Praja Mangkunegaran setelah Nasionalisasi Dampak Nasionalisasi dalam bidang Perekonomian Mangkunegaran

commit to user 85

A. Praja Mangkunegaran setelah Nasionalisasi

Setelah melalui masa transisi selama hampir empat tahun pada tahun 1950 segala bidang pengusahaan yang pernah dilakukan oleh Praja Mangkunegaran juga dibekukan dan beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Selanjutnya Praja berusaha menata kembali sistem keuangannya karena pada masa peralihan tersebut situasi keuangan Praja Mangkunegaran mengalami kesulitan. Keadaan ini selaras dengan situasi politik dan ekonomi di Indonesia pada waktu itu, antara tahun 1946 hingga tahun 1950. Hal ini tentu saja membawa dampak dan perubahan yang sangat besar bagi Praja Mangkunegaran. Praja yang pada masa sebelum kemerdekaan memiliki aturan dan sistem ekonomi yang mandiri harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru ini.

B. Dampak Nasionalisasi dalam bidang Perekonomian Mangkunegaran

Nasionalisasi terhadap aset-aset Mangkunegaran berpengaruh sangat besar pada keuangan serta sistem keuangan Praja Mangkunegaran. Status istimewa serta kemandirian yang biasanya dilakukan pada masa sebelum kemerdekaan harus dilepas. Roda perekonomian Praja Mangkunegaran sepenuhnya bergantung pada subsidi pemerintah setelah keputusan tentang pembubaran Komisi Dana Milik Mangkunegaran diputuskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta tanggal 2 Juli 1952. 2 Subsidi yang diperoleh dari pemerintah pada dasarnya hanya bersifat tunjangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan Sri Mangkunegoro VIII pribadi beserta putra 2 Keputusan Pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hal. 19 commit to user 86 sentana serta kebutuhan bagi pemeliharaan keadaan didalam istana dengan rincian sebagai berikut : 1. Praja Mangkunegaran mendapat subsidi dari pemerintah sebesar tiga juta rupiah sebulan. 2. Setengah dari Jumlah tersebut digunakan untuk kebutuhan Sri Paduka Mangkunegara dan Putra Sentana. 3. Jumlah tersebut separuhnya kemudian diambil sebagai biaya perawatan istana dan sisanya untuk menggaji para abdi dalem. 3 Sistem manajemen keuangan istana Mangkuengaran masa Mangkunegara VIII, masih berdasarkan pada pranatan atau peraturan 1917. Peraturan ini berpedoman pada sistem pembukuan yang rasional yaitu memisahkan antara kekayaan istana dengan harta pribadi Sri Paduka Mangkunegara sebagai bentuk kesadaran akan kewarganegaraan. Hal semacam ini berarti erat kaitannya dengan sistem hukum dan administrasi yang rasional. Dengan dibentuknya Kantor Dinas Urusan Istana yang mengelola sirkulasi keuangan istana, untuk memenuhi kebutuhan istana termasuk merawat istana dengan segala isinya serta untuk menggaji para abdi dalem. Sedangkan segala kebutuhan sehari-hari Sri Mangkunegara pribadi masuk dalam bentuk anggaran kas kecil dan dikelola oleh kantor Reksabuana Mangkunegaran. Kantor ini mengelola keuangan istana yang berasal dari subsidi pemerintah yang diterima secara rutin tiap sebulan sekali melalui Departemen Dalam Negeri kemudian turun ke 3 Partini, “Sistem Manajemen Kepegawaian Istana Mangkunegaran masa Pemerintahan Mangkunegara VIII”, Skripsi, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro Semarang, 1987, hal.125 commit to user 87 Pemerintah Daerah tingkat I Jawa Tengah dan terakhir melalui Pemerintah Daerah tingkat II Surakarta yaitu melalui Residen atau Walikota Surakarta. 4 Tetapi oleh Praja Mangkunegaran subsidi ini dirasa sangat kurang mengingat besarnya biaya perawatan istana yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka Praja Mangkunegaran dibawah kepemimpinan Mangkunegara VIII mengambil suatu langkah guna mengatasi situasi keuangan Praja. Sesuai dengan fungsi dan misi Mangkunegaran yang tidak lain adalah hanya sebagai salah satu pusat pelestari dan pengembang budaya Jawa, yaitu melestarikan peninggalan budaya luhur Mangkunegaran untuk disumbangkan kepada pembangunan nasional maka didirikanlah badan- badan usaha untuk menunjang misi tersebut melalui organisasi kekerabatan Mangkunegaran atau yang lebih sering disebut dengan Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran HKMN. Mangkunegaran kemudian berusaha untuk bangkit dan memperbaiki sistem perekonomiannya. HKMN dibentuk pada tahun 1946, pembentukan organisasi ini didasari oleh bahwa setelah tahun 1946 pemerintahan Mangkunegaran dibekukan maka segala kegiatan yang mengatasnamakan pemerintahan Mangkunegaran tidak dibenarkan lagi. Para pendiri Republik menyadari bahwa banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah daerah baru yang mengambil alih pemerintahan Mangkunegaran, terutama menyangkut hal-hal yang bersifat spiritual, kultural, dan nilai-nilai luhur peninggalan leluhur Mangkunegaran. Disamping itu masih ada pula bangunan istana beserta benda-benda budaya yang ada didalamnya, perpustakaan, dan kekayaan-kekayaan lainnya yang terhimpun dalam Fonds van Eigendommen Mangkunegaran. Semua itu masih menjadi tanggung jawab pihak Mangkunegaran dengan Mangkunegoro VIII sebagai pemimpinnya. Begitu pula dengan para 4 Partini, ibid, hal. 126 commit to user 88 pengawal, pemangku, dan abdi dalem, yang berarti harus dilanjutkan pengurusan, pemeliharaan, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Dengan istilah lain “hak hidupnya tetap ada”. 5 Semua itu ditangani oleh beberapa badan antara lain Dinas Urusan Istana sebelumnya disebut Kabupaten Mondropura, Kawedanaan Satriya dan Mangkunegoro VIII sendiri beserta stafnya. Menghadapi perubahan situasi politik beserta dampaknya, dan pengalaman Mangkunegaran selama ini, diputuskan untuk segera membentuk suatu badan yang dapat menghimpun potensi kerabat Mangkunegaran. Dengan persetujuan Mangkunegoro VIII dan pepatih dalem KRMAA Partono Hardojonoto dibentuklah sebuah organisasi yang diberi nama “Himpunan Kerabat Mangkunegaran”. 6 HKMN lahir pada tahun 1946, adapun AD RTnya baru dapat disahkan pada tanggal 3 November 1950 atau Jumuwah Kliwon 22 Suro Jimakir 1882, dengan candrasengkala Mulat Sarira Ngesti Sawiji. Selanjutnya dinyatakan: “Dengan berazaskan budi luhur, kekeluargaan, Pancasila dan Nunggal Laras, HKMN bermaksud dan bertujuan: 1.Menghimpun dan menyusun tenaga lahir dan batin dari masyarakat kerabat Mangkunegaran, guna membangun dan mengembangkan masyarakat kerabat Mangkunegaran pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sesuai dengan perubahan zaman. 5 Penjelasan mengenai SK Sri Mangkunegoro VIII, tanggal 19 Juli 1978, No. 78SP78, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 1189 6 Sjafri Sairin, Javanese Trah Kin-Based Social Organization, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 1982, hal. 8. commit to user 89 2. Menambah kesadaran para kerabat atau kewajiban sebagai anggota masyarakat. 3. Menanam pengertian yang sehat akan paham kedaulatan rakyat demokrasi dan membiasakan mempergunakan hak demokrasi secara teratur yang layak dalam negara hukum yang demokratis. 4. Memperdalam kesadaran bernegara dan berbangsa. 5. Memperdalam dan mengembangkan kebudayaan asli. 6. Menjalankan usaha-usaha untuk mempertinggi tingkat hidup rakyat, jasmani dan rohani bagi kerabat Mangkunegaran pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. 7 Penghapusan Swapraja dan upaya nasionalisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1952, menyebabkan seluruh kekayaan ex-Swapraja dibekukan. Termasuk didalamnya kekayaan Mangkunegaran yang terhimpun dalam Founds van Eigendommen van het Mangkoenegarasche Rijk atau Dana Milik Mangkunegaran. Untuk selanjutnya diambil alih oleh pemerintah Republik dan berada dalam wewenang pengurusan Walikota Surakarta. Pada tahun 1970, kestabilan keuangan Mangkunegaran dapat tercapai. Hal ini dilakukan dengan dirintisnya usaha-usaha baru sebagai pemasok keuangan Praja. Badan-badan usaha tersebut adalah : 1. Kantor Biro Pariwisata Mangkunegaran yang ada di bekas Gedung Perkantoran Mangkunegaran 7 Moeljatmo Darmosapoetra, HKMN Perombakan dan Penyusunan Kembali Tatawangun, Surakarta: Reksopustoko, 1980, hal. 2-3. commit to user 90 2. PT Retnapuri yang bergerak dalam bidang usaha perhotelan yaitu dengan didirikannya Hotel Mangkunegaran Mangkunegaran Palace Hotel pada tahun 1962 oleh Sri Paduka Mangkunegaran VIII. Hotel ini berdiri di atas bekas gedung militer Legiun Mangkunegaran sebelah barat pamedan halaman depan istana. Managing Director PT Retnapuri tersebut adalah Gusti Pangeran Hario GPH Sujiwo Kusumo. GPH Sujiwo Kusumo merupakan putra keempat Sri Paduka Mangkunegoro VIII. 3. PT Astrini yang bergerak dalam bidang usaha penyaluran bahan-bahan pokok dari Bulog Jawa Tengah, dengan 20 orang karyawan. PT Astrini ini juga memiliki hak konsensi kayu dan rotan seluas 20.000 hektar di Kalimantan Timur. 4. PT Gamelan Mangkunegaran yang berada Panti Putra Mangkunegaran. Badan usaha ini membuat dan menjual perangkat gamelan. 5. Bank Mekar Nugraha yang bergerak dalam bidang usaha perbankan. 6. Koperasi keluarga Mangkunegaran yang berdiri pada tanggal 22 Januari 1980. Koperasi berada di gedung bekas kantor Kejaksaan Mangkunegaran. 8 Selain mendirikan berbagai bidang usaha baru untuk menunjang perekonomian Mangkunegaran. Berbagai pendekatan dilakukan pihak Mangkunegaran pada pemerintah Republik agar dapat meninjau kembali status dana tersebut. Pemerintah Soekarno tidak memberikan tanggapan perihal dana tersebut, sampai kemudian terjadi perubahan sistem pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru. 8 Partini, ibid, hal. 126-127 commit to user 91 Pada masa pemerintahan Soeharto tepatnya tahun 1970 dan kemudian 1974, Mangkunagoro VIII mengupayakan kembalinya dana tersebut. Bukan sesuatu yang mudah memang, proses yang dijalani pun amat panjang. Dengan negosiasi pihak HKMN yang diwakili anggota-anggotanya seperti Mayjen Suryo Sumpeno, pengusaha terkenal Sukamdani S Gitosardjono, mantan Menteri Kehutanan DR. Soedjarwo, dan ibu negara Tien Soeharto, dana tersebut berhasil dikembalikan. Pengembaliannya tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara bertahap. Dana yang dimaksud berupa kepemilikan yayasan dilingkungan Mangkunegaran seperti : Yayasan Cikal Bakal Mangkunegaran, Yayasan SMA Siswo Mangkunegaran, Yayasan PDMN, Yayasan Ywapati, Yayasan SD Siswo Mangkunegaran, Yayasan Hardi Bangun Mangkunegaran, Yayasan Bina Budaya Mangkunegaran, Perkumpulan PAKARTI Mangkunegaran Karawitan Beksan, Pengurus SMP Siswo IV Mangkunegaran, Pengurus TK Taman Putra Mangkunegaran, HPMN Himpunan Pemuda Mangkunegaran, HWMN Himpunan Wanita Mangkunegaran, NV Gianti, dan CV Aneka Ratna. 9 Mangkunegaran menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan baik itu, negarawan, politisi, diplomat, seniman, dan pengusaha-pengusaha terkenal. Kekayaan budaya Mangkunegaran menjadi daya tarik, sumber inspirasi dan juga memiliki nilai jual tersendiri. Tidak heran bila istana Mangkunegaran selalu masuk dalam daftar kunjungan para tamu negara. 9 Dana Milik Mangkunegaran, Surakarta: Reksa Pustaka Mangkunegaran, Arsip No. 1001 commit to user 92

C. Dampak Nasionalisasi pada bidang Sosial