15
3. Jumlah aset tidak melebihi 13 juta
c. Micro-sized Enterprise, dengan kriteria:
1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
2. Pendapatan setahun tidak melebihi 2 juta
3. Jumlah aset tidak melebihi 2 juta
6. Malaysia, menetapkan UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan
yang bekerja penuh full time worker kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi
dua, yaitu: a.
Small Industry SI, dengan kriteria: 1.
Jumlah karyawan 5–50 orang 2.
Jumlah modal saham sampai sejumlah M 500 ribu b.
Medium Industry MI, dengan kriteria: 1.
Jumlah karyawan 50–75 orang 2.
Jumlah modal saham sampai sejumlah M 500 ribu – M 2,5 juta
2.1.3 Komparasi Karakteristik Dasar UKM
UKM di Indonesia masih kalah bersaing dengan UKM di Negara-negara lain. Berikut adalah komparasi karakteristik dasar UKM antara negara Jepang,
Taiwan, Korea Selatan, Filiphina, dan Indonesia: 1.
Karakteristik dasar UKM di Jepang adalah sebagai berikut: a.
Sebagai subkontraktor yang efisien dan handal bagi perusahaan yang besar b.
Hasil learning process sebagai subkontraktor diperoleh kemampuan teknis dalam proses produksi
Universitas Sumatera Utara
16
c. Mempunyai efisiensi dan daya saing ekspor
d. Dikembangkan IKM yang sangat efisien dan berdaya saing tinggi
2. Karakteristik dasar UKM di Korea Selatan adalah sebagai berikut:
a. UKM dijadikan sebagai subkontraktor chaebol konglomerat raksasa
sebagai kebijakan pemerintah b.
Mempunyai orientasi ekspor c.
Adanya persaingan internal 3.
Karakteristik dasar UKM di Taiwan adalah sebagai berikut: a.
Pertumbuhan UKM disebabkan oleh kebijakan finansial melalui kredit yang disalurkan
b. Mempunyai orientasi ekspor
4. Karakteristik dasar UKM di Filipina adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai export zone
b. Mempunyai orientasi ekspor
c. Bahan baku lokal
d. Perubahan pola subkontrak menjadi original equipment manufacturing
OEM. e.
Menuju industi yang high technology 5.
Karakteristik dasar UKM di Indonesia adalah sebagai berikut: a.
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia b.
Masih lemahnya struktur kemitraan dengan Usaha Besar c.
Lemahnya quality control terhadap produk
Universitas Sumatera Utara
17
d. Belum ada kejelasan standardisasi produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen e.
Kesulitan dalam akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan yang formal
f. Pengetahuan tentang ekspor masih lemah
g. Lemahnya akses pemasaran
h. Keterbatasan teknologi, akibatnya produktivitas rendah dan rendahnya
kualitas produk i.
Keterbatasan bahan baku
2.1.4 Permasalahan dalam UKM
Seperti halnya juga di Negara-negara lain, perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Masalah-masalah utama yang
dihadapi dalam UKM adalah sebagai berikut: 1.
Kesulitan Pemasaran Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan UKM. Hasil dari suatu studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akrasanee 1988 di sejumlah Negara ASEAN menunjukkan bahwa
pemasaran adalah termasuk growth constraints yang dihadapi oleh banyak pengusaha kecil dan menengah masalah ini dijumpai tidak terlalu serius di
Singapura. Studi ini menyimpulkan bahwa jika UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek-aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas
produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas.
Universitas Sumatera Utara
18
Saat ini, di Negara-negara Asia yang terkena krisis keuangan seperti Indonesia, Filipina dan Korea Selatan, masalah pemasaran bisa menjadi lebih
serius, karena sebagai salah satu efek dari krisis tersebut akses kredit ke bank menjadi sulit kalau tidak dapat dikatakan tertutup sama sekali, ditambah lagi
dengan mahalnya bahan baku yang pada umumnya diimpor, dan permintaan pasar dalam negeri yang menurun karena merosotnya tingkat pendapatan riil masyarakat
per kapita. Akibatnya dapat diduga bahwa banyak UKM tidak memiliki sumberdaya produksi yang cukup untuk paling tidak mempertahankan volume
produksi dan memperbaiki kualitas dari produk-produk mereka, dan ini berarti mereka semakin sulit untuk meningkatkan atau bahkan mempertahankan tingkat
daya saing mereka di pasar domestic maupun pasar internasional. Kekurangan informasi membuat banyak pengusaha kecil dan menengah,
khususnya mereka yang kekurangan modal dan SDM dan mereka yang berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relative terisolasi dari pusat-pusat informasi,
komunikasi dan transportasi juga mengalami kesulitan untuk memenuhi standar- standar internasional yang terkait dengan produksi dan perdagangan.
2. Keterbatasan Finansial
UKM, khusunya Usaha Kecil UK di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial: mobilisasi modal awal star-up capital dan akses ke
modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umunya modal awal
bersumber dari modal tabungan sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi,
Universitas Sumatera Utara
19
apalagi untuk investasi. Sementara, mengharapkan sisa dari kebutuhan finansial sepenuhnya dibiayai oleh dana dari perbankan jauh lebih realistis. Oleh sebab itu,
tidak mengherankan jika hingga saat ini walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan dari bantuan BUMN, sumber-sumber pendanaan dari sektor
informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UKM, terutama usaha mikrorumah tangga. Hal ini disebabkan oleh sejumlah alasan, diantaranya adalah:
lokasi bank terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal didaerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu susah dan kurang
informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedurnya Tambunan, 2002:74.
3. Keterbatasan Teknologi
Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lamatradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-
alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi didalam proses
produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga mikro, disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, Keterbatasan informasi mengenai
perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan
inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi. Dalam perkataan lain, dua faktor keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia atau UKM pada khususnya
Universitas Sumatera Utara
20
selama ini, yaitu ketersediaan berbagai ragam bahan baku dalam jumlah yang berlimpah dan upah tenaga kerja yang murah akan semakin tidak penting di masa
mendatang, diganti oleh dua faktor keunggulan kompetitif tersebut teknologi dan SDM.
2.2 Usaha Kecil dan Menengah UKM di Sumatera Utara