahaan di suatu negara, namun demikian tidak terlepas pula dari sudut pandang positif dan negatif beberapa badan akuntansi yang menjadi pihak berkepentingan dalam proses pengadopsian ataupun konversi IFRS terhadap standar pelaporan keuangan yang telah diterapkan sebelumnya. Salah satunya Organismo Italiano di Contabilita` (OIC) merupakan badan akuntansi Italia menunjukkan bahwa perbedaan akuntansi utama yang muncul dari penerapan IFRS mempengaruhi nilai wajar,
(16)
depresiasi dan amortisasi, sewa, pelaporan segmen, pengakuan pendapatan, tes penurunan nilai, pajak tangguhan, dan manfaat karyawan pasca kerja (Michela Cordazzo:2013). Selanjutnya, ia mengamati bahwa salah satu hambatan utama untuk konversi adalah peraturan perpajakan Italia yang sejauh ini menentukan pengukuran akuntansi. Secara khusus, hal ini dapat menyebabkan distorsi dalam hasil keuangan dari laporan keuangan secara individual emiten.
Indikasi yang diberikan dari Organismo Italiano di Contabilita` (OIC) dan keprihatinan tentang sejauh mana konversi IFRS bisa mengubah kinerja yang dilaporkan perusahaan membuat Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) perlahan mengatur langkah menuju konvergensi IFRS dengan beberapa tahapan dan membuat program kerja DSAK lainnya. Mulai pada 8 Desember 2008 sampai 31 Desember 2011 menjadi tahap pertama dalam proses konvergensi IFRS dengan menerbitkan beberapa standar akuntansi keuangan revisi dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang akan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012, sehingga untuk tahun buku 2010 dan 2011 perusahaan harus menyajikan kembali laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan berbasis IFRS. Merujuk pada IFRS 1 tentang First-time Adoption of IFRS, hal ini dijelaskan oleh Ernst & Young (2008) dalam overview-nya tehadap penerapan IFRS 1 yaitu “Perusahaan yang memilih untuk mengadopsi standar pelaporan keuangan dari IASB perlu menerapkan secara retrospektif standar internasional yang ada tersebut sampai dengan saat perusahaan tersebut
(17)
mengadopsi IFRS untuk semua periode yang disajikan dalam hal ada pengaruhnya...”Tahap kedua dimulai pada tahun 2015dengan dilakukan revisi beberapa standar dan ditambahkan standar baru 65, 66, 67, 68 yang akan efektif pada tahun 2015, sehingga pada awal tahun 2015 ditargetkan seluruh PSAK tidak memiliki beda material dengan IFRS.
Standar akuntansi yang berkualitas tinggi mampu menghasilkan infomasi laporan keuangan yang berkualitas tinggi (Hung dan Subramanyam: 2004, Barth et al.: 2005, Van Tendeloo dan Vanstraelen: 2005). Pengadopsian IFRS berdampak pada aspek-aspek pengukuran item pelaporan keuangan seperti net income dan equity (Jermakowijcz, 2004), serta penelitian Michael Cordazzo menyatakan dampak positif dan signifikan terhadap laba bersih dan ekuitas perusahaan Italia dengan ukuran dampak terbesar pada ekuitas. Dampak laba bersih dan ekuitas yang ditimbulkan mampu menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan dan menjadi fokus perhatian pihak eksternal khususnya investor untuk menilai kinerja perusahaan.
Bursa Efek Indonesia memiliki pengelompokkan terhadap perusahaan Go Public (emiten) dengan mempertimbangkan tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasaryang disebut indeks LQ-45sehingga membantu para investor khususnya investor pemula dalam berinvestasi saham. Pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS secara keseluruhan di Indonesia berlaku efektif dan wajib bagi perusahaan yang go public terhitung mulai 1 Januari 2012 termasuk 45 emiten yang berharap tetap masuk dalam indeks LQ-45 akibat terkena dampak dari pengadopsian tersebut.
(18)
Berdasarkan fenomena yang diungkapkan diatas, maka penulis ingin mengetahui dampak penerapan standar akuntansi keuangan berbasis IFRS terhadap laporan keuangan dengan memfokuskan pada net income dan equity pada perusahaan indeks LQ-45 yang terdaftar di BEI.Oleh karena itu penulis mengambil penelitian dengan judul “Pengaruh Pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar di BEI”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka terdapat rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Standard Akuntansi Keuangan yang berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS) berpengaruh terhadap laporan keuangan, khususnya laba bersih dan ekuitas? Dimana letak perbedaan signifikan standard akuntansi keuangan sebelum dan sesudah berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS)?” rumusan masalah tersebut akan diteliti menggunakan data sekunder yakni laporan keuangan tahunan emiten LQ-45 yang menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan terbaru yakni peraturan SAK berbasis IFRS sejak tahun 2013 sehingga terjadinya reklasifikasi akun untuk laporan keuangan tahun 2011 dan 2012. Sehingga rumusan penelitian dijabarkan dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah SAK berbasis IFRS berpengaruh signifikan terhadap laba bersih?
(19)
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka penelitian ini mempunyai tujuan secara umum untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang dampak penggunaan Standar Akuntansi Keuangan sebelum dan sesudah berbasis IFRS. Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah terdapat dampak signifikan terhadap laporan keuangan khususnya pada laba bersih dan ekuitasemiten indeks LQ-45.
1.3.2.Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain :
1. Pada tingkat akademisi, memberikan kontribusi terhadap ilmu akuntansi terutama mengenai pengaruh Standar Akuntasi Keuangan berbasis IFRS terhadap laporan keuangan perusahaan LQ-45 terdaftar di BEI.
2. Pada tingkat praktisi, memberikan kontribusi praktis kepada perusahaan ataupun emiten tentang peraturan baru standar pelaporan keuangan dan dampak yang ditimbulkan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para praktisi dalam pengambilan keputusan.
(20)
3. Pada tingkat kebijakan, sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-lembaga penyusun standar keuangan Indonesia dalam meningkatkan kualitas standar yang telah ada.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi. 5. Bagi penulis merupakan kewajiban dalam menyelesaikan S1 dalam
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1.Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Indonesia
Sejarah akuntansi dimulai sejak manusia mengenal hitungan uang dan menggunakan catatan. Pada abad XIV perhitungan laba rugi telah dilakukan pedagang-pedagang Genoa untuk mengetahui harta hasil pelayarannya yaitu dengan membandingkan harta akhir pelayaran dengan harta pada saat mereka berangkat. Perkembangan akuntansi juga ditandai pada tahun 1494 pada saat Lucas Pacioli ahli matematika, mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Propotionalita, di mana dalam suatu bab berjudul Tractatus de Computies et Scriptoris membahas cara-cara pembukuan menurut catatan berpasangan (double book keeping).
Akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga Indonesia menganut sistem kontinental / tata buku yang dipakai Belanda saat itu (Soemarso, 1992). Tata buku menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain yang bertujuan menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data. Sejak tahun 1950-an akuntansi mulai berubah yakni dengan mengacu pada sistem
(22)
akuntansi yang dianut oleh Amerika yakni Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan pada tahun 2008 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) mencanangkan untuk melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dalam 2 tahap yaitu dimulai dengan komitmen publik pada tahun 2008 dan menetapkan standar akuntansi keuangan untuk diterapkan oleh perusahaan sampai tahun 2011 sebagai tahap pertama dan selanjutnya tahun 2012 hingga 2014 menjadi tahap kedua untuk mengimplementasikan standar akuntansi keuangan berbasis IFRS sehingga pada tahun 2015 tidak ada beda material di dalam standar yang digunakan perusahaan.
Terdapat tiga tonggak sejarah pengembangan standar akuntansi Indonesia yakni :
1. Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
2. Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984).
3. Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dan melakukan kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada
(23)
tanggal 1 oktober 1994. Dalam perkembangannya standar akuntansi keuangan Indonesia terus direvisi secara berkesinambungan sebanyak 6 kali yakni revisi 1 oktober 1995, 1 juni 1996, 1 juni 1999, 1 april 2002, 1 oktober 2004, dan 1 september 2007 menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB. (IAI, September 2007).
Seiring dengan perkembangan standar akuntansi Indonesia sehingga menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya juga terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Fungsi awal dari badan pembentuk standar akuntansi adalah sebagai penyusun dan pengembang standar akuntansi keuangan hingga pada saat terbentuknya Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) sebagai mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia diberikan hak otonomi untuk sekaligus mengesahkan PSAK dan ISAK berlandaskan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU) di Indonesia. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (merupakan padanan dari frasa generally accepted accounting principles) adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat
(24)
tertentu. Indonesia memiliki empat pilar standar akuntansi Indonesia (Dwi Martani : 2015)yaitu :
1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan - SAK-ETAP. Standar Akuntansi Keuangan ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik tidak signifikan.
3. Standar AkuntansiSyari’ah – SAK Syariah 4. Standar Akuntansi Pemerintahan – SAP.
Gambar 2.1
Proses Terbentuknya Badan Pembentuk Standar Akuntansi Indonesia
Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia. (2007)
2.1.2.IFRS (International Financial Reporting Standards)
International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan suatu standar akuntansi yang dikembangkan oleh IASB dan menjadi standar global untuk penyiapan laporan keuangan perusahaan publik (dalam IFRS FAQs). Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
1973 Terbentuknya
Panitia Penghimpunan
Bahan-bahan
Kongres IAI 1998 Dewan
Standar Akuntansi Keuangan 1994 - 1998
Diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK) 1974 - 1994
Dibentuknya Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) Komite Akuntansi Syariah (KAS) 18 Oktober 2005
Dewan Konsultatif Standar Akuntansi
Keuangan (DKSAK)
(25)
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu bernama International Accounting Standar Committee (IASC) merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi (sejauh ini terdapat 28 IAS, 15 IFRS, 11 IFRIC, dan 6 SIC) dan berfokus melakukan konvergensi standar akuntansi di seluruh dunia. Pendekatan yang dilakukan IASB adalah menyediakan lebih banyak panduan dalam bentuk prinsip-prinsip umum dari pada sekedar aturan (Illiano, 2008). Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
Adapun karakteristik dari IFRS (Dwi Martani : 2015) yaitu : a. IFRS menggunakan “Principles Base “ :
- Lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut. - Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan
evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
- Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
b. Menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan jasa penilai
(26)
c. Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitaif maupun kualitatif.
d. IFRS secara dinamis akan berubah mengikuti perkembangan lingkungan bisnis dan kebutuhan informasi para pengguna.
Dalam situs www.ifrs.comIFRS FAQs menyatakan bahwa : Dengan mengadopsi IFRS suatu bisnis dapat menyajikan laporan keuangan berdasarkan basis yang sama dengan kompetitornya sehingga perbandingan laporan keuangan lebih mudah dilakukan. Lebih jauh, perusahaan-perusahaan dengan anak usahanya di berbagai negara yang harus menggunakan IFRS bisa menggunakan bahasa akuntansi yang sama. Perusahaan-perusahaan juga perlu beralih ke IFRS jika mereka menjadi anak usaha dari suatu perusahaan di luar negeri yang wajib menggunakan IFRS, atau jika mereka memiliki investor asing yang harus menerapkan IFRS. Perusahaan-perusahaan juga harus dapat memperoleh manfaat dengan menggunakan IFRS jika mereka ingin memperluas modal di luar negeri.
Tabel 2.1
DaftarIAS/IFRS/IFRIC/SIC
No Judul IAS/IFRS/IFRIC/SIC
List of International Accounting Standard (IAS) : 1 IAS 1, Presentation of Financial Statements
2 IAS 2, Inventories
3 IAS 7, Cash Flow Statements
4 IAS 8, Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Error 5 IAS 10, Events After the Balance Sheet Date
6 IAS 11, Construction Contracts 7 IAS 12, Income Taxes
8 IAS 16, Property, Plant, and Equipment 9 IAS 17, Leases
10 IAS 18, Revenue
11 IAS 19, Employee Benefits
12 IAS 20, Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance
13 IAS 21, The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates 14 IAS 23, Borrowing Costs
15 IAS 24, Related-Party Disclosures
16 IAS 26, Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans 17 IAS 27, Consolidated and Separate Financial Statements
(27)
18 IAS 28, Investments in Associates
19 IAS 29, Financial Reporting in Hyperinflationary Economies 20 IAS 32, Financial Instruments: Presentation
21 IAS 33, Earnings per Share
22 IAS 34, Interim Financial Reporting 23 IAS 36, Impairment of Assets
24 IAS 37, Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets 25 IAS 38, Intangible Assets
26 IAS 39, Financial Instruments: Recognition and Measurement 27 IAS 40, Investment Property
28 IAS 41, Agriculture
List of International Financial Reporting Standard (IFRS) 1 IFRS 1, First-time Adoption of International Financial Reporting
Standards
2 IFRS 2, Share-Based Payment 3 IFRS 3, Business Combinations 4 IFRS 4, Insurance Contracts
5 IFRS 5, Noncurrent Assets Held for Sale and Discontinued Operations 6 IFRS 6, Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
7 IFRS 7, Financial Instruments: Disclosures 8 IFRS 8, Operating Segments
9 IFRS 9, Financial Instruments
10 IFRS 10, Consolidated Financial Statements 11 IFRS 11, Joint Arrangements
12 IFRS 12, Disclosure of Interests in Other Entities 13 IFRS 13, Fair Value Measurement
14 IFRS 14 Regulatory Deferral Accounts (efektif 1 Januari 2016) 15 IFRS 15 Revenue from Contracts with Customers (efektif 1 Januari
2017)
List of International Financial Reporting Interpretations Commitee (IFRIC)
1 IFRIC 1 Changes in Existing Decommissioning, Restoration and similar liabilities
2 IFRIC 2 Members’ Share in Co-operative Entities and Similar Instruments
3 IFRIC 4 Determining whether an arrangement contains a Lease
4 IFRIC 5 Rights to Interests arising from Decommissioning, Restoration and Environmental rehabilitation Funds
5 IFRIC 6 Liabilities arising from Participating in a Specific Market – Water electrical and Electronic Equipment
6 IFRIC 7 Applying the Restatement Approach under IAS 29 7 IFRIC 10 Interim Financial Reporting and Impairment 8 IFRIC 12 Service Concession Arrangements
9 IFRIC 13 Consumer Loyalty Programmes
(28)
11 IFRIC 20 Stripping Costs in theProduction Phase of a Surface Mining List of Standing Interpretation Commitee (SIC)
1 SIC 12 Consolidation – Special Purpose Entities
2 SIC 13 Jointly Controlled Interest – non Monetary Contribution by Ventures
3 SIC 15 Operating Leases – Incentives
4 SIC 21 Income Taxes – Recovery of Revalued non Depreciable Assets 5 SIC 27 Evaluating the Substance Transaction in the Legal Form of
Lease
6 SIC 32 Intangible Assets – Website Costs Sumber: Roberts et al. (2005)
Dwi Martani, 2015 www.ifrs.com
2.1.3.Menuju Adopsi IFRS di Indonesia
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption yaitu suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
2. Adopted yaitu program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal yaitu suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced (konvergence) yaitu sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
(29)
5. Not adopted at all yaitu suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Rencana peralihan kiblat akuntansi pelaporan keuangan Indonesia ke standar keuangan Internasional atau IFRS dikhawatirkan memunculkan suatu dilema bagi pelaku pasar modal apabila tidak adanya aturan penyesuaian baru yang dilakukan oleh semua otoritas lembaga keuangan termasuk Bapepam-LK, Bank Indonesia, dan Direktorat Jenderal Pajak (Ketua Bapepam-LK dalam www.kompas.com). Melihat kondisi tersebut, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) menyatakan belum memiliki rencana untuk adopsi penuh IFRS, seperti dikutip seusai berbicara “Seminar Tantangan Pasar Modal Indonesia Dalam Menghadapi Integrasi Pasar Modal ASEAN Melalui Keterbukaan Informasi dan Penetapan IFRS (2013)” dibawah ini:
Kebijakan Indonesia adalah untuk tetap menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) sendiri dan melakukan konvergensi GAAP tersebut dengan IFRS secara bertahap dengan cara meminimalkan perbedaan signifikan antara kedua standar tersebut. Indonesia tidak memiliki suatu rencana pun atau skedul waktu untuk mengadopsi IFRS secara penuh.
Di sisi lain, dalam acara yang sama, sebagaimana dikutip dari situs www.iaiglobal.or.id dan www.ifrs.org, Hans Hoogervorst (IASB Chairman) mengatakan perlunya adopsi IFRS secara penuh seperti pada kutipan sambutannya berikut ini :
(30)
...sangat penting untuk memahami bahwa manfaat penuh penggunaan IFRS hanya bisa dinikmati jika Anda mengadopsinya secara penuh. Untuk investor asing, akan menjadi sangat sulit bagi mereka membedakan perbedaan kecil dengan perbedaan yang besar. Jika suatu negara (juridiksi) tidak menyatakan bahwa negara tersebut telah mengadopsi IFRS secara penuh, investor mungkin akan berfikir bahwa perbedaan yang muncul bisa jadi lebih besar dari yang sebenarnya terjadi. Jika Anda telah mampu mengatasi semua masalah saat mengadopsi 95% IFRS, yakinlah bahwa Anda masih harus menyelesaikan sisa 5%-nya. Jika tidak, Anda akan mengalami pening kepala akibat transisi tersebut tanpa mendapatkan manfaat penuh dari pengakuan internasional terhadap pencapaian Anda. (Prianto,Budi : 2013)
Pernyataan DSAK-IAI yang mempertegas bahwa Indonesia berada pada tahap konvergensi terus menyusun program kerja DSAK sebagai berikut :
1. Melanjutkan komitmen proses konvergensi IFRS; a. Adopsi IFRSs terbaru;
b. Revisi SAK berbasis IFRS per 1 Januari 2009 menjadi per 1 Januari 2014;
c. Target Annual Improvements SAK berbasis IFRS per 1 Januari 2009 menjadi per 1 Januari 2014.
2. Penyusunan kajian atas isu akuntansi terkini;
a. Kajian penyusunan SAK Nirlaba; Mempertimbangkan kebutuhan SAK Nirlaba bagi entitas nirlaba di Indonesia dan melihat perbandingan SAK Nirlaba yang diterapkan di yurisdiksi lain b. Kajian kebutuhan pilar akuntansi baru di Indonesia dengan
(31)
Umum dan SAK ETAP yang saat ini berlaku dan melihat kebutuhan pedoman akuntansi bagi entitas mikro
3. Melanjutkan komitmen partisipasi aktif dalam forum regional dan global;
a. Aktif berpartisipasi dan berkontribusi dalam forum regional dan internasional termasuk ikut serta dalam forum: Asian-Oceanian Standard Setters Group (AOSSG); Emerging Economies Group (EEG); International Forum of Accounting Standard Setters (IFASS); World Standard Setters (WSS)
b. Aktif mengangkat isu akuntansi Indonesia, untuk didiskusikan di forum regional dan internasional;
4. Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi penggunaan istilah;
5. Memberikan komentar dan masukan untuk Exprosure Draft dan Discussion Paper IASB;
Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap adopsi mulai 2008 sampai 2011 dengan persiapan akhir penyelesaian infrastruktur dan tahap implementasi pada 2012. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK–IAI) telah menetapkan roadmap. Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan nasional atau PSAK. Namun pada tahun 2010 adopsi IFRS sangat dianjurkan,
(32)
Efektif < 2010
• 3 PSAK • 1 ISAK • 9 PPSAK • 1 PISAK
Efektif 2011
• 16 PSAK • 6 ISAK • 1 PPSAK
Efektif 2012
• 11 PSAK • 12 ISAK • 3 PPSAK
Efektif 2013
• 22 PSAK • 1 ISAK • 2 PPSAK
Efektif 2014&2015
• 4 PSAK
• 9 Revisi PSAK • 4 ISAK (2014) • 1 PPSAK (2014) • Penyesuain SAK sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IAS/IFRS versi 1 Januari 2009.
Gambar 2.2
Roadmap IFRS di Indonesia
Sumber : Martani, Dwi (2015)
Berdasarkan IFRS FAQs, konvergensi PSAK ke IFRS memiliki manfaat sebagai berikut: Pertama, memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan standar akuntansi keuangan yang dikenal secara internasional. Kedua, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. Ketiga, mengurangi biaya SAK termasuk menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. Keempat, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Kelima, Meningkatkan kualitas laporan keuangan termasuk meningkatnya kredibilitas laporan dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.
(33)
Tabel 2.2 SAK Konvergensi
Standar Akuntansi Keuangan Tanggal Efektif Tahun 2007
PSAK 13 (revisi 2007): Properti Investasi
1 Januari 2008 PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap
PSAK 30 (revisi 2007): Sewa
Tahun 2008
PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan 1 Januari 2009
Tahun 2009 PSAK 26 (revisi 2009): Biaya Pinjaman
1 Januari 2010, penerapan lebih dini di anjurkan SAK ETAP
1 Januari 2011, penerapan lebih dini di anjurkan PSAK
PSAK 2 ( revisi 2009): Laporan Arus Kas
1 Januari 2011 PSAK 5 (Revisi 2009): Segmen Operasi
PSAK 7 (revisi 2009): Pihak-pihak Berelasi
PSAK 12 (Revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
PSAK 56 (Revisi 2009) : Laba Per Saham
PSAK 57 (Revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
ISAK
ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa
ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
ISAK 11: Distrubusi Aset Nonkas kepada Pemilik ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas : Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
Mengikuti PSAK nya
(34)
PPSAK
PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32:Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi pandapatan jasa telekomunikasi dan PSAK 37: Akuntansi penyelenggaraan jalan tol
1 Januari 2010 PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK
43 Akuntansi Anjak Piutang
PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Rekstrukturisasi Utang Piutang Bermasalah
PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31:Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana
PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06 : Interpretasi atas paragraf 12 dan 16 PSAK 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak Dalam Mata Uang Asing.
Tahun 2010 PSAK
PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
1 Januari 2012, penerapan dini diperbolehkan PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud
PSAK 22(revisi 2010): Kombinasi Bisnis PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan
PSAK 63 (revisi 2010) : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
ISAK
ISAK 13: Lindung Nilai Investasi Neto Kegiatan Usaha Luar Negeri
1 Januari 2012, penerapan dini diperbolehkan ISAK 14: Aset tidak berwujud- Biaya Situs Web 1 Januari 2011
Tahun 2013 ISAK
ISAK 27 : Pengalihan Aset dari Pelanggan
1 Januari 2014 Penerapan dini diperkenankan ISAK 28 : Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen
Ekuitas
ISAK 29 : Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada Tambang
Terbuka
PPSAK
PPSAK 12 : Pencabutan PSAK 33
1 Januari 2014 Penerapan dini diperkenankan
(35)
PSAK
PSAK 1 (Revisi 2013) : Penyajian Laporan Keuangan
1 Januari 2015 PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim (PH)
PSAK 4 (Revisi 2013) : Laporan Keuangan Tersendiri PSAK 15 (Revisi 2013) : Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
PSAK 18 (revisi 2011): Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya.
PSAK 8 (revisi 2010): Peristiwa setelah Tanggal Neraca PSAK 46 (revisi 2013) : Pajak Penghasilan
PSAK 48 (revisi 2014) : Penurunan Nilai Aset
PSAK 50 (revisi 2014) : Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 55 (revisi 2014) : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
PSAK 24 (revisi 2013) : Imbalan Kerja PSAK 36 (revisi 2011) : Kontrak Konstruksi
PSAK 60 (revisi 2014) : Pengungkapan Instrumen Keuangan PSAK 61 (revisi 2011) : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
PSAK 65 (revisi 2013) : Laporan Keuangan Konsolidasian PSAK 66 (revisi 2013) : Pengaturan Bersama
PSAK 67 (revisi 2013) : Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain
PSAK 68 : Pengukuran Nilai Wajar ED PSAK
ED PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham ISAK
ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa
ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai Sumber : Dwi Martani (2015)
2.1.4.Perubahan Laba Bersih dan Ekuitas
Adanya pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS merupakan salah satu contoh perubahan prinsip akuntansi yang terjadi dikarenakan adanya ketidaksesuaian penggunaan prinsip akuntansi sebelumnya seperti penggunaan historical cost yang berganti menggunakan nilai wajar untuk mengukur aktiva dan kewajiban.
(36)
Adanya perubahan prinsip akuntansi tersebut tidak dilibatkan dalam penghitungan laba bersih karena pengaruhnya terkait dengan periode sebelumnya, namun diakui dengan melakukan penyesuaian retrospektif terhadap laporan keuangan. Penyesuaian tersebut membuat laporan keuangan tahun lalu konsisten dengan prinsip yang baru diadopsi. Perusahaan mencatat pengaruh kumulatif dari perubahan periode lalu sebagai penyesuaian terhadap laba ditahan pada awal tahun yang disajikan. Sehingga berdasarkan pendekatan retrospektif, perusahaan memasukkan kembali angka laba tahun lalu menurut metode yang baru diadopsi dan mempertahankan komparabilitas. Selain itu, Financial Accounting Standard Board (FASB) setuju dan telah mengidentifikasi beberapa transaksi yang harus dicatat secara langsung pada ekuitas pemegang saham, seperti halnya keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi atas sekuritas yang tersedia untuk dijual. Keuntungan dan kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba bersih, sehingga mengurangi volalitas laba bersih akibat fluktuasi nilai wajar.
Pos-pos terkait laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep laba komprehensif. Laba komprehensif (comprehensive income) meliputi semua perubahan ekuitas selama satu periode kecuali perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehensif meliputi semua pendapatan dan keuntungan, beban dan kerugian yang dilaporkan dalam laba bersih, dan selain itu juga mencakup keuntungan dan kerugian yang tidak
(37)
dimasukkan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos yang melewati laporan laba-rugi ini disebut sebagai laba komprehensif lainnya (other comprehensive income).
2.1.5.Indeks LQ-45
Indeks LQ 45 merupakan salah satu dari sebelas indeks harga saham yang diluncurkan pada Februari 1997 di Bursa Efek Indonesia. Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Adapun kesebelas indeks harga saham di BEI sebagai berikut :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai
(38)
acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).
2. Indeks Sektoral
Indeks Sektoral menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. 3. Indeks LQ-45
Indeks LQ-45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4. Jakarta Islmic Index (JII)
Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
5. Indeks Kompas100
Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar,
(39)
dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.
6. Indeks BISNIS-27
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 7. Indeks PEFINDO25
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.
8. Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible
(40)
Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.
9. Indeks Papan Utama
Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama.
10. Indeks Papan Pengembangan
Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan.
11. Indeks Individual
Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
Untuk membangun indeks dibutuhkan pertimbangan penting sehingga mampu mencerminkan sebagian total populasi (pergerakan saham). Pertimbangan tersebut meliputi sampel (The Sample), pembobotan anggota sampel (Weighting Sample Members) dan prosedur perhitungan (Computational Procedure). Indeks LQ-45 terdiri dari 45 emiten dengan rasio likuiditas (Liquid) tinggi dan diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain
(41)
penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dengan ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Selanjutnya untuk mempertajam kriteria likuiditasnya maka dimasukkanlah jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi. Sehingga kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.
3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler,
Emiten berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.
4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
Emiten berada di TOP 90% dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar.
5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ-45 setiap tiga bulan sekali untuk evaluasi indeks. Sementara untuk
(42)
penggantian akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen.
Indeks LQ-45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai dasar sebesar 100. Selain nilai dasar, nilai pasar yang merupakan kumulatif jumlah saham tercatat dikali dengan harga pasar diperlukan untuk menghitung indeks LQ-45 dengan menggunakan formula :
LQ 45 =
Sumber : Indonesia Stock Exchange, (2010)
2.1.6.Teori Regulasi
Regulasi pada umumnya diasumsikan harus diperoleh oleh suatu industri tertentu dan dirancang serta dioperasikan terutama untuk keuntungannya sendiri. Terdapat dua kategori utama dalam regulasi suatu industri tertentu yaitu teori-teori kepentingan publik, dan kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan. Kedua kategori tersebut menekankan pada adanya kepentingan dan hampir semua para ahli teori menyatakan bahwa regulasi terbentuk ternyata karena adanya konflik kepentingan dan terjadi sebagai reaksi terhadap suatu krisis yang tidak dapat di identifikasi.
(43)
Melalui teori-teori kepentingan publik dari regulasi berpendapat bahwa regulasi diberikan jawaban atas permintaan publik akan perbaikan dari harga-harga pasar yang tidak efisien atau tidak adil, sehingga teori ini mampu memberikan perlindungan dan kebaikan masyarakat umum. Sementara itu, kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan dari regulasi berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai jawaban atas permintaan dari kelompok dengan kepentingan khusus, dengan tujuan untuk memaksimalkan laba dari para anggotanya.
Adanya konflik kepentingan tersebut akan menimbulkan konsekuensi yang akan diterima pengguna. Berikut ini konsekuensi yang akan diterima pengguna laporan keuangan terhadap penerapan standar baru dalam pelaporan keuangan.
Tabel 2.3 Konsekuensi Ekonomi
Pengguna Konsekuensi Ekonomi
Perusahaan / Korporasi Biaya penerbitan laporan keuangan
Perbedaan volalitas angka laporan keuangan
Manajemen Perilaku Manajemen
Masyarakat Persepsi atas perusahaan
Investor dan kreditor Keputusan keuangan Sumber: Hendriksen (2005)
2.1.7.Teori Signal
Teori signal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik (Wolk et al.,2001: 308). Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen
(44)
perusahaan. Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal-signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya (Machfoedz, 1999, dalam Wirawan, 2010). Penggunaan peraturan seperti IFRS yang meningkatkan kualitas pelaporan merupakan salah satu signal perusahaan untuk menarik investor atau pengguna lain. 2.1.8.Teori Kepemilikan (proprietary theory)
Menurut teori kepemilikian (proprietary theory), entitas adalah “agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi”. Sudut pandang dari kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan dicerminkan dalam cara-cara di mana catatan akuntansi disimpan dan laporan keuangan disusun. Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari “kekayaan bersih” (net worth) pemilik. Pengaruh dari teori kepemilikan dapat ditemukan dalam beberapa teknik dan terminologi akuntansi yang digunakan oleh korporasi yang kepemilikannya terbuka seperti halnya metode ekuitas akuntansi untuk investasi pada anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan merekomendasikan bahwa bagian perusahaan tersebut atas laba bersih anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan
(45)
dimasukkan dalam laba bersih. Dengan demikian, praktik juga menggunakan konsep kepemilikan.
Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk, yang berbeda dalam hal siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Dalam bentuk kedua dari teori kepemilikan, baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam ekuitas pemilik sehingga terfokus perhatian pada bagian ekuitas pemegang saham di neraca dan jumlah yang akan dikreditkan kepada semua pemegang saham di laporan laba rugi. 2.1.9.Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian mengenai pengadopsian IFRS namun penelitian yang secara langsung berfokus pada suatu perusahaan yang terdapat dalam indeks saham suatu negara masih terbatas, adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
(46)
Tabel 2.4 Peneliti Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
1 Cordazzo,(2013)
The impact of IFRS on net
income and equity: evidence from Italian listed companies Menginvestigasi dampak adopsi IFRS terhadap laporan keuangan perusahaan terdaftar di bursa Italia
- Transisi laba bersih
lebih relevan dibandingkan ekuitas.
- Analisis
penyesuaian individu
menunjukkan lebih besar
ketidaksesuaian antara GAAP Italia dan IFRS dalam penerapan
akuntansi untuk aktiva tidak berwujud, pajak penghasilan dan penggabungan usaha
2 Situmorang(2011)
Transisi Menuju IFRS Dan Dampaknya Terhadap Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Listing Di BEI)
Menguji apakah terdapat dampak yang signifikan transisi ke IFRS terhadap
financial statement
(laporan keuangan) khususnya net profit,
liquidity, gearing dan
equity dengan melihat pengaruh yang
significant dengan hubungannya pada penggunaan auditor pada
perusahaanListing di BEI
IFRS memiliki dampak yang signifikan terhadap
net profit perusahaan, ekuitas, rasio likuditas, gearing, dan membedakan
pengaruh net profit, ekuitas, gearing, dan likuiditas pada perusahaan yang menggunakan KAP (ukuran auditor) big 4
(47)
3 Wardhani,(2010)
The Effect Of Degree Convergence To IFRS and Governance System to Accounting Conservatsism: Evidence Of Asia.
Untuk menganalisis dampak derajat konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan ke
conservatisme
akuntansi:
Studi kasus pada negara-negara Asia
yaitu : Hongkong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand dan Termasuk dalam perusahaan-perusahaan
yang ada di CLSA CG Watch.
Konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan
memiliki Dampak yang
Positif terhadap kualitas laba
4 Gamayuni,(2009)
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International Financial Standards
Melihat apakah Indonesia perlu mengadopsi IFRS atau tidak. (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI)
Indonesia
memang perlu mengadopsi standar akuntansi yang berlaku global untuk dapat bersaing secara global menarik investor
5 Petreski,(2006)
Impact of International
Accounting Standard on
Firms
Menjelaskan dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan pada manajemenperusahaan. (Studi Kasus Pada Perusahaan Saint -Gobain Group)
Pengungkapan laporan keuangan lebih tinggi dan manajemen
perusahaan menjadi lebih
bertanggungjawab (accountable) Sumber : Peneliti (2015)
2.2.Kerangka Konseptual
Pengadopsian standar akuntansi internasional yaitu IFRS ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula,
(48)
manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2006). Hung &Subramanyan (2004) dalam Gamayuni (2009) menguji efek adopsi IFRS memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban, lebih tinggi yang menerapkan IAS. Sementara, Michela Cordazzo (2013) menguji efek adopsi IFRS memberikan bukti laba bersih dan ekuitas emiten Italia lebih tinggi dibandingkan dengan diterapkannya Italia GAAP.
Bagi para pengguna laporan keuangan terutama investor, dampak yang ditimbulkan terhadap laporan keuangan terkait laba bersih dan ekuitas emiten menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan untuk menginvestasikan modalnya dan mengharapkan return yang tinggi.
Gambar 2.3 Model Berpikir Peneliti
Uji beda
Sumber : Peneliti (2015) 1. Laba Bersih (X1)
2. Ekuitas (X2)
Sebelum IFRS (X) Sesudah IFRS (Y)
1. Laba Bersih (Y1)
(49)
2.3.Hipotesis
Titik fokus para pengguna laporan keuangan terutama para stakeholder untuk mengetahui kondisi perusahaan dan berkembangtidaknya investasi mereka terletak pada laporan keuangan dengan tampilan laba dan ekuitas yang dihasilkan perusahaan, sehingga menunjukkan pentingnya penyajian laporan keuangan yang berkualitas dengan menggunakan standar akuntansi keuangan yang tidak hanya diterima secara umum oleh satu negara tetapi juga dapat diakui dan diterima oleh negara lain. Oleh karena itu, suatu negara dituntut untuk menjadikan International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai dasar penyajian laporan keuangan meskipun terdapat kendala yang ditimbulkan dalam penyajian laporan keuangan. Salah satu kendalanya adalah fakta bahwa belum semua negara menerima konsep, “standar akuntansi dan pelaporan keuangan” versi IFRS dikarenakan konsekuensi ekonomi yang dikhawatirkan akan timbul akibat perubahan regulasi.
Berikut ini beberapa PSAK revisi 2013 dan 2014 yang berlaku efektif tahun 2015 secara prospektif dan berlaku efektif tahun 2011-2012 secara retrospektif oleh emiten indeks LQ-45, sehingga terdapat reklasifikasi akun yang menimbulkan perbedaan laba dan ekuitas di tahun 2011 dan 2012 antara sebelum dan sesudah pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS.
(50)
Tabel 2.5
Ikhtisar Perbedaan PSAK dan SAK Berbasis IFRS Berlaku Efektif Tahun 2015 Secara Prospektif
Perihal SAK Berbasis IFRS PSAK
Revisi 2013(efektif 1 Januari 2015 secara prospektif) Penyajian Laporan
Keuangan PSAK No. 1 (revisi 2013) PSAK No. 1 (revisi 2009) Judul Laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Definisi
Memberikan definisi Laba rugi, Pemilik, material, Penyesuaian Reklasifikasi, tidak praktis, Total penghasilan Komprehensif
Tidak memberikan definisi tersebut
Komponen Laporan Keuangan
• Laporan posisi keuangan
• Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
• Laporan perubahan ekuitas • Laporan arus kas
• Catatan atas laporan keuangan • Informasi kompratif
• Laporan posisi keuangan • Laporan laba rugi
komprehensif
• Laporan perubahan ekuitas • Laporan arus kas
• Catatan atas laporan keuangan
Informasi Komparatif
Menambahkan persyaratan penyajian dan pengungkapan :
• Informasi komparatif minimum • Informasi komparatif tambahan
Tidak terdapat pengaturan tersebut
Penyajian penghasilan komprehensif lain
Disajikan berdasarkan kelompok:
1. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi
2. Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi
Disajikan dalam kelompok Penghasilan komprehensif lain
Imbalan Kerja PSAK No. 24 (revisi 2013) PSAK No. 24 (revisi 2010)
Biaya Jasa Lalu
- Biaya jasa lalu adalah perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja pada periode-periode lalu, sebagai akibat dari amandemen program (pemberlakuan awal atau pembatalan, atau perubahan, program imbalan pasti) atau kurtailmen (penurunan signifikan yang dilakukan oleh entitas dalam hal jumlah pekerja yang ditanggung oleh program).
-Biaya jasa lalu adalah perubahan nilai kewajiban imbalan pasti atau jasa pekerja pada periode-periode lalu, yang berdampak terhadap periode berjalan akibat penerapan awal atau perubahan terhadap imbalan pascakerja atau imbalan kerja jangka panjang lain.
(51)
Biaya jasa- keuntungan/kerugian
penyelesain
Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian adalah perbedaan antara: • Nilai kini kewajiban imbalan pasti
yang sedang diselesaikan, sebagaimana ditentukan pada tanggal penyelesaian.
• Harga penyelesaian, termasuk setiap aset program yang dialihkan dan setiap pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh entitas sehubungan dengan penyelesaian tersebut
Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian terdiri dari: • Perubahan yang terjadi
dalam nilai kini kewajiban imbalan pasti
• Perubahan yang terjadi dalam nilai wajar aset program
• Keuntungan dan kerugian aktuaria dan biaya jasa lalu yang belum diakui sebelumnya
Perubahan Lainnya
Imbalan kerja yang diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat pekerja memberikan jasa terkait.
Imbalan kerja yang jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat pekerja memberikan jasa. Laporan Keuangan
Konsolidasian PSAK No. 65 (revisi 2013)
PSAK No. 4 dan ISAK No. 7
Ruang lingkup Tidak meliputi LK sendiri Diatur Definisi Diatur dalam lampiran tersendiri Diatur Pengendalian
Definisi yang umum meliputi: kekuasaan, ekposure hak dan kemampuan menggunakan kekuasaan
Diatur Pengendalian tanpa
adanya hak suara mayoritas
Memberikan panduan penerapan dalam
menaksir pengendalian tanpa hak suara Diatur Hak suara potensial Ketentuan lebih detail Diatur Hubungan keagenan Terdapat pedoman penerapan hubungan keagenan Tidak diatur Persyaratan akuntansi LK menggunakan kebijakan yan sama konsolidasian disusun dengan Diatur
Kepentingan non pengendali
Penyajiannya terpisah dari ekuitas
pemiliki entitas induk Diatur Penentuan apakah
entitas adalah entitas investasi
Terdapat definisi Tidak diatur
Entitas investasi pengecualian terhadap
konsolidasi
Tidak dikonsolidasi tetapi mengukur
(52)
Pengaturan Bersama PSAK No. 66 (revisi 2013) PSAK No. 12 Pengendalian bersama
operasi dan aset
Operasi bersama hak dan kewajiban atas aset/ liabilitas mengakui aset/ liabilitas dan pendapatan/ beban sesuai porsi
Mengakui aset/ liabilitas dan pendapatan/ beban sesuai porsi
Pengendalian bersama entitas
- Operasi bersama hak dan kewajiban atas aset/ liabilitas mengakui aset/ liabilitas dan pendapatan/ beban sesuai porsi
- Hak atas aset menggunakan metode ekuitas
- Konsolidasi proporsional dihapus
Pilihan antara konsolidasi proporsional dan metode ekuitas
Revisi 2014 (efektif 1 Januari 2015 secara prospektif)
Penurunan Nilai PSAK No. 48 (revisi 2014) PSAK No. 48 (revisi 2009)
Ruang Lingkup
Pengaturan investasi pada entitas anak dan ventura bersama dalam laporan keuangan tersendiri mengacu pada PSAK 4 (2013): Laporan Keuangan Tersendiri
Pengaturan investasi pada entitas anak dan ventura bersama dalamlaporan keuangan tersendiri mengacupada PSAK 4: LaporanKeuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri
Definisi
Tidak memberikan definisi mengenai nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan pasar aktif.
Memberikan definisi nilai wajar sesuai dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
Memberikan definisi mengenai nilai wajar
dikurangi biaya
untukmenjual dan pasar aktif
Terminologi Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan Pengukuran nilai wajar
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
Penentuan nilai wajar Pengukurannilai wajar
dikurangi biayapelepasan
Pengukuran nilai wajar dikurangibiaya pelepasan mengacu padahirarki nilai wajar dalam PSAK 68:Pengukuran Nilai Wajar.
Memberikan pengaturan mengenai nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Komposisiestimasi aruskas masadepan
Memberikan tambahan
penjelasanmengenai perbedaan nilai
(53)
Alokasi goodwill pada unit penghasil
kas
Setiap unit atau kelompok unit yangmemperoleh alokasi goodwill:
menunjukkan tingkat terendah dalam entitas yang goodwill-nya dipantau untuk tujuan manajemen internal; dan
tidak lebih besar dari segmen operasi yang didefinisikan dalam PSAK 5: Segmen Operasi paragraf 08 sebelum penggabungan
Setiap unit atau kelompok unit yang memperoleh alokasi goodwill:
• menunjukkan tingkat terendahdalam entitas yang goodwillnya dipantau untuk tujuan manajemen internal; dan
• tidak lebih besar dari segmen operasi yang ditentukan sesuai dengan PSAK 5: Segmen Operasi
Koreksi editorial Menggunakan istilah ”harapan” dan”yang diharapkan”
Menggunakan istilah ”ekspektasi”dan
”ekspektasian”
Pengungkapan
Memberikan tambahan persyaratan pengungkapan untuk setiap aset individual atau unit penghasil kas yang mana kerugian penurunan nilai telah diakui atau dibalik selama periode:
• jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) dan apakah jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) merupakan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakainya.; dan
• jika jumlah terpulihkan merupakan nilai wajar dikurangi biaya pelepasan, entitas mengungkapkan:
• tingkat hirarki nilai wajar sesuai dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar;
• teknik penilaian (level 2 dan 3); dan
• setiap asumsi utama yang mendasari manajemen untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya pelepasan (level 2 dan 3).
• Memberikan persyaratan pengungkapan untuk setiap rugi penurunan nilai material yang diakui atau dibalik selama periode aset individual (termasukgoodwill dan unit penghasilkas)
(54)
Berlaku efektif Tahun 2012 : Transaksi dalam
mata uang asing PSAK No. 10 (revisi 2009) PSAK No. 10, 11, dan 52
Penentuan mata uang fungsional
Terdapat hirarki indikator dalam penentuan mata uang fungsional
- PSAK No. 52 : ada 3 indikator mata uang fungsional, yaitu :
1. Indikator arus kas 2. Indikator harga jual 3. Indikator biaya
Pengukuran dan penyajian mata uang
- Pengukuran mata uang menggunakan mata uang fungsional
- Penyajijan mata uang dapat menggunakan mata uang selain mata uang fungsional
- Pengukuran dan penyajian mata uang menggunakan Rupiah
- Entitas dapat
menggunakan mata uang selain Rupiah jika mata uang tersebut memenuhi kriteria sebagai mata uang fungsional
Aset Tak Berwujud PSAK No.19 (revisi 2010) PSAK No. 19
Pengukuran setelah pengakuan
- Entitas dapat memilih model harga perolehan atau model revaluasi
- Entitas hanya dapat menggunakan model harga perolehan
Masa manfaat ekonomis
- Entitas dapat menentukan : 1. Masa manfaat terbatas 2. Masa manfaat tidak terbatas
- Umumnya tidak melebihi 20 tahun
Masa manfaat tak terbatas
- Tidak diamortisasi - Pengujian penurunan
- Nilai aset setiap tahun & ketika terdapat indikasi penurunan nilai
- Tidak terdapat ketentuan
Pendapatan PSAK No. 23 (revisi 2010) PSAK No. 23
Pendapatan bunga dari
aset - Tidak diatur
- Hasil efektif suatu asetmerupakan tingkat bungayang diperlukan untukmendiskontokan aliranpenerimaan kas di masadepan
(55)
Pengakuan dividen
pada efek - Tidak diatur
- Dividen pada efek ekuitasdiumumkan
daripenghasilan neto ebelumpembelian,
dividentersebut dikurangi dari harga beli efek tersebut
Berlaku efektif Tahun 2011 :
Laporan Arus Kas PSAK No. 2 (revisi 2009) PSAK No. 2
Arus kas dari pos luar
biasa -Dihilangkan
- Terdapat pengaturan mengenai arus kas dari pos luar biasa
Metode tidak langsung - Dihilangkan
- Penyesuaian atas laba atau rugi termasuk berasal dari hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi Arus kas dari
pelepasan kepemilikan pada entitas anak yang tidak mengakibatkan
hilangnya pengendalian
- Arus kas dari transaksi tersebut diakui
sebagai arus kas pendanaan - Tidak ada pengaturan
Pengungkapan
Pihak-Pihak Berelasi PSAK No. 7 (revisi 2010) PSAK No. 7
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan
Istimewa
Departemen dan instansi pemerintah yang tidak
mengendalikan, mengendalikan bersama atau memiliki
pengaruh pengaruh signifkan terhadap entitas pelapor
- Hanya menyebutkan “Departemen dan instansi pemerintah”
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi
akuntansi dan kesalahan
PSAK No. 25 (revisi 2009) PSAK No. 25
Pemilihan kebijakan akuntansi
- Mengatur persyaratan pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi
- Memberikan panduan pemilihan kebijakan akuntansi ketika tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya
- Tidak diatur. Hal ini sebelumnya diatur dalam PSAK 1 (1998)
(56)
Provisi, liabilitas kontinjensi, dan aset
kontinjensi
PSAK No. 57 (revisi 2009) PSAK No. 57
Istilah - Provisi - Kewajiban diestimasi
Sumber : Martani, Dwi (2015)
Hung dan Subramanyam (2004) menyatakan bahwa total aktiva, ekuitas, total kewajiban akan lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding dengan standar akuntansi Jerman. Thornton (2006) dalam Ballas (2010) juga menemukan bahwa IFRS berdampak positif terhadap ekuitas perusahaan. Tsalavoutas (2010) menemukan bahwa implementasi IFRS memiliki dampak yang positif terhadap ekuitas dan laba bersih perusahaan di Yunani. Cordazzo (2008) dalam Tsalavoutas (2010) menemukan laba bersih dan ekuitas yang lebih tinggi pada IFRS dibanding pada Italian GAAP. Peneliti Haller et al ( 2009) dalam Tsalauvoutas( 2010) mengatakan bahwa ;
“ the transition from Germany GAAP to IFRS on equity and net income of German companies which had to adopt IFRS in 2005 and they find a significant increase in shareholder’s equity and net income”
H1. Standar akuntansi keuangan berbasis IFRS berpengaruh signifikan terhadap laba bersih
H2. Standar akuntansi keuangan berbasis IFRS berpengaruh signifikan terhadap ekuitas
(57)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang memberikan gambaran kondisi perusahaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan hubungan antar kegiatan yang terjadi pada objek penelitian (Sugiyono,2007). Dalam hal ini yang dimaksud dengan fakta adalah disahkannya revisi standar akuntansi keuangan yang berlaku efektif tahun 2013 dan 2015 yang diterapkan secara prospektif dalam penyajian laporan keuangan perusahaan sehingga menimbulkan reklasifikasi akun pada laporan keuangan tahun sebelumnya yang akan mempengaruhi bagian inti didalamnya yaitu laba bersih dan ekuitas perusahaan. Sementara itu, timbulnya pengaruh terhadap laporan keuangan menunjukkan adanya hubungan dalam penelitian ini sehingga mampu memberikan perbandingan kondisi perusahaan antara sebelum dan sesudah pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS.
3.2.Batasan dan Defenisi Operasional 3.2.1.Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya, sehingga variabel sering pula dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam kegiatan
(58)
penelitian. Secara konseptual variabel dapat dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu (Sekaran, 2006) variabel dependent (variabel terikat), variabel independent (variabel bebas), moderating variabel, dan intervening variabel. Dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel yang saling mempengaruhi yaitu laba bersih dan ekuitas adopsi SAK berbasis IFRS sebagai variabel independent serta laba bersih dan ekuitas PSAK sebagai variabel dependen yang diuji dengan metode komparatif.
3.2.2.Operasionalisasi Variabel
Definisi operasional perlu untuk mengukur konsep abstrak (sekaran, 2006). Penelitian ini menganalisis dampak yang ditimbulkan terhadap laba bersih dan ekuitas perusahaan pasca pengadopsian IFRS yang disajikan dalam bentuk perbandingan laba bersih dan ekuitas perusahaan yang merupakan proksi dari laporan keuangan.
Tabel 3.1
Pengukuran Variabel Penelitian Nama
Variabel
Definisi Pengukuran Skala
Pengadopsian IFRS
(Y)
Penerapan SAK
Berbasis IFRS t-2 dan t+2 Interval Laba Bersih
(X1)
Menghasilkan indeks dengan membandingkan
laba bersih PSAK dan IFRS
1 profit profit IFRS profit PSAK IFRS
- Indeks Gray dan indeks Proporsional. - Rasio
Ekuitas (X2)
Menghasilkan indeks dengan membandingkan
ekuitas PSAK dan IFRS
1 equity equityIFRS equity PSAK IFRS
- Indeks Gray dan indeks Proporsional. - Rasio
(59)
3.2.2.1.Pengadopsian Standar Akuntansi Keuangan Berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS)
Pada penelitian ini terdapat satu variabel independen sebagai event window yaitu pengadopsian IFRS. Event yang dilihat adalah laba bersih dan ekuitas antara sebelum dan sesudah penerapan SAK berbasis IFRS mulai berlaku efektif tahun 2013, sehingga tahun penelitian yang diamati pada penelitian ini adalah tahun 2011 dan 2012
3.2.2.2.Ekuitas dan Laba Bersih
Ekuitas dan laba bersih merupakan dua variabel dependen yang akan diukur dengan mengikuti literatur terbaruyakni dengan menggunakan comparability index ( Gray index). Melalui perhitungan indeks terdapat ketentuan apabila hasil yang diperoleh indeks > 1.0 menunjukkan ekuitas dan laba bersih PSAK lebih tinggi daripada standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dan sebaliknya apabila < 1.0 maka menunjukkan ekuitas dan laba bersih PSAK lebih rendah daripada standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dan nilai netral indeks adalah 1.0
3.2.2.3.Index Gray
Indeks ini pertama kali diperkenalkan oleh Gray (1980) sebagai indeks konservatisme dalam membandingkan laba beberapa negara sebagai ukuran kuantitatif perbedaan antar
(60)
akuntansi yang telah diterapkan. Indeks Gray merupakan indeks yang menjelaskan bagaimana tingkat standar yang berlaku (IFRS) memiliki dampak pada variabel penelitian ini dan ditentukan dengan membuat skala yang menggambarkan bahwa posisi laporan keuangan lebih besar IFRS atau lebih kecil dari PSAK. Nilai netral indeks ini adalah 1, sehingga jika indeks > 1 menunjukkan laba bersih dan ekuitas PSAK lebih besar daripada standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dan sebaliknya.
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah 59 perusahaan (emiten) yang pernah masuk dalam indeks saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 dan 2012. Penelitian menggunakan laporan keuangan perusahaan tahun 2011 hingga 2013 yang telah diaudit dan terdapat pengungkapan atas penerapan PSAK hasil konvergensi IFRS baik seluruhnya maupun secara parsial sesuai dengan penerapan IFRS 1. Metode pengambilan sample adalah dengan metode judgement sampling, yaitu salah satu bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian dengan kriteria:
1. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan (2011) hingga akhir periode pengamatan (2012)
2. Perusahaan harus tergabung dalam indeks LQ-45 selama 2 tahun berturut-turut (konsisten) mulai periode tahun 2011 – 2012
(61)
3. Menyajikan laporan keuangan menggunakan mata uang Rupiah 4. Laporan keuangan yang diaudit dengan tahun pelaporan 31 Desember
Proses purposive sampling dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.2
Proses Purposive Sampling Penelitian
No Purposive Sampling Jumlah
1. Perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ-45 periode 2011-2012 59 2. Dikurangi perusahaan yang tidak konsisten tergabung dalam indeks
LQ-45
(27) 3. Dikurangi perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
menggunakan mata uang asing
(8) 4. Dikurangi laporan keuangan yang tidak diaudit -
Jumlah 23
Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian stock exchange (IDX) diketahui bahwa perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 selama tahun 2011 - 2012 sebanyak 59 perusahaan, dari jumlah tersebut terdapat28 (49.15%) perusahaan yang tidak konsisten tergabung dalam indeks LQ-45 selama periode pengamatan, serta hanya 7 (11.86%) perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam penyajian laporan keuangan dan 1 perusahaan tidak dapat digunakan karena mengandung missing value, sehingga sampel pada penelitian ini berjumlah 23 (38.98%) dengan periode pengamatan selama 2 tahun sehingga jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 46 perusahaan dengan berbagai subsektor.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)