Saran Usaha Kecil dan Menengah UKM di Sumatera Utara

70 masalah keterbatasan teknologi yang menyebabkan rendahnya efisiensi didalam proses produksi dan juga rendahnya kualitas produk yang dihasilkan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perbandingan prestasi antara pengusaha UKM Muslim Perkotaan dengan Pengusaha UKM Muslim Pedesaan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlunya dilakukan pengorganisasian dan pelaksanaan rencana oleh pengusaha UKM Muslim di Perkotaan, yaitu dengan lebih memperhatikan tempat-tempat pemasaran dan mengumpulkan informasi pasar misalnya masalah kualitas produk dan jangakauan luas pemasaran lebih banyak lagi sehingga bauran pemasaran lebih luas dan dapat meningkatkan omzet atau memperbaiki kondisi usaha tahun- tahun berikutnya. 2. Perlunya keaktifan MUI dan Departemen agama dalam mensosialisasikan tentang pentingnya menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam. Agar usaha pengusaha UKM Muslim baik di Perkotaan maupun Pedesaan dapat terlepas dari riba yang menimbulkan dosa dan juga agar usaha yang di jalankan diberkahi Allah SWT. 3. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh Pengusaha UKM Muslim Perkotaan dan Pedesaan, para pengusaha perlu melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek-aspek yang terkait dengan pemasaran seperti jangkauan luas pemasaran dan kegiatan promosi. Para pengusaha juga harus mengumpulkan informasi mengenai perkembangan teknologi baru sehingga memudahkan proses produksi yang dapat menghasilkan barang produksi dengan kualitas tinggi. Universitas Sumatera Utara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Kecil dan Menengah UKM 2.1.1 Definisi UKM Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah UKM, diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Menegkop dan UKM, Badan Pusat Statistik BPS, Keputusan Menteri Keuangan No 316KMK.0161994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. 1. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Menegkop dan UKM, bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil UK, termasuk Usaha Mikro UMI, adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 satu milyar rupiah. Sementara itu, Usaha Menengah UM merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 dua ratus juta rupiah sd Rp 10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan. 2. Badan Pusat Statistik BPS memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sd 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sd 99 orang. Universitas Sumatera Utara 12 3. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316KMK.0161994 tanggal 27 Juni 1994, Usaha Kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatanusaha yang mempunyai penjualanomset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 enam ratus juta rupiah atau asetaktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 enam ratus juta rupiah di luar tanah dan bangunan yang ditempati terdiri dari : 1 badan usaha Fa, CV, PT, dan koperasi dan 2 perorangan pengrajinindustri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa. 4. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1 kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan 2 memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000. Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1 kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan 2 memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah. 5. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Usaha Kecil Menengah UKM adalah usaha perorangan atau badan usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah Universitas Sumatera Utara 13 tidak termasuk tanah dan tempat bangunan dengan jumlah tenaga kerja antara 1- 99 orang. 2.1.2 Kriteria UKM Menurut Lembaga dan Negara Asing Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut: 1 jumlah tenaga kerja, 2 pendapatan dan 3 jumlah aset. Berikut ini adalah kriteria-kriteria UKM di negara-negara atau lembaga asing: 1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu: a. Medium Enterprise, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan maksimal 300 orang 2. Pendapatan setahun hingga sejumlah 15 juta 3. Jumlah aset hingga sejumlah 15 juta b. Small Enterprise, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi 3 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi 3 juta c. Micro Enterprise, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi 100 ribu 3. Jumlah aset tidak melebihi 100 ribu 2. Singapura, menyatakan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30 pemegang saham lokal serta aset produktif tetap fixed productive asset di bawah SG 15 juta. Universitas Sumatera Utara 14 3. Jepang, membagi UKM sebagai berikut: a. Mining and manufacturing, dengan kriteria: 1. Jumah karyawan maksimal 300 orang 2. Jumlah modal saham sampai sejumlah US2,5 juta b. Wholesale, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan maksimal 100 orang 2. Jumlah modal saham sampai US 840 ribu c. Retail, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan maksimal 54 orang 2. Jumlah modal saham sampai US 820 ribu d. Service, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan maksimal 100 orang 2. Jumlah modal saham sampai US 420 ribu 4. Korea Selatan, menyatakan UKM sebagai usaha yang jumlah karyawan nya di bawah 300 orang dan jumlah assetnya kurang dari US 60 juta. 5. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu: a. Medium-sized Enterprise, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan kurang dari 250 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi 50 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi 50 juta b. Small-sized Enterprise, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan kurang dari 50 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi 10 juta Universitas Sumatera Utara 15 3. Jumlah aset tidak melebihi 13 juta c. Micro-sized Enterprise, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi 2 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi 2 juta 6. Malaysia, menetapkan UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan yang bekerja penuh full time worker kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Small Industry SI, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan 5–50 orang 2. Jumlah modal saham sampai sejumlah M 500 ribu b. Medium Industry MI, dengan kriteria: 1. Jumlah karyawan 50–75 orang 2. Jumlah modal saham sampai sejumlah M 500 ribu – M 2,5 juta

2.1.3 Komparasi Karakteristik Dasar UKM

UKM di Indonesia masih kalah bersaing dengan UKM di Negara-negara lain. Berikut adalah komparasi karakteristik dasar UKM antara negara Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Filiphina, dan Indonesia: 1. Karakteristik dasar UKM di Jepang adalah sebagai berikut: a. Sebagai subkontraktor yang efisien dan handal bagi perusahaan yang besar b. Hasil learning process sebagai subkontraktor diperoleh kemampuan teknis dalam proses produksi Universitas Sumatera Utara 16 c. Mempunyai efisiensi dan daya saing ekspor d. Dikembangkan IKM yang sangat efisien dan berdaya saing tinggi 2. Karakteristik dasar UKM di Korea Selatan adalah sebagai berikut: a. UKM dijadikan sebagai subkontraktor chaebol konglomerat raksasa sebagai kebijakan pemerintah b. Mempunyai orientasi ekspor c. Adanya persaingan internal 3. Karakteristik dasar UKM di Taiwan adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan UKM disebabkan oleh kebijakan finansial melalui kredit yang disalurkan b. Mempunyai orientasi ekspor 4. Karakteristik dasar UKM di Filipina adalah sebagai berikut: a. Mempunyai export zone b. Mempunyai orientasi ekspor c. Bahan baku lokal d. Perubahan pola subkontrak menjadi original equipment manufacturing OEM. e. Menuju industi yang high technology 5. Karakteristik dasar UKM di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia b. Masih lemahnya struktur kemitraan dengan Usaha Besar c. Lemahnya quality control terhadap produk Universitas Sumatera Utara 17 d. Belum ada kejelasan standardisasi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen e. Kesulitan dalam akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan yang formal f. Pengetahuan tentang ekspor masih lemah g. Lemahnya akses pemasaran h. Keterbatasan teknologi, akibatnya produktivitas rendah dan rendahnya kualitas produk i. Keterbatasan bahan baku

2.1.4 Permasalahan dalam UKM

Seperti halnya juga di Negara-negara lain, perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Masalah-masalah utama yang dihadapi dalam UKM adalah sebagai berikut: 1. Kesulitan Pemasaran Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UKM. Hasil dari suatu studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akrasanee 1988 di sejumlah Negara ASEAN menunjukkan bahwa pemasaran adalah termasuk growth constraints yang dihadapi oleh banyak pengusaha kecil dan menengah masalah ini dijumpai tidak terlalu serius di Singapura. Studi ini menyimpulkan bahwa jika UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek-aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Universitas Sumatera Utara 18 Saat ini, di Negara-negara Asia yang terkena krisis keuangan seperti Indonesia, Filipina dan Korea Selatan, masalah pemasaran bisa menjadi lebih serius, karena sebagai salah satu efek dari krisis tersebut akses kredit ke bank menjadi sulit kalau tidak dapat dikatakan tertutup sama sekali, ditambah lagi dengan mahalnya bahan baku yang pada umumnya diimpor, dan permintaan pasar dalam negeri yang menurun karena merosotnya tingkat pendapatan riil masyarakat per kapita. Akibatnya dapat diduga bahwa banyak UKM tidak memiliki sumberdaya produksi yang cukup untuk paling tidak mempertahankan volume produksi dan memperbaiki kualitas dari produk-produk mereka, dan ini berarti mereka semakin sulit untuk meningkatkan atau bahkan mempertahankan tingkat daya saing mereka di pasar domestic maupun pasar internasional. Kekurangan informasi membuat banyak pengusaha kecil dan menengah, khususnya mereka yang kekurangan modal dan SDM dan mereka yang berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relative terisolasi dari pusat-pusat informasi, komunikasi dan transportasi juga mengalami kesulitan untuk memenuhi standar- standar internasional yang terkait dengan produksi dan perdagangan. 2. Keterbatasan Finansial UKM, khusunya Usaha Kecil UK di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial: mobilisasi modal awal star-up capital dan akses ke modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umunya modal awal bersumber dari modal tabungan sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi, Universitas Sumatera Utara 19 apalagi untuk investasi. Sementara, mengharapkan sisa dari kebutuhan finansial sepenuhnya dibiayai oleh dana dari perbankan jauh lebih realistis. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika hingga saat ini walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan dari bantuan BUMN, sumber-sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UKM, terutama usaha mikrorumah tangga. Hal ini disebabkan oleh sejumlah alasan, diantaranya adalah: lokasi bank terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal didaerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu susah dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedurnya Tambunan, 2002:74. 3. Keterbatasan Teknologi Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lamatradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat- alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi didalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga mikro, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, Keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi. Dalam perkataan lain, dua faktor keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia atau UKM pada khususnya Universitas Sumatera Utara 20 selama ini, yaitu ketersediaan berbagai ragam bahan baku dalam jumlah yang berlimpah dan upah tenaga kerja yang murah akan semakin tidak penting di masa mendatang, diganti oleh dua faktor keunggulan kompetitif tersebut teknologi dan SDM.

2.2 Usaha Kecil dan Menengah UKM di Sumatera Utara

Struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara pada dasarnya didominasi Usaha Kecil dan Menengah UKM. Peran strategis UKM dalam perekonomian Sumatera Utara dapat dilihat dari konstribusinya dalam pembentukan PDRB Produk Domestik Regional Bruto, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Selain itu pada masa krisis UKM telah terbukti tangguh sebagai jaring pengaman perekonomian Sumatera Utara. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 1996 di Sumatera Utara tercatat ada sebanyak 1.816.130 usaha kecil dan Informal yang mencakup 662.159 usaha di luar usaha pertanian dan 1.153.971 usaha pertanian. Dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah UKM berkembang begitu pesat dari 317.656 unit usaha pada tahun 1986 meningkat tajam sekitar 108,45 atau tumbuh rata-rata 10,8 setiap tahunnya. Setelah krisis melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 jumlah UKM pada tahun 1998 berkurang menjadi 598.031 usaha atau berkurang sebanyak 64.128 usaha. Sampai tahun 1999 keadaan tidak menguntungkan bagi dunia usaha termasuk UKM. Hal ini tercermin dari menurunnya jumlah UKM menjadi 580.227 usaha atau berkurang 17.804 unit usaha di banding tahun sebelumya. Jumlah UKM ini terus berkurang selama kurun waktu tahun 1999 hingga mencapai 4.416 unit usaha. Namun tahun 2000 dan tahun 2001 jumlah UKM Universitas Sumatera Utara 21 mulai bertambah menjadi 593.615 unit usaha dan 618.670. Semenjak tahun 1996 pergeseran sektor-sektor pada UKM tidak terjadi sehingga sebaran unit usaha menurut sektor identik dari tahun ke tahun. Sektor perdagangan besar, eceran dan rumah makan dan akomodasi umumnya menjadi pilihan pengusaha kecil menengah untuk mencari nafkah. Kecenderungan masyarakat memilih usaha di sektor ini erat kaitannya dengan karakter usaha jenis ini yang relatif mudah karena dapat dilakukan oleh orang yang kurang skill dan modal yang dibutuhkan juga kecil. Berdasarkan hasil survey ekonomi yang dilakukan Badan Pusat Statistik tahun 2006 , Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang merupakan dua daerah yang mempunyai usaha non-pertanian yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah UKM 88.675 dan 57.076 unit usaha. Pada peringkat ketiga ditempati oleh Kabupaten Langkat dengan jumlah UKM 44.311 unit usaha. Universitas Sumatera Utara 22 Tabel 2.1 Banyaknya Usaha Kecil Menengah UKM menurut KabupatenKota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 NO KABUPATENKOTA JUMLAH 1. Nias 18.193 2. Mandailing Natal 14.825 3. Tapanuli Selatan 23.511 4. Tapanuli Tengah 12.258 5. Tapanuli Utara 9.243 6. Toba Samosir 6.022 7. Labuhan Batu 40.962 8. Asahan 42.357 9. Simalungun 29.654 10. Dairi 9.582 11. Karo 11.310 12. Deli Serdang 57.076 13. Langkat 44.311 14. Nias Selatan 9.965 15. Humbang Hasundutan 6.202 16. Pakpak Barat 807 17. Samosir 3.809 18. Serdang Bedagai 23.591 19. Sibolga 4.881 20. Tanjung Balai 6.990 21. Pematang Siantar 12.059 22. Tebing Tinggi 6.106 23. Medan 88.675 24. Binjai 10.691 25. Padang Sidempuan 7.418 Sumatera Utara 500.498 Sumber: Badan Pusat Statistik

2.3 Pola Permintaan Terhadap Produk-produk UKM di Pedesaan