61
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui jumlah peningkatan zakat perniagaan di Perkotaan terdapat 5 perusahaan yang masing-masing mengalami
peningkatan zakat dengan kenaikan sebesar 1-5 dan 6-10 dari tahun lalu. Kemudian 2 perusahaan mengalami peningkatan zakat dengan kenaikan sebesar
16-20, dan sebanyak 38 perusahaan tidak mengalami peningkatan zakat dari tahun lalu. Sedangkan di Pedesaan, terdapat masing-masing 6 perusahaan yang
mengalami peningkatan zakat sebesar 1-5 dan 6-10, 3 perusahaan sama-sama mengalami peningkatan sebesar 31-40, kemudian masing-masing 2 perusahaan
mengalami peningkatan sebesar 26-30 dan 41-50, masing-masing 1 perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar 16-20 dan 21-25, dan
sebanyak 29 perusahaan tidak mengalami peningkatan zakat dari tahun lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak satupun perusahaan yang berada
di Perkotaan mengalami peningkatan zakat dengan kenaikan sebesar 21-25, 26- 30, 31-40, dan 41-50 sementara di Pedesaan mengalami kenaikan pada
persentase tersebut. Selain itu perusahaan di Perkotaan lebih banyak yang tidak mengalami peningkatan zakat daripada perusahaan di Pedesaan. Ini berarti
pengusaha UKM Muslim di Pedesaan lebih berprestasi dibanding dengan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dengan minimum kenaikan sebesar 1-15
sampai 41-50.
4.3.4 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Penambahan Cabang Usaha
Analisis tingkat perbandingan prestasi berdasarkan penambahan cabang usaha diketahui dengan banyaknya pengusaha UKM Muslim yang menjadi
responden yang usahanya mengalami penambahan cabang usaha dalam 3 tahun
Universitas Sumatera Utara
62
terakhir ini. Tabel perbandingan persentase penambahan cabang usaha antara pengusaha Perkotaan dengan pengusaha Pedesaan bila di crosstabkan dapat dilihat
pada tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Penambahan Cabang Usaha
Lama Perusahaan Berdiri Penambahan Cabang Usaha
Total Ada
Tidak Ada
Perkotaan 4 tahun
2 7
9
4 – 6 tahun 2
11 13
7 – 9 tahun 2
7 9
10 – 12 tahun
5 5
12 tahun 1
13 14
7 43
50
Pedesaan 4 tahun
13 13
4 – 6 tahun 1
13 14
7 – 9 tahun 3
5 8
10 – 12 tahun 1
1 2
12 tahun 2
11 13
7 43
50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa baik perusahaan yang ada di Perkotaan maupun di Pedesaan sama-sama mengalami penambahan cabang
usaha baru sebanyak 7 perusahaan dan sama-sama tidak mengalami penambahan cabang usaha baru sebanyak 43 perusahaan pada masing-masing daerah tersebut.
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa para pengusaha di Perkotaan dan di Pedesaan sama-sama belum mampu mengelola perusahaannya dengan baik. Hal
ini mungkin disebabkan karena keterbatasan modal sehingga para pengusaha tidak dapat melakukan penambahan cabang pada usahanya. Disamping itu, penambahan
cabang usaha juga merupakan aspek peningkatan prestasi suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan dapat membuka cabang usahanya lebih banyak lagi,
maka omzet penjualan yang didapat akan lebih meningkat lagi.
Universitas Sumatera Utara
63
4.3.5 Pencapaian Kondisi Usaha
Selain pencapaian prestasi berdasarkan aspek omzet, tenaga kerja, zakat dan pengembangan usaha. Dalam penelitian ini juga dilihat bagaimana kondisi
pencapaian usaha antara pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dengan UKM Muslim di Pedesaan berdasarkan persentase peningkatan kondisi usaha,
penurunan kondisi usaha dan perusahaan yang kondisi usahanya biasanormal saja. Selanjutnya perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Kondisi Usaha
Domisili Kondisi Usaha
Total Terjadi Peningkatan
Normal Terjadi
Penurunan 1-
15 16-
30 31-
45 46-
60 1-
15 16-
30 46-
60 Perkotaan
4 6
27 11
1 1
50 Pedesaan
10 5
3 1
23 3
5 50
Total 14 11
3 1
50 14
6 1
100
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa terdapat sebanyak 10 perusahaan di Perkotaan yang mengalami peningkatan kondisi usaha dimana 4
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1-15 dan 6 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 16-30. Selain mengalami peningkatan, sebanyak 13
perusahaan mengalami penurunan kondisi usaha. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi usahanya,
dimana sebanyak 11 perusahaan mengalami penurunan sebesar 1-15, dan masing-masing 1 perusahaan mengalami penurunan sebesar 16-30 dan 46-60.
Sedangkan di Pedesaan, sebanyak 19 perusahaan mengalami peningkatan kondisi usaha dimana 10 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1-15, sebanyak 5
Universitas Sumatera Utara
64
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 16-30, sebanyak 3 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 31-45, dan hanya 1 perusahaan yang
mengalami peningkatan sebesar 46-60. Di samping itu, perusahaan yang mengalami kondisi usaha normalbiasa saja sebanyak 27 perusahaan terdapat di
Perkotaan dan 23 perusahaan di Pedesaan. Dari data di atas, maka dapat disimpulakan bahwa pengusaha UKM
Muslim di Pedesaan lebih berprestasi dibandingkan dengan di Perkotaan karena jumlah perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi usaha lebih banyak
terdapat di Pedesaan daripada di Perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 4.15 Komparasi Prestasi Pengusaha UKM Muslim Perkotaan Vs Pedesaan
Paired Differences t
df Sig. 2-
tailed Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
Peningkatan Omzet Perkotaan - Peningkatan Omzet Pedesaan
.160 2.713
.384 -.611
.931 .417
49 .679
Pair 2
Penambahan Tenaga Kerja Perkotaan - Penambahan Tenaga
Kerja Pedesaan 1.000
1.050 .148
.702 1.298
6.736 49
.000 Pair
3 Peningkatan Zakat Perniagaan
Perkotaan – Peningkatan Zakat Perniagaan Pedesaan
- 3.960
3.902 .552
-5.069 -2.851
- 7.177
49 .000
Pair 4
Penambahan Cabang Usaha Perkotaan - Penambahan Cabang
Usaha Pedesaan .000
.535 .076
-.152 .152
.000 49
1.000 Pair
5 Kondisi Usaha Perkotaan -
Kondisi Usaha Pedesaan .640
2.863 .405
-.174 1.454
1.581 49
.120
Sumber : diolah dari data primer
Universitas Sumatera Utara
66
Berdasarkan analisis tabel komparasi 4.15 paired sampel T-Test didapat hasil analisa menggunakan SPSS versi 21 mengenai prestasi pengusaha UKM
Muslim antara Perkotaan Vs Pedesaan berdasarkan Aspek peningkatan omzet, peningkatan zakat perniagaan, pertambahan jumlah tenaga kerja, peningkatan
kondisi usaha tahun ini dan penambahan jumlah cabang yang dibuka dalam 3 tahun terakhir.
Dari hasil analisis spss dapat dibuktikan dengan melihat apabila nilai Sig 2 tailed 0,05 maka ada kesesuaian antara frekuensi yang diharapkan dengan
frekuensi yang diperoleh diobservasi. Dan sebaliknya jika nilai sig 2 tailed 0,05 maka tidak ada kesesuaian antara frekuensi yang di harapkan dengan
frekuensi yang diperoleh dari hasil observasi. Nilai Sig 2 Tailed antara omset Perkotaan dengan Pedesaan 0,679 atau
0,679 0,05, Nilai Sig 2 Tailed antara pertambahan tenaga kerja Perkotaan dengan Pedesaan 0,000 atau 0,000 0,05, Nilai Sig 2 Tailed antara zakat
perniagaan Perkotaan dengan Pedesaan 0,000 atau 0,000 0,05, Nilai Sig 2 Tailed antara cabang usaha Perkotaan dengan Pedesaan 1,000 atau 1,000
0,05. Hasil aspek pertambahan tenaga kerja dan peningkatan zakat perniagaan dengan nilai hasil observasi 0,05 berarti ada kesesuaian antara frekuensi yang
diharapkan dengan frekuensi hasil observasi yakni frekuensi yang diharapkan dari setiap aspek menyatakan dan membuktikan bahwa Pedesaan berprestasi maka
begitu pula dengan hasil observasi menyatakan bahwa Pedesaan lebih berprestasi dibanding Perkotaan. Sedangkan hasil aspek peningkatan omzet dan aspek
penambahan cabang usaha dengan nilai hasil observasi 0,05 berarti tidak ada
Universitas Sumatera Utara
67
kesesuaian antara frekuensi yang diharapkan dengan frekuensi hasil observasi yakni frekuensi yang diharapkan dari setiap aspek menyatakan dan membuktikan
bahwa Perkotaan berprestasi maka begitu pula dengan hasil observasi menyatakan bahwa Perkotaan lebih berprestasi dibanding Pedesaan.
Universitas Sumatera Utara
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data menggunakan program SPSS 21
terhadap variabel-variabel penelitian di atas, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Rata-rata pengusaha UKM Muslim di Perkotaan adalah pengusaha yang berumur 41-50 tahun dengan tingkat pendidikan tamat SMAsederajat yaitu 29
orang dan sebagaian besar pengusaha tidak pernah sekolah agama yaitu 36 dari total responden. Dan rata-rata pengusaha UKM Muslim di Pedesaan adalah
pengusaha yang berumur 41-50 tahun dengan tingkat pendidikan tamat SMAsederajat yaitu 26 orang dan sebagaian besar pengusaha pernah sekolah
agama yaitu 31 dari total responden. Pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan di Pedesaan didominasi oleh suku jawa dengan persentase sebesar 58 di
Perkotaan dan 46 di Pedesaan dari total responden. 2. Rata-rata Perusahaan yang berada di Perkotaan merupakan perusahaan milik
perorangan yaitu 37 yang dominan 36 bidang usahanya bergerak di bidang usaha dagang dan restoran dengan luas daerah pemasaran adalah wilayah
kabupatenkota dengan jumlah 37 perusahaan. Dan rata-rata perusahaan yang berada di Pedesaan merupakan perusahaan milik perorangan sebanyak 44 yang
34 dominan usahanya bergerak di bidang usaha dagang dan restoran dengan luas daerah pemasaran adalah wilayah kecamatan dengan jumlah 34 perusahaan.
Dengan rata-rata perusahaan telah menjalankan usahanya 12 tahun baik di Perkotaan maupun di Pedesaan.
Universitas Sumatera Utara
69
3. Bila dibandingkan antara aspek penelitian dengan masing-masing domisili, pengusaha yang tidak mengalami peningkatan omzet lebih banyak terjadi di
Perkotaan yaitu sebesar 19 sedangkan di Pedesaan hanya 6 saja. Peningkatan zakat perniagaan yang dialami pengusaha paling rendah sebesar 1-15 yang juga
dipengaruh daripada peningkatan omzet, kemudian dari aspek penambahan tenaga kerja sebanyak 13 pengusaha di Perkotaan dan 28 pengusaha di Pedesaan yang
mengalami jumlah peningkatan tenaga kerja, lalu masing-masing sebanyak 7 dari total responden berhasil membuka cabang usaha baru dengan kondisi usaha
normal sebanyak 27 pengusaha terdapat di Perkotaan dan 23 pengusaha di Pedesaan dengan rata-rata mencapai peningkatan kondisi usaha tertinggi sebesar
46-60. 4. Pengusaha UKM Muslim Kabupaten Deli Serdang lebih berprestasi dibanding
dengan pengusaha UKM Muslim Kabupaten Asahan dengan nilai observasi tabel komparasi paired simple- T Test dari keseluruhan aspek 0,00 0,05 yang berarti
bahwa frekuensi yang diharapkan dalam penelitian sama atau sesuai dengan hasil observasi.
5. Terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan di Pedesaan dalam hal pencapaian prestasi yaitu hambatan dalam
masalah kesulitan pemasaran dimana para pengusaha kekurangan informasi karena banyak pengusaha yang berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif
terisolasi dari pusat-pusat informasi, selanjutnya dalam masalah keterbatasan finansial yang meliputi modal awal dan finansial jangka panjang, dan dalam
Universitas Sumatera Utara
70
masalah keterbatasan teknologi yang menyebabkan rendahnya efisiensi didalam proses produksi dan juga rendahnya kualitas produk yang dihasilkan.
5.2 Saran