lii
d. Penggolongan Bank
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, penggolongan bank dapat dibagi menjadi :
1 Berdasarkan Jenisnya a Bank Umum
b Bank Perkreditan Rakyat 2 Berdasarkan Kepemilikannya
a Bank milik Pemerintah b Bank milik Pemerintah Daerah
c Bank milik Swasta Nasional d Bank milik Koperasi
e Bank Asing Campuran 3 Berdasarkan Bentuk Hukumnya
a Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah b Bank berbentuk hukum Perseroan PERSERO
c Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas PT d Bank berbentuk hukum Koperasi
4 Berdasarkan Kegiatan Usahanya a Bank Devisa
b Bank Bukan Devisa 5 Berdasarkan Sistem Pembayaran Jasa
a Bank berdasarkan pembayaran bunga b Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil
keuntungan bank dengan prinsip syariah 6 Berdasarkan Fungsinya
Menurut fungsinya bank dibedakan menjadi :
49
49
Abdulkadir Muhammad, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Edisi Revisi, PT Citra Aditya Bakti: Bandung, 2004, hlm. 36.
liii a Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank Indonesia yang
mempunyai tugas sebagai lembaga Negara yang berwenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu
Negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort.
b Bank Umum yang berfungsi sebagai bank yang dapat menjalankan segala jenis usaha di bidang jasa perbankan.
c Bank Perkreditan Rakyat, berfungsi sebagai bank yang menjalankan usaha di bidang jasa perbankan tidak termasuk
jasa lalu lintas pembayaran, terutama untuk melayani usaha kecil dan rakyat pedesaan.
e. Permodalan Bank
Modal merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko
kerugian permodalan untuk bank di Indonesia tidak hanya mengacu pada ketentuan yang berlaku secara nasional, tetapi juga mengikuti aturan
yang berlaku secara internasional, seperti pedoman permodalan yang dikeluarkan oleh bank of international settlements BIS, tetapi yang
telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Modal bank bukan hanya sebagai salah satu sumber penting
dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian
tingkat laba, disatu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi
jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil, disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank juga akan
mempengaruhi penilaian, khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan
liv bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Secara umum, dana bank yang digunakan sebagai modal
operasional bersumber dari 3 tiga komponen, yaitu sebagai berikut: 1 Dana sendiri, yaitu dana yang berasal dari bank sendiri, berupa
modal disetor, cadangan dan laba ditahan. 2 Dana pinjaman pihak luar, berupa pinjaman antar bank call money,
pinjaman luar negeri, pinjaman dari Bank Indonesia, dan dari lembaga keuangan bukan bank.
3 Dana dari masyarakat dana pihak ketiga, yaitu berupa giro, deposito berjangka dan tabungan.
50
Edward W. Reed dan Edward K. Gill mengemukakan bahwa modal sekarang terdiri dari 2 dua unsur, yaitu modal utama dan modal
sekunder. Modal utama primer terdiri dari saham biasa, saham preferensi permanen, rasio modal laba yang tidak dibagikan, cadangan
darurat, cadangan modal lainnya, instrumen konvertibel lainnya dan cadangan kerugian pinjaman. Modal sekunder terdiri dari saham
preferensi umur terbatas dan notes subordinasi dan debentures. Jumlah modal sekunder tersebut tidak boleh lebih dari 50 jumlah modal
primer dan instrumen pembiayaan dalam modal sekunder harus dihapuskan dengan mendekatnya tanggal jatuh tempo.
51
3. Bank Perkreditan Rakyat