anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya.
Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas,
durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan. Menurut Sediaoetama 1999, di beberapa negara berkembang umumnya
masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua
tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya
untuk jangka panjang.
2.4. Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil
Menurut Supariasa 2002, Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Gejala awal anemia berupa badan
lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata,bibir, dan kuku
tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Besarnya kadar
hemoglobin pada ibu hamil dilihat dari pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah yang dikelompokkan :
Normal :
≥ 11 grdl Anemia
: 11grdl
Universitas Sumatera Utara
Menurut Supariasa 2002, di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih
adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode Sahli,hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara
dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna
yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar hanya dengan mata telanjang. Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang
diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.
Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai
dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi
oleh 11 kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida CN2- membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas
warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat
ini masih cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pola Konsumsi Pangan dan Kadar Hemoglobin