commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengurusan keuangan di Mangkunegaran pada tahun 1916 terjadi beberapa perubahan yang berarti yaitu dipisahkannya antara penerimaan dan pengeluaran
dari perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh Mangkunegaran dari anggaran utama. Hal ini dilakukan dengan menciptakan sebuah dana tersendiri untuk
perusahaan-perusahaan gula dan lain-lainnya yang termasuk milik Mangkunegaran dan dikelola dalam sebuah komisi agar lebih sederhana dan yang
dimasukan kedalam anggaran utama hanya perkiraan besarnya laba atau kerugiannya saja.
Tahun 1916 dibentuk sebuah komisi yang mengurus keuangan Mangkunegaran badan ini dinamakan Dana Milik Mangkunegaran. Badan ini
bekerja untuk menyempurnakan reorganisasi keuangan dan menaruh semua perusahaan didalamnya dan Dana ini diurus oleh sebuah komisi. Pengurus
hariannya dilakukan oleh seorang Superintendent, sedangkan ketuanya adalah raja Mangkunegaran, Superintendent yang telah diakui oleh Gubernur Jenderal sebagai
anggota, dan seorang pegawai atau ambtenar yang di pilih oleh Residen sebagai anggota.
1
Pasca kemerdekaan Indonesia, persoalan penguasaan aset-aset di wilayah ini menjadi isu yang cukup menarik. Persoalannya adalah bahwa peralihan
kekuasaan dari pemerintah kolonial menjadi pemerintah Republik tidak serta
1
Pringgodigdo A.K, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran, Surakarta: Reksa Pustaka, 1985, hlm. 93
commit to user 2
merta diikuti dengan peralihan penguasaan semua aset ekonomi di tangan pemerintah Indonesia. Pengalihan aset-aset ekonomi hanya terjadi pada badan-
badan yang berada di tangan pemerintah kolonial yang telah diambil alih oleh pemerintah bala tentara Jepang. Aset-aset asing yang dikuasai oleh pihak
perusahaan swasta asing masih tidak jelas statusnya. Sementara itu pengelolaan aset-aset itu menjadi terganggu akibat
terjadinya perang kemerdekaan. Banyak para pengusaha asing dan pekerja-pekerja asing yang meninggalkan perusahaannya kembali ke negeri Belanda. Ada pula
yang masih bertahan di Indonesia, meskipun di dalam menjalankan usahanya tidak berjalan maksimal.
Sejalan dengan semakin tegangnya konflik Indonesia Belanda, di dalam negeri, sekitar tahun 1947 muncul aksi sepihak dalam pengambil alihan
perusahaan-perusahaan asing. Pengambil-alihan ini semula banyak dilakukan oleh badan-badan perjuangan dan perorangan, namun kemudian ditertibkan oleh
Pemerintah Indonesia, terutama dilakukan oleh pihak militer. Sesungguhnya pola yang sama juga terjadi pada aset milik bekas
penguasa-penguasa bumi putra. Salah satu penguasa bumi putra yang aset-asetnya diambil alih oleh negara secara paksa adalah Mangkunegaran.
2
Pada masa kekuasaan Mangkunegaran VI dibentuk lembaga yang mengurusi keuangan Praja Mangkunegaran. Setelah melalui berbagai perundingan
dan jajak pendapat antara Pihak pemerintah Hindia Belanda, Residen dan Pihak Praja Mangkunegaran maka didirikanlah sebuah Badan Keuangan yang
2
Wasino, Makalah, Nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran disampaikan dalam Workshop on the Economic Side of Decolonization, Jointly organized by LIPI, NIOD, PPSAT-
UGM dan program Studi Sejarah Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta akhir Agustus 2004. hal 2 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
commit to user 3
dinamakan Dana Milik Mangkunegaran. Didirikannya komisi untuk semua perusahaan dan sebagainya bertujuan agar perusahaan-perusahaan itu didalam
anggaran disendirikan sebagai suatu keseluruhan, dimana detail-detail yang bersifat teknis atau komersil tidak disebutkan dalam anggaran itu, akan tetapi hal
itu tidak berarti bahwa perusahaan-perusahaan itu tidak mengikuti anggarannya sendiri.
3
Dana Milik Mangkunegaran ini mengurusi keuangan perusahaan- perusahan milik Mangkunegaran.
Perusahaan-perusahan Industri Mangkunegaran yang semula diusahakan oleh Mangkunegara IV untuk kepentingan keluarga dan rakyat Mangkunegaran
harus lepas ke tangan Pemerintah Republik Indonesia setelah terjadinya krisis sosial politik di Surakarta tahun 1946. Krisis sosial politik ini sering dikenal
sebagai Revolusi Sosial di Surakarta. Pengambilalihan aset milik Praja Mangkunegaran ini justru terjadi setelah Indonesia merdeka dan daerah istimewa
Swapraja yang dihapus di kota Surakarta khususnya terhadap aset–aset milik Mangkunegaran
Penghapusan daerah Swapraja ini berakibat pada Pembekuan Aset-aset yang dimiliki oleh Kasunanan dan Mangkunegaran. Dengan berakhirnya status
pemerintahan Mangkunegaran maka semua badan usaha diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah Republk Indonesia termasuk perkebunan dan
hasil hutannya dalam hal ini yang mengelola adalah Perusahaan Nasional Surakarta. Hal ini telihat dari berkas surat kuasa istimewa dari Mangkunegara
VIII kepada KRMTH Ir Sarsito Mangunkusumo untuk menyerahkan perusahaan Mangkunegaran yang bernaung di bawah Dana Milik Mangkunegaran kepada
3
Pringgodigdo A.K, op.cit, hal. 97. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
commit to user 4
BPPGN dan PPN tahun 1946.
4
Meskipun berdasarkan maklumat dari menteri kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945 bahwa
Mangkunegaran diberi ijin untuk mengelola perusahaannya sendiri karena selama ini Mangkunegaran mengelola perusahaan menggunakan modalnya sendiri.
5
Dan untuk pengelolaan hasil-hasil perkebunan maka pada tanggal 30 April 1947
dibawah koordinasi Kementrian Pertanian dibentuk Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia. Tugas dari kantor ini adalah mengurus dan
menyelenggarakan perusahaan-perusahaan milik negara yang tergabung dalam Kantor Perusahaan Perkebunan Pemerintah KPP yang pada zaman Belanda
bernama Gouvernements landbouw bedrijven. Selain itu ini juga bertugas untuk mengurus perusahaan-perusahaan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh
negara, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan bukan perkebunan.
6
Reaksi pihak Mangkunegaran terhadap nasionalisasi aset-aset itu semula bersifat kooperatif. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik dengan rakyat
Surakarta yang tergabung dalam kelompok Anti Swapraja. Selain itu juga disebabkan oleh ketidaksiapan praja Mangkunegaran dalam menghadapi situasi
sosial-politik di Surakarta yang berubah dengan cepat akibat berdirinya negara Republik Indonesia. Pihak Mangkunegaran justru memberikan tempat di
lingkungan istana Mangkunegaran sebagai kantor PPN. Selain itu beberapa mantan pegawai perkebunan Mangkunegaran bekerja dikantor PPRI. Sikap pihak
Mangkunegaran menjadi berubah sejak terjadinya clash ke II oleh Belanda
4
Arsip tentang surat kuasa istimewa Mangkunegara VIII berkaitan dengan penyerahan aset Mangkunegaran kepada pemerintah RI tahun 1946 , Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no.
4752
5
Arsip tentang Maklumat dari Menteri kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5107.
6
Wasino, op cit. hal 6. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
commit to user 5
tanggal 19 Desember 1948. Tampaknya pihak Mangkunegaran menyadari bahwa, kekuasaan dan harta kekayaannya telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia.
Untuk itu mereka berusaha untuk memperkuat diri dalam mempertahankan dan mempersiapkan alat-alat pemerintahan untuk mengembalikan status
pemerintahannya. Pihak Mangkunegaran menjalin hubungan baik dengan Pemerintah Hindia Belanda untuk dapat menyelamatkan harta miliknya yang telah
diambil alih oleh Pemerintah RI, setelah menyerahkan dengan sukarela perusahaan-perusahaan yang bernaung di Dana Milik Mangkunegaran kepada
pemerintah Republik Indonesia di tahun 1946, sikap Mangkunegaran terlihat malalui surat keterangan yang dibuat oleh Superintendent yang mewakili Dana
Milik Mangkunegaran yang meminta kembali haknya atas dua perusahaan gula andalan mereka yaitu pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa selama ini penanaman Tebu dan pembuatan Gula dibiayai oleh Mangkunegaran sendiri.
7
Hubungan ini membawa hasil, karena selain para pegawainya memperoleh gaji dalam bentuk civilele list sebagaimana yang pernah mereka terima pada
periode sebelum perang, juga berhasil dihidupkannya kembali lembaga yang mengurusi kekayaan Mangkunegaran, “Fonds van Eigendommen van het
Mangkoenegorosche Rijk” atau Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Status lembaga ini diubah menjadi hak milik pribadi berdasarkan hukum Eropa
Perubahan itu dilakukan oleh Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia melalui surat keputusannya tanggal 30 September 1949 no. 35. Dengan surat
7
Arsip tentang surat keterangan dari Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu adalah milik Praja Mangkunegaran ditanda tangani oleh Mangkunegara VIII dan Patih
Mangkunegaran tahun 1948, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5236 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
commit to user 6
keputusan itu, pihak Mangkunegaran menganggap bahwa harta-harta kekayaan yang semula diambil-alih Pemerintah Indonesia bisa kembali dikuasai oleh pihak
keluarga Mangkunegaran.
8
Pada tanggal 17 Desember 1949, Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia maka aset yang telah dikuasai oleh Praja
Mangkunegaran dibawah Dana Milik Mangkunegaran harus diserahkan kembali kepada Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini tidak mudah karena posisi
Mangkunegaran yang diwakili oleh kuasa keuangannya yaitu jabatan yang dipegang oleh Superitendent menolak untuk berkoordinasi oleh PPRI.
9
Pada tahun 1951 aset-aset Mangkunegaran kembali dibekukan oleh pemerintah dan mewajibkan Mangkunegaran untuk menyerahkan pengelolaan
aset-aset Mangkunegaran kepada Pemerintah Republik Indonesia, konflik terbuka antara Pemerintah Republik Indonesia dan Praja Mangkunegaran terjadi pada
bulan Oktober dan November, Pemerintah Indonesia berusaha mengambil-alih kembali manajemen pabrik gula pada akhir tahun 1951, setelah beberapa tahun
kendali manajemen industri itu berada di tangan Superintendent Harta Milik Mangkunegaran. Hal ini terlihat dari surat Menteri Dalam Negeri tanggal 8
Nopember 1951 no Pem. X. 6658 yang berisi harapan atas kedatangan Sri Mangkunegoro VIII beserta anggota komisi lain dan Superintendent untuk
bertukar pikiran dan membicarakan lebih lanjut tentang segala sesuatu mengenai “Fonds” terkait dengan maksud pemerintah untuk mencabut besluit Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia 30 September 1949 no 35. Surat itu diikuti dengan undangan melalui telegram tertanggal 13 Desember 1951 yang
8
Wasino, 2004. Nasionalisasi Pabrik gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGM pers, 2004, hal. 7
9
Seluruh hasil dari perkebunan disimpan sendiri didalam De Javasche bank oleh Superintendent yang pada masa itu dijabat oleh Ir Sarsito Mangoenkoesomo.
commit to user 7
ditujukan pada Sri Mangkunegoro VIII, tetapi pihak Mangkunegaran memberi jawaban tidak bersedia untuk datang berunding.
10
Setelah melalui masa transisi selama hampir empat tahun, pada tahun 1952 segala bidang pengusahaan yang pernah dilakukan oleh praja Mangkunegaran
akhirnya dibekukan dan beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Selanjutnya praja berusaha menata kembali sistem keuangannya melalui Dana Milik
Mangkunegaran , karena ketika masa peralihan tersebut situasi keuangan praja mengalami kesulitan. Keadaan ini selaras dengan situasi politik dan ekonomi di
Indonesia pada waktu itu, antara tahun 1946 hingga sekitar tahun 1952-an. Sejak saat itu roda perekonomian praja Mangkunegaran sepenuhnya hanya bergantung
dari subsidi pemerintah. Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas hasil penelitian dapat
ditulis dengan judul “ Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset-aset Mangkunegaran Tahun 1946-1952 ”
B. Rumusan Masalah