lxxv memperoleh pilihan terbaik untuk kepentingan yang lebih luas dalam
hal kebijakan maupun prosedur. f Equity
Semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.
g Effectiveness and Efficiency Harus ada jaminan bahwa proses dan lembaga yang ada harus
menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan program yang telah digariskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
h Accountability Ini berarti bahwa para pembuat keputusan dalam pemerintahan sektor
swasta dan masyarakat civil society mesti bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders.
i Strategic Vision Dalam hal ini pihak yang memimpin haruslah mempunyai perspektif
corporate governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan sejalan dengan program yang diperlukan untuk
pembangunan. Pada prinsipnya, istilah GCG mengacu pada bagaimana manajemen perusahaan mengelola perusahaan tersebut secara baik,
benar dan penuh integritas. Karena itu, prinsip GCG melingkupi seluruh aspek dari organisasi, bisnis dan budaya perusahaan.
Sedangkan prinsip-prinsip GCG yang merupakan esensi yang sangat mendasar dalam rangka implementasi GCG adalah: Keadilan
Fairness, transparansi transparency, akuntabilitas accountability dan responsibilitas responsibility.
97
B. Kerangka Pemikiran
Perbankan sebagai salah satu sektor yang penting dan strategis di Indonesia sangat terikat berbagai peraturan baik yang dibuat oleh Lembaga
97
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governance:Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif Hukum, Total Media:Yogyakarta, 2007,
hlm. 74.
lxxvi Legislatif maupun Lembaga Eksekutif. Peraturan tersebut berpengaruh besar
terhadap industri perbankan di Indonesia dimulai dari pengambilan keputusan, segmentasi pasar sampai pada cara kerja dan produk yang dikeluarkan oleh
perbankan akan diatur dan diawasi pelaksanaannya oleh Pemerintah. Peraturan-peraturan tersebut berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang berbagai kebijakan, Peraturan Menteri Dalam Negeri, serta berbagai Peraturan Daerah
baik dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kota Kabupaten. Peraturan tersebut dibuat untuk ditaati dan dilaksanakan sehingga berbagai
peraturan tersebut akan memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diatur.
Bank Indonesia sebagai bank sentral yang karena fungsi, tugas dan peranan sebagai otoritas moneter, serta melakukan pengawasan dan
pembinaan bank mempunyai kewenangan mengatur dan mengeluarkan berbagai keputusan atau kebijakan. Kebijakan tersebut berupa paket kebijakan
perbankan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, Kualitas Aktiva, Sistem Informasi Debitur, Sekuritisasi Aset, Perlakuan Khusus terhadap
Kredit Bank Umum di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kabupaten Nias, Pinjaman Luar Negeri, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan
Transparansi Informasi Produk Perbankan. Peraturan Bank Indonesia ini dikeluarkan dalam upaya penyehatan dan peningkatan daya saing perbankan
nasional dan untuk mendorong percepatan proses merger dan akuisisi bank. Terkait dengan upaya percepatan proses merger dan akuisisi bank, Bank
Indonesia juga membuat kebijakan mengenai penetapan modal minimal bank, yaitu minimal Rp. 100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah.
Melalui paket kebijakan Januari 2005 tersebut, Pemerintah secara tidak langsung memaksa perbankan melakukan merger atau akuisisi. Karena sampai
batas Juni 2005, Bank Indonesia mengharapkan perbankan melakukan merger atau akuisisi secara sukarela. Apabila bank tidak melakukan merger atau
akuisisi, pemerintah akan menunjuk bank yang sehat dan kuat menjadi bank jangkar yang akan mengakuisisi bank-bank yang lain, yaitu pemerintah akan
lxxvii menunjuk bank yang layak menjadi bank jangkar dan akan menetapkan bank-
bank yang akan diakuisisi. Bank Indonesia telah melakukan penilaian terhadap seluruh PD. BPR
BKK di Jawa Tengah termasuk sebelas PD. BPR BKK di Kabupaten Karanganyar. Penilaian yang dilakukan Bank Indonesia menghasilkan sebuah
kebijakan yang mewajibkan seluruh PD. BPR BKK yang ada pada Kabupaten yang sama di merger menjadi satu termasuk sebelas unit PD. BPR BKK yang
ada di Kabupaten Karanganyar wajib dimerger menjadi satu PD. BPR BKK. Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 32 52 KEP DIR
tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat, maka perubahan terhadap PD. BPR
BKK di Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan merger menjadi PD. BPR BKK
Tasikmadu. Namun
apakah pada
pelaksanaan dan
pasca dilaksanakannya merger telah terjadi kesesuaian dengan peraturan yang ada
serta telah mencapai tujuan yang diharapkan, hal ini masih memerlukan suatu penelitian dan pengkajian lebih lanjut.
lxxviii
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Perbankan di Indonesia Mempunyai Peran yang
Penting dan Strategis
Peraturan: UU Perbankan, PP, SK Direksi BI, Permendagri, Perda terkait pengaturan
perbankan, PD BPR BKK serta tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger,
Konsolidasi dan Akuisisi BPR
Pelaksanaan merger 11 unit PD. BPR BKK di Kabupaten Karanganyar DiwajibkanMerger
Perlu dikaji dan diteliti: - Kesesuaian Pelaksanaan Merger dengan Peraturan-
Peraturan Perbankan - Memiliki legalitas yuridis
- Kesesuaian hasil dengan tujuan yang diharapkan Sesuai tidak
sesuai
Memiliki tidak memiliki
Diatur oleh Peraturan Hukum baik yang
dikeluarkan oleh Eksekutif dan atau Legsilatif
lxxix
BAB III METODE PENELITIAN
1. Karakteristik Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum dengan pendekatan nondoktrinal dengan analisis yang kualitatif.
98
Menurut Soetandyo Wignyo Soebroto ada 5 lima konsepsi hukum, yaitu:
1 Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal;
2 Hukum adalah norma-norma positif didalam sistem perundang-undangan hukum nasional;
3 Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto dan tersistemasi sebagai judge made law;
4 Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial yang empirik;
5 Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.
99
Dari kelima konsepsi hukum tersebut, penelitian ini menggunakan konsep hukum kelima karena hukum disini bukan hanya dikonsepkan sebagai
rules tetapi sebagai regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam alam pengalaman.
100
Penulis bermaksud mengkaji tidak hanya dari sisi normatif namun juga dari sisi kenyataan yang terjadi di lapangan terhadap
permasalahan yang diangkat. Karena pada dasarnya objek penelitian hukum non doktrinal sosial dapat berupa penelitian tentang berlakunya hukum
positif, penelitian tentang pengaruh berlakunya hukum positif terhadap
98
Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum, UNS: Surakarta, 2005, hlm. 24.
99
Ibid, hlm. 20-21.
100
Ibid, hlm. 22.