11 IFRIC 20 Stripping Costs in theProduction Phase of a Surface Mining
List of Standing Interpretation Commitee SIC
1 SIC 12 Consolidation
– Special Purpose Entities 2
SIC 13 Jointly Controlled Interest – non Monetary Contribution by
Ventures 3
SIC 15 Operating Leases – Incentives
4 SIC 21 Income Taxes
– Recovery of Revalued non Depreciable Assets 5
SIC 27 Evaluating the Substance Transaction in the Legal Form of Lease
6 SIC 32 Intangible Assets
– Website Costs Sumber: Roberts et al. 2005
Dwi Martani, 2015 www.ifrs.com
2.1.3. Menuju Adopsi IFRS di Indonesia
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan DSAK, tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption yaitu suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS
dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
2. Adopted yaitu program konvergensi PSAK ke IFRS telah
dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara
tersebut. 3.
Piecemeal yaitu suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf
tertentu saja. 4.
Referenced konvergence yaitu sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan
paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adopted at all yaitu suatu negara sama sekali tidak mengadopsi
IFRS. Rencana peralihan kiblat akuntansi pelaporan keuangan
Indonesia ke standar keuangan Internasional atau IFRS dikhawatirkan memunculkan suatu dilema bagi pelaku pasar modal apabila tidak
adanya aturan penyesuaian baru yang dilakukan oleh semua otoritas lembaga keuangan termasuk Bapepam-LK, Bank Indonesia, dan
Direktorat Jenderal
Pajak Ketua
Bapepam-LK dalam
www.kompas.com. Melihat kondisi tersebut, Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia
DSAK-IAI menyatakan belum memiliki rencana untuk adopsi penuh IFRS, seperti
dikutip seusai berbicara “Seminar Tantangan Pasar Modal Indonesia Dalam Menghadapi Integrasi Pasar Modal ASEAN Melalui
Keterbukaan Informasi dan Penetapan IFRS 2013” dibawah ini: Kebijakan Indonesia adalah untuk tetap menggunakan prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles GAAP sendiri dan
melakukan konvergensi GAAP tersebut dengan IFRS secara bertahap dengan cara meminimalkan perbedaan signifikan
antara kedua standar tersebut. Indonesia tidak memiliki suatu rencana pun atau skedul waktu untuk mengadopsi IFRS secara
penuh.
Di sisi lain, dalam acara yang sama, sebagaimana dikutip dari situs www.iaiglobal.or.id dan www.ifrs.org, Hans Hoogervorst IASB
Chairman mengatakan perlunya adopsi IFRS secara penuh seperti pada kutipan sambutannya berikut ini :
...sangat penting untuk memahami bahwa manfaat penuh penggunaan
IFRS hanya
bisa dinikmati
jika Anda
mengadopsinya secara penuh. Untuk investor asing, akan menjadi sangat sulit bagi mereka membedakan perbedaan kecil
dengan perbedaan yang besar. Jika suatu negara juridiksi tidak menyatakan bahwa negara tersebut telah mengadopsi
IFRS secara penuh, investor mungkin akan berfikir bahwa perbedaan yang muncul bisa jadi lebih besar dari yang
sebenarnya terjadi. Jika Anda telah mampu mengatasi semua masalah saat mengadopsi 95 IFRS, yakinlah bahwa Anda
masih harus menyelesaikan sisa 5-nya. Jika tidak, Anda akan mengalami pening kepala akibat transisi tersebut tanpa
mendapatkan manfaat penuh dari pengakuan internasional terhadap pencapaian Anda. Prianto,Budi : 2013
Pernyataan DSAK-IAI yang mempertegas bahwa Indonesia berada pada tahap konvergensi terus menyusun program kerja DSAK
sebagai berikut : 1.
Melanjutkan komitmen proses konvergensi IFRS; a.
Adopsi IFRSs terbaru; b.
Revisi SAK berbasis IFRS per 1 Januari 2009 menjadi per 1 Januari 2014;
c. Target Annual Improvements SAK berbasis IFRS per 1 Januari
2009 menjadi per 1 Januari 2014. 2.
Penyusunan kajian atas isu akuntansi terkini; a.
Kajian penyusunan SAK Nirlaba; Mempertimbangkan kebutuhan SAK Nirlaba bagi entitas nirlaba di Indonesia dan melihat
perbandingan SAK Nirlaba yang diterapkan di yurisdiksi lain b.
Kajian kebutuhan pilar akuntansi baru di Indonesia dengan mempertimbangkan kebutuhan entitas atas SAK selain dari SAK
Umum dan SAK ETAP yang saat ini berlaku dan melihat kebutuhan pedoman akuntansi bagi entitas mikro
3. Melanjutkan komitmen partisipasi aktif dalam forum regional dan
global; a.
Aktif berpartisipasi dan berkontribusi dalam forum regional dan internasional termasuk ikut serta dalam forum: Asian-Oceanian
Standard Setters Group AOSSG; Emerging Economies Group EEG; International Forum of Accounting Standard Setters
IFASS; World Standard Setters WSS b.
Aktif mengangkat isu akuntansi Indonesia, untuk didiskusikan di forum regional dan internasional;
4. Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi
penggunaan istilah; 5.
Memberikan komentar dan masukan untuk Exprosure Draft dan Discussion Paper IASB;
Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap adopsi mulai 2008 sampai 2011 dengan persiapan
akhir penyelesaian infrastruktur dan tahap implementasi pada 2012. Dewan Standar Akuntansi Keuangan DSAK
–IAI telah menetapkan roadmap. Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-
perusahaan listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan nasional atau
PSAK. Namun pada tahun 2010 adopsi IFRS sangat dianjurkan,
Efektif 2010
• 3 PSAK • 1 ISAK
• 9 PPSAK • 1 PISAK
Efektif 2011
• 16 PSAK • 6 ISAK
• 1 PPSAK
Efektif 2012
• 11 PSAK • 12 ISAK
• 3 PPSAK
Efektif 2013
• 22 PSAK • 1 ISAK
• 2 PPSAK
Efektif 20142015
• 4 PSAK • 9 Revisi PSAK
• 4 ISAK 2014 • 1 PPSAK 2014
• Penyesuain SAK sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-
sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusunmerevisi PSAK agar secara material sesuai dengan
IASIFRS versi 1 Januari 2009.
Gambar 2.2 Roadmap IFRS di Indonesia
Sumber : Martani, Dwi 2015 Berdasarkan IFRS FAQs, konvergensi PSAK ke IFRS
memiliki manfaat sebagai berikut: Pertama, memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan standar akuntansi keuangan yang dikenal
secara internasional. Kedua, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. Ketiga, mengurangi biaya SAK termasuk menurunkan
biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. Keempat, menciptakan efisiensi penyusunan
laporan keuangan. Kelima, Meningkatkan kualitas laporan keuangan termasuk meningkatnya kredibilitas laporan dengan mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management.
FASE FASE
Tabel 2.2 SAK Konvergensi
Standar Akuntansi Keuangan Tanggal Efektif
Tahun 2007
PSAK 13 revisi 2007: Properti Investasi 1 Januari 2008
PSAK 16 revisi 2007: Aset Tetap PSAK 30 revisi 2007: Sewa
Tahun 2008
PSAK 14 revisi 2008: Persediaan 1 Januari 2009
Tahun 2009
PSAK 26 revisi 2009: Biaya Pinjaman 1 Januari 2010,
penerapan lebih dini di anjurkan
SAK ETAP 1 Januari 2011,
penerapan lebih dini di anjurkan
PSAK
PSAK 2 revisi 2009: Laporan Arus Kas
1 Januari 2011 PSAK 5 Revisi 2009: Segmen Operasi
PSAK 7 revisi 2009: Pihak-pihak Berelasi PSAK 12 Revisi 2009: Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama PSAK 25 Revisi 2009: Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 56 Revisi 2009 : Laba Per Saham
PSAK 57 Revisi 2009: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
PSAK 58 Revisi 2009: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
ISAK
ISAK 7 revisi 2009: Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi,
Restorasi, dan Liabilitas Serupa ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
ISAK 11: Distrubusi Aset Nonkas kepada Pemilik
ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas : Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
Mengikuti PSAK nya
PPSAK
PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32:Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi pandapatan jasa telekomunikasi dan PSAK 37:
Akuntansi penyelenggaraan jalan tol
1 Januari 2010 PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK
43 Akuntansi Anjak Piutang PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Rekstrukturisasi
Utang Piutang Bermasalah PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31:Akuntansi Perbankan, PSAK
42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana
PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06 : Interpretasi atas paragraf 12 dan 16 PSAK 55 1999 tentang Instrumen Derivatif Melekat
pada Kontrak Dalam Mata Uang Asing.
Tahun 2010 PSAK
PSAK 10 revisi 2010: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing 1 Januari 2012,
penerapan dini diperbolehkan
PSAK 19 revisi 2010: Aset Takberwujud PSAK 22revisi 2010: Kombinasi Bisnis
PSAK 23 revisi 2010: Pendapatan PSAK 63 revisi 2010 : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi
Hiperinflasi
ISAK
ISAK 13: Lindung Nilai Investasi Neto Kegiatan Usaha Luar Negeri
1 Januari 2012, penerapan dini
diperbolehkan ISAK 14: Aset tidak berwujud- Biaya Situs Web
1 Januari 2011
Tahun 2013 ISAK
ISAK 27 : Pengalihan Aset dari Pelanggan 1 Januari 2014
Penerapan dini diperkenankan
ISAK 28 : Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas
ISAK 29 : Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada Tambang
Terbuka
PPSAK
PPSAK 12 : Pencabutan PSAK 33 1 Januari 2014
Penerapan dini diperkenankan
PSAK
PSAK 1 Revisi 2013 : Penyajian Laporan Keuangan
1 Januari 2015 PSAK 3 revisi 2010: Laporan Keuangan Interim PH
PSAK 4 Revisi 2013 : Laporan Keuangan Tersendiri PSAK 15 Revisi 2013 : Investasi pada Entitas Asosiasi dan
Ventura Bersama PSAK 18 revisi 2011: Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya. PSAK 8 revisi 2010: Peristiwa setelah Tanggal Neraca
PSAK 46 revisi 2013 : Pajak Penghasilan PSAK 48 revisi 2014 : Penurunan Nilai Aset
PSAK 50 revisi 2014 : Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 55 revisi 2014 : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran PSAK 24 revisi 2013 : Imbalan Kerja
PSAK 36 revisi 2011 : Kontrak Konstruksi PSAK 60 revisi 2014 : Pengungkapan Instrumen Keuangan
PSAK 61 revisi 2011 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
PSAK 65 revisi 2013 : Laporan Keuangan Konsolidasian PSAK 66 revisi 2013 : Pengaturan Bersama
PSAK 67 revisi 2013 : Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain
PSAK 68 : Pengukuran Nilai Wajar
ED PSAK
ED PSAK 53 revisi 2010: Pembayaran Berbasis Saham
ISAK
ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
Sumber : Dwi Martani 2015
2.1.4. Perubahan Laba Bersih dan Ekuitas