lvii Adanya pembatasan kegiatan usaha pada Bank Perkreditan
Rakyat tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan fungsi Bank Perkreditan Rakyat, yang ditujukan terutama melayani usaha-
usaha kecil dan menengah, serta masyarakat di daerah pedesaan.
c. Bentuk Hukum, Pendirian, Permodalan dan Kepemilikan Bank
Perkreditan Rakyat
1 Bentuk Hukum Bank Perkreditan Rakyat Bentuk hukum suatu Bank Perkreditan Rakyat sesuai Pasal 21
Undang-Undang Perbankan dapat berupa salah satu dari : a Perusahaan Daerah
b Koperasi c Perseroan Terbatas
d Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Dengan tidak mengurangi arti dari bentuk hukum yang
lainnya, Bank Perkreditan Rakyat akan lebih berdaya guna dan berhasil guna berbentuk hukum Perusahaan Daerah. Hal ini
didasari dari tujuan dibentuknya Perusahaan Daerah untuk membantu pembangunan daerah dan menambah pendapatan
daerah, yang tidak berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang membantu dan mengembangkan usaha pengusaha kecil dan
golongan ekonomi lemah, serta membantu kebutuhan karyawan dalam meningkatkan kebutuhannya.
2 Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Selama transisi guna penyesuaian bentuk hukum seperti
yang dikehendaki oleh Undang-Undang Perbankan Tahun 1992, bentuk hukum yang sesuai dan tepat bagi Bank Pembangunan
Daerah adalah perusahaan daerah. Landasan hukumnya adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1992. Pasal 2
Permendagri tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan penyesuaian peraturan pendirian Bank Pembangunan Daerah serta perubahan
lviii bentuk hukum bank tersebut menjadi perusahaan daerah harus
ditetapkan melalui peraturan daerah dengan mengacu kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah dan Undang-Undang Perbankan.
56
Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Undang-Undang Perusahaan Daerah, yang dimaksud
dengan Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang ini yang modalnya untuk
seluruh atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan
Undang-Undang.
57
3 Pendirian dan Perijinan Bank Perkreditan Rakyat BPR dapat didirikan dan menjalankan usaha dengan ijin
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Pendirian BPR dapat dilakukan di ibu kota kabupaten,
atau kotamadya sepanjang di tempat tersebut belum ada Bank Perkreditan Rakyat
58
Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Perbankan Tahun 1998 menyatakan bahwa ijin usaha BPR diberikan oleh
pemimpin Bank Indonesia apabila memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang susunan organisasi, permodalan,
kepemilikan, keahlian bidang perbankan, kelayakan rencana kerja.
59
Pemberian ijin untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat melalui dua tahapan. Pertama adalah tahap persetujuan prinsip
yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank yang bersangkutan. Tahapan kedua berupa pemberian ijin usaha, yaitu
56
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung, 1996, hlm. 119-120.
57
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung: 2002, hlm. 127.
58
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung, 1996, hlm. 130.
59
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung, 2002, hlm. 411.
lix ijin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah persiapan
selesai dilakukan.
60
Permodalan Bank Perkreditan Rakyat Pasal 25 Undang- Undang Perbankan Tahun 1992 menyatakan bahwa modal setor
yang berbentuk saham hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama. Bagi Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk
perusahaan daerah dengan mengingat ketentuan permodalan pada Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 menurut Permendagri
Nomor 8 Tahun 1992 ditentukan modal dasar bank ditetapkan sesuai dengan kondisi, dan kemampuan daerah masing-masing
yang perubahan dan besarnya ditetapkan dengan peraturan daerah. Sebagian besar modal bank merupakan penyertaan dari pemerintah
daerah dan merupakan kekayaan yang dipisahkan.
61
Pasal 4 angka 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3235KEPDIR menyatakan bahwa modal disetor untuk
mendirikan Bank Perkreditan Rakyat ditetapkan sekurang- kurangnya sebesar:
a Dua miliar rupiah untuk Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan Kabupaten
atau Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi, Karawang. b Satu miliar rupiah untuk Bank Perkreditan Rakyat yang
didirikan di wilayah Ibukota Propinsi di luar wilayah yang disebut dalam huruf a.
c Lima ratus juta rupiah untuk Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan di luar wilayah yang disebut dalam huruf a dan b.
d Kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat.
62
Pasal 24 Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 menyatakan bahwa Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat dimiliki
oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang pemiliknya warga negara Indonesia atau pemerintah daerah, atau
60
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung, 1996, hlm. 129.
61
Ibid, hlm. 141.
62
Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara: Jakarta, 2002, hlm. 39.
lx dapat juga berupa badan hukum hasil kerja sama di antara
ketiganya. Menurut Pasal 15 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3235KEPDIR yang dapat menjadi pemilik
Bank Perkreditan Rakyat adalah pihak-pihak yang : a Tidak termasuk dalam daftar orang-orang tercela di bidang
perbankan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki
integritas, antara lain memiliki akhlak dan moral yang baik; mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
bersedia mengembangkan Bank Perkreditan Rakyat yang sehat.
4 Pengalihan Kepemilikan Kepemilikan suatu bank dapat dialih tangankan dengan cara
tertentu sesuai dengan tata cara pengalihan hak milik, yaitu melalui:
a Pewarisan b Hibah
c Wasiat Perjanjian yang dilakukan dengan akta, yang dapat berupa
merger, konsolidasi antarbank, dan akuisisi, juga bentuk perjanjian lainnya.
63
4. Tujuan dan Fungsi Badan Kredit Kecamatan