commit to user
81
Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran berakhir dengan kekalahan di pihak Mangkunegaran pada tanggal 2 Juli 1952 di Pengadilan Negeri Jakarta. Dengan ini Komisi Dana
Milik Mangkunegaran tidak berhak lagi mengurus dan menyelenggarakan segala hal yang berhubungan dengan Dana Milik Mangkunegaran.
F. Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran
Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang didirikan pada tahun 1916 dengan tujuan untuk mengurus aset-aset Mangkunegaran yang berupa perusahaan dan perkebunan yang berada di
daerah Vorstelanden Mangkunegaran. Peranan Komisi ini sangat berpengaruh terhadap aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran yaitu bertugas untuk menyelenggarakan, memantau dan
mengawasi segala aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran.
55
Tahun 1946, Komisi Dana Milik Mangkunegaran berperan untuk memperlancar penasionalisasian aset-aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran oleh Pemerintah Republik
Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Mangkunegaran disebabkan karena beberapa alasan, yaitu situasi yang tidak kondusif yang terjadi di Surakarta khususnya daerah Mangkunegaran.
Revolusi sosial yang mengakibatkan dibekukannya daerah Swapraja Surakarta serta perebutan aset-aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran memaksa Praja Mangkunegaran untuk
bekerja sama dengan Pemerintah untuk memulihkan situasi keamanan. Salah satunya dengan menyetujui untuk menyerahkan Dana Milik Mangkunegaran kepada Pemerintah. Melalui surat
55
A. K. Pringgodigdo, Op.cit, 1977, hlm. 89
commit to user
82
perintah Mangkunegara VIII kepada Superintendent Mangkunegaran saat itu Ir. Sarsito Mangunkusumo maka Mangkunegaran menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Dana Milik yang
berupa Perusahaan perkebunan kepada Pemerintah Republik.
56
Badan-badan baru kemudian dibentuk untuk mengurusi Dana Milik ini seperti Perusahaan Nasional Surakarta PNS, Badan Pengurus Perusahaan Gula Negara BPPGN
kemudian Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia PPRI. Komisi Dana Milik yang berstatus dibekukan tetap membantu dalam pengoperasian perusahaan miliknya hal ini terlihat
dari masih aktifnya Superintendent dalam kegiatan laporan serta perencanaan perusahaan.
57
Sikap Mangkunegaran berubah setelah terjadi Agresi militer yang dilakukan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Komisi Dana Milik yang seharusnya berperan untuk
memperlancar proses Nasionalisasi malah berusaha untuk merebut kembali aset-aset yang pernah menjadi miliknya. Hal ini dilakukan oleh Mangkunegaran karena merasa bahwa Dana Milik
Mangkunegaran adalah hak milik Mangkunegaran dan sudah selayaknya dikelola secara langsung oleh Praja Mangkunegaran sendiri, bukan oleh Pemerintah.
Komisi Dana Milik Mangkunegaran kemudian merubah status kepemilikan Dana Milik sesuai hukum Eropa yaitu dengan bekerjasama dengan Belanda. Penerbitan besluit Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia dianggap sebagai bukti yang cukup bagi Mangkunegaran untuk mendapatkan haknya kembali atas Dana Milik Mangkunegaran.
56
Lihat surat kuasa istimewa Mangkunegara VIII kepada Superintendent tahun 1946, arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4752
57
Lihat arsip turunan surat kuasa Mangkunegoro kepada Mr. Lukman Wiriadinata dan Mr. Abdi Zainal Abidin untuk mengadakan pembelaan di depan pengadilan masalah Dana Milik Mangkunegaran, no. 4786
commit to user
83
Pengakuan atas kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949 merupakan pukulan yang berat bagi Mangkunegaran. Dengan diakuinya kedaulatan Indonesia maka
Mangkunegaran harus tunduk terhadap peraturan Pemerintah. Hal ini menyebabkan Mangkunegaran harus menyerahkan kembali Dana Milik kepada Pemerintah dan membubarkan
Komisi Dana Milik miliknya pada tahun 1952.
58
58
Keputusan pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
commit to user
84
BAB IV
DAMPAK NASIONALISASI ASET MANGKUNEGARAN TERHADAP PRAJA MANGKUNEGARAN
Perubahan sistem kebijakan pemerintah penguasa sangat berpengaruh terhadap sistem birokrasi di Praja Mangkunegaran. Semasa pendudukan kolonial Belanda tahun 1940an terdapat
dua sistem pemerintahan, pemerintahan Belanda dan kerajaan, Struktur pegawai masih mengikuti struktur birokrasi Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, struktur pegawai
pemerintahan Mangkunegaran masih menggunakan sistem Belanda tetapi juga ada perubahan dalam struktur pemimpin suatu daerah. Masa kemerdekaan tahun 1945 pemerintah pusat telah
mengambil alih semua urusan kerajaan Mangkunegaran. Pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunagoro VIII
terjadi perubahan dan perkembangan baru yaitu sesudah terjadinya gerakan anti Swapraja yang mengakibatkan dibekukannya Praja Mangkunegaran dengan penetapan Pemerintah no 16 S.D
sehingga statusnya menjadi bagian dari wilayah Negara Republik Indonesia yang berarti Praja Mangkunegaran sudah tidak mempunyai kekuasaan lagi untuk memerintah.
1
1
Muhammad Husodo Pringgokusumo, Sejarah Perusahaan Mangkunegaran, Reksapustaka Mangkunegaran, 1987, hal. 24-26
commit to user
85
A. Praja Mangkunegaran setelah Nasionalisasi