commit to user 17
dan pabrik gula Tasikmadu, perusahaan beras Polokarto dan perusahaan beras Matesih, perkebunan kopi Kerjo-Gadungan, tetapi juga perusahaan pemborong
kapuk di Wonogiri, administrasi rumah-rumah tinggal di Semarang dan tempat- tempat lain, hutan jati dan hutan liar di Wonogiri.
A. Pembentukan Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Pada tahun 1899 keuangan Praja Mangkunegaran yang sebelumnya ditangani oleh Residen Hindia Belanda dikembalikan kepada Praja. Hal ini
menyebabkan Praja Mangkunegaran memperoleh kembali hak otonominya dalam bidang ekonomi. Sejak saat itu Praja Mangkunegaran mulai diwajibkan untuk
menggunakan seorang ahli keuangan bangsa belanda yang disebut Superintendent sebagai pengawas keuangan Praja Mangkunegaran. Namun tugasnya hanya
sebatas mengawasi saja hal ini sesuai dengan peraturan tertanggal 15 April 1899 yang menyebutkan bahwa Residen sebagai wakil dari pemerintahan Hindia
Belanda untuk selanjutnya hanya membatasi diri dalam hal urusan-urusan pemerintahan saja, bahkan urusan anggaran belanja tidak perlu disampaikan
kepadanya, pemerintah pusat sudah cukup puas apabila hanya Superintendent saja yang membuat laporan tahunan mengenai pemerintahan yang sudah dijalankan
termasuk mengenai hal-hal yang menyangkut perusahaan-perusahaan dan keuangan Praja Mangkunegaran dalam arti sempit.
1
Kebijakan penghematan yang berlebihan dari Sri Mangkunegoro VI menyebabkan suatu reaksi dari pemerintahan karena jalannya keadaan Praja
1
A.K. Pringgodigdo, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Kerajaan Mangkunegaran, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1977, hlm. 89.
commit to user 18
Mangkunegaran yang tidak sesuai lagi dengan keputusan tahun 1899. Sehingga mulai tahun 1911 anggaran Praja Mangkunegaran dalam arti sempit harus
mendapatkan persetujuan dari Residen, bunga dan saldo Praja harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dan kemudian laba perusahaan-perusahaan harus
disediakan untuk keperluan dinas-dinas Praja Mangkunegaran. Sejak tahun 1916 maka semua penerimaan dan pengeluaran dari semua perusahaan dimasukan
kedalam anggaran Praja. Kebebasan bertindak dalam urusan perusahaan- perusahaan oleh surat-surat pemerintah tertanggal 2 Juni 1911 yang mewajibkan
adanya persetujuan dari residen terkait anggaran belanja dalam arti sempit.
2
Surat tersebut yang diperkuat dengan pranatan tanggal 16 Desember 1915 menimbulkan
kejanggalan terhadap anggaran belanja karena didalam anggaran itu tidak terdapat perkiraan-perkiraan yang tidak perlu dimintakan persetujuan dari residen. Dengan
memisahkan administrasi keuangan Praja dalam arti sempit dan memasukannya dalam kas Praja yang ada didalam kekuasaannya Patih, maka secara langsung juga
mengurangi campur tangan Superintendent dalam keuangan pribadi yang diurusinya.
3
Dalam keadaan ini maka keputusan yang diambil pada tahun 1899 secara keseluruhan dianggap sudah usang , baik terhadap otonomi keuangan Praja
maupun terhadap kedudukan pribadi dari Superintendent, yang didalam teorinya masih bertanggung jawab atas seluruh urusan keuangan dan masih menyampaikan
laporan kepada pemerintah Hindia Belanda mengenai seluruh administrasi keuangan Praja Mangkunegaran.
2
ibid, hlm 89.
3
Ibid Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
commit to user 19
Kewibawaan Superintendent di Surakarta yang disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Raja membuat residen yang tidak setuju dengan keadaan itu tidak
mau mengusulkan ditariknya atau diubahnya surat keputusan tahun 1899 tersebut. Peraturan yang lebih baik mengenai kedudukan Superintendent Mangkunegaran
atau dari tugas Superintendent yang dengan sendirinya tidak dapat diusulkan bersifat insidentil maka akan diajukan kalau saatnya yang baik telah tiba,
barangkali pada saat pergantian Raja.
4
Pada waktu itu Residen mengira bahwa Superintendent di waktu itu yang dijabat oleh Tuan Haag akan berhenti. Tetapi ternyata itu tidak terjadi sehingga
keadaan itu berlanjut sampai lebih dari satu tahun. Dorongan untuk mengubahnya dikemudian hari datang dari Direktur Departemen Pemerintahan Dalam Negeri.
Ia mengusulkan pada cara penyusunan anggaran dimana dia berpendapat apakah tidak mungkin bila kalau anggaran dari Praja-Praja di Surakarta disusun sesuai
cara yang digunakan oleh Pemerintahan daerah di Wilayah Gubernemen yang ditetapkan dengan GB Gubernemen Besluit yang sudah dilaksanakan oleh kedua
Swapraja di Yogyakarta mulai tahun 1916.
5
Inti surat kedua yang dilampirkan dalam surat yang dikirimkan oleh Direktur Departemen pemerintahan Dalam Negeri tangggal 5 Juli 1916 kepada
Residen Surakarta ialah saran untuk tidak memasukan anggaran penerimaan dan pengeluaran dari perusahaan-perusahaan kedalam anggaran utama Praja
Mangkunegaran. Isinya berbunyi sebagai berikut “barangkali ada baiknya untuk menciptakan sebuah dana tersendiri buat perusahaan-perusahaan gula dan lainnya
4
Surat Residen kepada Direktur Departemen Pemerintahan Dalam Negeri tanggal 22 Febuari 1915, Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran, no. 1152
5
Gouvernement Besluit no 31 tanggal 18 April 1910 staatsblad no. 260, Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no 1121.
commit to user 20
milik Praja dan ditaruh dibawah suatu komisi agar lebih sederhana, dan yang dimasukan kedalam anggaran hanyalah perkiraan besarnya laba atau kerugian
saja. Dalam pokok inti surat tersebut juga menyebutkan tentang kedudukan atau posisi Superintendent. Direktur Departemen meminta keterangan yang lebih
lengkap mengenai kedudukan dan kekuasaan yang dipegang oleh Superintendent Mangkunegaran karena melihat laporan yang cukup lengkap tentang keuangan
Mangkunegaran yang tidak hanya berisi tentang laporan perusahaan saja.
B. Peraturan Dana Milik Mangkunegaran