Analisis semiotika pesan dakwah dalam poster narkotika badan narkotika nasional (BNN)

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH

DALAM POSTER NARKOTIKA

BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

AFAF SHOLIHIN

NIM: 106051001776

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,17 Juni 2010


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Afaf Sholihin

NIM: 106051001776

Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN)

Narkotika merupakan obat terlarang yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa, selain itu obat ini juga dapat menimbulkan ketergantungan. Hingga tahun 2008 telah terkumpul data bahwa pengguna narkotika bila dilihat dari segi pendidikan berkisar 4404 (dikalangan SD), 10819 (dikalangan SMP) dan 28470 (dikalangan SMA). Penyalahgunaan narkotika merupakan permasalahan yang kompleks baik dilihat dari faktor penyebabnya maupun dari akibatnya. Sebagai badan yang bergerak khusus menangani masalah penyalahgunaan narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) telah melakukan berbagai macam cara untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan narkotika dikalangan masyarakat, baik melalui media elektronik maupun melalui media cetak. Pembuatan poster merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk hal tersebut. Hal ini dikarenakan poster merupakan media yang unik, perpaduan antara gambar, tulisan dan juga warna. Tulisan yang tercantum pun tidak perlu panjang, cukup singkat namun sarat akan makna.

Penelitian ini menggunakan pendekatam kualitatif, yang tidak menggunakan angka atau statistik melainkan data deskriptif berupa tulisan dari objek yang diamati. Metode yang digunakan yaitu semiotika dengan teori dari Charles Sanders Pierce, pierce membagi tanda menjadi tiga yakni indeks, simbol dan ikon. Menurut Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi dijelaskan bahwa Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petanda.

Poster yang diteliti berjumlah empat buah, yakni poster langit, poster hukuman mati, poster undang-undang dan poster jam berdetik. Makna poster bila dilihat dari pembuat poster ialah: Poster langit, narkotika hanya membuat halusinasi keindahan semu dan palsu, rasakan lebih indahnya dunia tanpa narkotika. Poster hukuman mati, hindari Penyalahgunaan narkotika karena dampaknya bagi kesehatan sangat buruk dan sangat dilarang dari sisi hukum karena dapat merusak masa depan seseorang. Poster undang-undang, setiap hal yang kita lakukan ada dampak negatif atau positifnya, bila menggunakan narkotika maka kita harus berani mempertanggung jawabkan nya di meja hukum. Dan poster jam berdetik, setiap detik kita sangat berharga, maka jangan rusak sedetikpun dengan narkotika karena dapat membuat masa depan menjadi suram.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta beribu syukur saya kepada Allah swt, Tuhan pencipta alam yang telah memberikan banyak nikmat Nya kepada saya. Shalawat yang selalu terucapkan untuk Nabi Muhammad saw, makhluk Allah yang paling mulia diantara ciptaan Nya.

Senang sekali, akhirnya Allah swt telah mengizinkan saya untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN)”. Saya mengemas penelitian ini dengan memadukan ilmu pengetahuan teoritis yang saya pelajari serta referensi yang saya dapat dari berbagai sumber. Terselesainya skripsi ini juga karena adanya bantuan dari berbagai pihak, dan saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua saya: Buya, K.H Sholihin Ilyas dan umy, Dahlia yang telah banyak berjasa dan berkorban untuk anaknya, serta sabar dalam mengasuh saya.

2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Drs. Jumroni, M. Si selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan penasihat akademik. Umi Musyarofah, MA selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Serta seluruh dosen


(7)

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya kepada saya.

5. Dra. Armawati Arbi, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan dalam penulisan skripsi Saya.

6. Ibu Sulastiana, S.Ip., S.H., M.Si selaku pejabat fungsional Media massa dan pemberitaan BNN, mba Purwadani Puspha Melani, S.Ds serta ka Rangga Kusuma selaku para pembuat poster.

7. Tim penilai poster yang telah meluangkap waktunya.

8. Adik-adik ku: Shofa Sholihin, Humam Dzakir, Hanan Sholihin dan Syamsul Ma’arif, Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian.

9. Orang-orang terdekat yang telah menemani, banyak memberikan motivasi dan dapat menghibur dikala kesedihan datang: Deni Sofiansyah, Andri Ratih, Septia Sari, Adilla Dikha Pertiwi, Richa Muthmainnah, Ade Halimah dan Fitria Ramdhani. Pengalaman manis dan berharga yang tak akan pernah terlupakan bersama kalian.

10.Seluruh teman KPI A 2006 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun perjalanan indah bersama kalian akan selalu saya ingat dan tidak akan terlupakan.

11.Seluruh teman KPI 2006 baik dari kelas B, C dan D yang telah banyak memberikan warna semasa kuliah.


(8)

12.Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terimakasih saya kepada kalian.

Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai sarana berbagi ilmu. Amin


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORI A. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah ... 12

2. Unsur-unsur Dakwah ... 16

B. Pesan Dakwah Mengenai Anti Narkoba ... 18

1. Islam dan Hidup Sehat ... 20

C. Poster ... 22

1. Poster Sebagai Media Dakwah ... 23

2. Poster Sebagai Media Cetak ... 24

D. Semiotika ... 27


(10)

BAB III PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

A. Sejarah BNN ... 32

B. Visi dan Misi BNN ... 35

C. Program BNN... 37

D. Peran Humas Dalam Sosialisasi Program 1. Melalui Non-Media ... 41

2. Melalui Media ... 41

E. Gambaran Umum Poster ... 42

BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM POSTER NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Semiotika Terhadap Poster 1. Poster Langit ... 44

2. Poster Hukuman Mati ... 49

3. Poster Undang-undang ... 54

4. Poster Jam Berdetik ... 60

B. Analisis Terhadap Makna Poster dari Pembaca Poster ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1: Hasil Analisis Poster Langit dengan Teori Pierce... 46

2. Tabel 2: Hasil Analisis Poster Hukuman Mati dengan Teori Pierce... 52

3. Tabel 3: Hasil Analisis Poster Undang-undang dengan Teori Pierce... 58

4. Tabel 4: Hasil Analisis Poster Jam Berdetik dengan Teori Pierce... 63

5. Tabel 5: Peserta Focus Group Discussion ... 65

6. Tabel 6: Hasil Individu Terhadap Makna Poster ... 66


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat, juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari cengkramannya.

Berdasarkan Undang-undang No.22 Tahun 1997, jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II dan golongan III.

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.

Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol dan lain-lain.


(13)

Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein dan turunannya.1

Dan kini tidak sedikit anak-anak Indonesia yang terjatuh ke dalam lubang hitam narkotika, namun tidak sedikit pula dari mereka yang tidak selamat. Data yang terkumpul pada tahun 2008 menyatakan bahwa terdapat 4404 (untuk kalangan SD), 10819 (untuk kalangan SMP) dan 28470 (untuk kalangan SMA).2

Penyalahgunaan narkotika tidak hanya dilarang oleh negara, melainkan juga oleh agama karena penggunaannya dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Dalam jurnal BNN dinyatakan bahwa pada tanggal 10 Februari 1976, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa haram terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba. MUI menyatakan, pada prinsipnya agama Islam melarang umatnya memasukkan sesuatu benda atau bahan yang merugikan kesehatan jasmani, akal dan jiwa kedalam tubuh.3

Terlebih penyalahgunaan narkotika sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian, terutama di kalangan remaja. Guna mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika yang dapat menyebabkan kerugian jiwa, harta benda, serta mengganggu keamanan dan pembangunan, MUI pun meminta perang terhadap narkotika terus dilakukan semakin gencar.

Dalam fatwa haram terhadap narkoba, MUI menuntut agar para penjual, pengedar dan penyelundup narkotika dihukum seberat-beratnya hingga hukuman

1

Badan Narkotika Nasional, Petunjuk Teknis, Advokasi Bidang Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah ,2008

2

Brosur Badan Narkotika Nasional, Januari 2009

3


(14)

mati. Para ulama pun meminta agar para aparat keamanan dan pihak-pihak berwenang turut memudahkan dan membiarkan peredaran narkoba dihukum seberat-beratnya.

Dalam memutuskan fatwanya, para ulama berpegang teguh pada Al-quran dan sunah. Dalam Al-quran Surat Al-Baqarah ayat 195, Allah SWT berfirman:

ﺪْﺄ اﻮ ْ ﻻو ْﻬ اﻰ إْ ﻜ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”

Selain itu, dalam Al-quran Surat An-Nisa ayat 29:

رْ ﻜ نﺎآﷲانإْ ﻜ أاﻮ ْ ﻻو “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Selain perhatian dari lingkungan sekitar untuk menjaga anak-anak terbebas dari bahaya narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai badan yang bergerak khusus dibidang narkotika, mempunyai berbagai cara untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada khalayak mengenai bahaya dari penyalahgunaan narkotika. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan menggunakan media poster.

Poster merupakan media komunikasi visual berbentuk dua dimensi. Poster dinilai sebagai media yang menarik, karena keberadaannya dikemas sedemikian rupa dengan paduan gambar, warna, serta teks yang singkat namun bermakna


(15)

luas. Poster harus mampu menimbulkan stimulus bagi pembaca nya agar komunikasi yang terjadi dapat berdampak efektif.

Dan penggunaan analisis semiotika pada penelitian ini ditujukan agar lebih memahami bagaimana cara membaca makna pada poster-poster yang beredar. Karena poster narkotika dinilai penting untuk khalayak luas agar mereka mengerti bahaya yang akan menimpa jika berani mencoba menggunakan narkotika. Jadi tepat kiranya penulis mengambil judul penelitian ini ialah “Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini hanya fokus kepada pembuat dan pembaca poster, tidak meneliti efek dari media yang digunakan. Pembaca poster disini mempunyai latar belakang usia yang berbeda dari 15 hingga 20 tahun dan dipilih dari lingkungan Lenteng Agung, hal ini dikarenakan poster-poster yang dikeluarkan oleh BNN belum pernah sampai ke daerah ini, oleh karena itu penting kiranya diadakan penelitian agar mereka dapat lebih memahami cara membaca poster. Dan pada penelitian ini hanya dibatasi pada empat poster yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) yakni poster langit, poster hukuman mati, poster undang-undang dan poster jam berdetik. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa makna dari poster yang diterbitkan oleh BNN bagi pembuat poster?

2. Apa makna dari poster yang diterbitkan oleh BNN bagi pembaca poster?


(16)

3. Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam poster BNN bagi pembuat poster?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan :

a. Mengetahui makna dibalik gambar, warna, serta teks pada poster menurut pembuat poster.

b. Mengetahui makna dibalik gambar, warna, serta teks pada poster menurut pembaca poster.

c. Mengetahui pesan dakwah yang terdapat dalam poster bagi pembuat poster.

2. Manfaat:

a. Manfaat Akademik:

Dapat menambah dan memperdalam wawasan keilmuan dakwah dan komunikasi mengenai semiotika, khususnya mengenai media poster.

b. Manfaat Praktis:

Mendapat gambaran cara membuat poster dan dapat mengetahui makna secara jelas tentang poster bagi para pembaca poster. Penulis juga berharap penelitian ini dapat memberikan masukan kepada BNN dalam pembuatan poster agar lebih baik.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Kualitatif:

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5), kualitatif sebagai prosedur penelitian yang


(17)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah Purwadani Puspha Melani dan Rangga Kusuma, sebagai pembuat poster dan beberapa para pembaca poster. Adapun objek dalam penelitian ini ialah empat poster yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti sudah mulai mendatangi tempat yang akan diteliti dari tanggal 14 Desember 2009, diawali dengan memilih poster-poster yang akan diteliti. Dan peneliti melakukan wawancara pertama kepada pihak BNN dan pembuat poster pada tanggal 10 Maret 2010. Lalu peneliti melakukan wawancara berikutnya pada tanggal 22 dan 27 Maret 2010, wawancara dilakukan di Gedung Badan Narkotika Nasional yang bertempat di Jl. MT. Haryono No.11 Cawang, Jakarta Timur.

4. Tahapan Penelitian: a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini melalui berbagai instrumen. Pertama, pemilihan poster yang akan diteliti. Kedua, melakukan wawancara


(18)

dengan pihak humas Badan Narkotika Nasional serta dengan pembuat poster. Dan ketiga, melakukan pengumpulan data mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian.

Untuk mengetahui makna dari poster yang akan diteliti menurut pembaca poster, maka peneliti menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.

Sebagaimana juga teknik lainnya, FGD hanya dipakai untuk tujuan menghimpun data sebanyak-banyak nya dari informan. Hanya saja kalau metode lain, peneliti memperoleh data dari informan yang bersifat pribadi, tanpa melalui pergumulan sikap dan pendapat orang lain, sedangkan melalui FGD informasi yang ditangkap peneliti adalah informasi kelompok, sikap kelompok, pendapat kelompok dan keputusan kelompok.

Dengan demikian, kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan (subjektif), namun menjadi kebenaran intersubjektif. Karena selama diskusi berlangsung masing-masing orang tidak saja memperhatikan pendapatnya sendiri, namun ia juga mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD lainnya.4

4

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal.237


(19)

b. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap: data dikelompokan, disederhanakan lalu dikemas ke dalam tabel.

c. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkaji tanda-tanda. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain.5

Penelitian semiotika ini merupakan semiotika analitik, yakni semiotika yang menganalisis sistem tanda.6 Tanda yang akan dianalisis dalam penelitian ini ialah gambar, warna serta teks yang terdapat dalam ke empat poster BNN yang akan diteliti.

Adapun analisis data disini, yakni dengan menggunakan semiotika model Charles Sanders Pierce yang membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petanda.7

5

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2008),h.12

6

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 100

7


(20)

E. Tinjauan Pustaka

Dari pengamatan peneliti terdapat beberapa penelitian yang juga membahas analisis semiotika diantara nya ialah:

Pertama, “Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu” oleh Ranita Erlanti Harahap, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada tahun 2008. Adapun kesamaan dengan penelitian ini terletak pada objek yang dibahas, yakni mengenai poster. Perbedaannya terletak pada teori yang digunakan, penelitian di atas menggunakan teori dari Gillian Dyer sedangkan penelitian ini menggunakan teori dari Pierce. Selain itu judul penelitian di atas hanya meneliti makna poster dilihat dari pembuat poster sedangkan pada penelitian ini meneliti makna poster dilihat dari pembuat poster dan juga dari pembaca poster.

Kedua, “Analisis Semiotik Terhadap Iklan Hidup Adalah Perbuatan Soetrisno Bachir” oleh Sella Nurmaya Sari, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, pada tahun 2009. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada objek yang dikaji, penelitian ini menganalisis sebuah iklan di televisi.

Ketiga, “Makna Foto Berita Perjalanan Ibadah Haji (Analisis Semiotik Karya Zarqoni – Makna Pada Galeri.Foto Antara.co.id)” oleh Fatimah, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, pada tahun 2009. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada objek yang dikaji yakni menganalisis foto. Selain itu, perbedaan terdapat pada teori yang digunakan, penelitian diatas menggunakan teori semiotik dari Roland Barthes.


(21)

Keempat, “Analisis Semiotik Terhadap Citra Perempuan di Rubrik Liputan Malam Majalah Popular, Edisi Januari-Maret 2008” oleh Pipit Permatasari, mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik 2008. Pada penelitian ini perbedaan juga terletak pada objek yang dibahas, penelitian ini menganalisa rubrik yang terdapat pada majalah Popular, penelitian ini juga menggunakan teori semiotik dari Roland Barthes.

Dalam penelitian ini, selain melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis juga mencari sumber tambahan di perpustakaan utama Universitas Nasional, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia dan Perpustakaan FISIP Universitas Indonesia, serta data-data dari Badan Narkotika Nasional.

F. Sistematika Penulisan

Agar sistematis nya penelitian ini, peneliti membagi ke dalam lima bab:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi: Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI, meliputi: Dakwah dan Ruang

Lingkupnya (Pengertian dan Unsur-unsur Dakwah), Pesan Dakwah Mengenai Anti Narkoba, Islam dan Hidup Sehat,


(22)

Poster (Poster Sebagai Media Dakwah serta poster sebagai media cetak), Semiotika dan Teori-teori Semiotika.

BAB III PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN),

meliputi: Sejarah BNN, Visi dan Misi BNN, Program BNN,

Peran Humas Dalam Sosialisasi Program (Melalui Non-Mediadan Melalui Media) dan Gambaran Umum Poster.

BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA DALAM POSTER

NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

meliputi: Data Terhadap Poster (Poster Langit, Poster Hukuman Mati, Poster Undang-undang dan Poster Jam Berdetik), Analisis Terhadap Poster dan Analisis Terhadap Makna dari Pembaca Poster.


(23)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a - yad’u - da’wan - du’a8 yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf nahi munkar, mauidzoh hasanah, tabsyir, inzhor, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khotbah.

Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan, dan penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktifitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.

Istilah dakwah dalam Al-quran diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-quran menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam Al-quran, dakwah dalam arti mengajak ditemukan dengan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.

8


(24)

Terlepas dari beragamnya makna istilah ini, pemakaian kata dakwah dalam masyarakat Islam, terutama di Indonesia, adalah sesuatu yang tidak asing. Arti dari kata dakwah yang dimaksudkan adalah “seruan” dan “ajakan”. Kalau kata dakwah diberi arti “seruan”, maka yang dimaksudkan seruan kepada Islam atau seruan Islam. Demikian juga halnya kalau diberi arti “ajakan”, maka yang dimaksud adalah ajakan kepada Islam atau ajakan Islam. Kecuali itu “Islam” sebagai agama disebut “agama dakwah”, maksudnya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara damai, tidak lewat kekerasan.9

Kata “mengajak, mendorong dan memotivasi” adalah kegiatan dakwah yang berada dalam ruang lingkup tabligh. Kata “bashirah” untuk menunjukkan bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat “meniti jalan Allah” untuk menunjukkan tujuan dakwah, yaitu mardhotillah. Kalimat “istiqomah dijalan Nya” untuk menunjukkan bahwa dakwah dilakukan secara berkesinambungan. Sedangkan kalimat “berjuang bersama meninggikan agama Allah” untuk menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya untuk menciptakan kesalahan pribadi, tetapi juga harus menciptakan kesalehan sosial. Untuk mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama.10

Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia

9

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, diterjemahkan dari Hayat Muhammad oleh Ali Audah (Jakarta: Tintamas, 1984), hal. 217

10

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 19


(25)

akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang bervariasi, antara lain:

a. Ali Makhfud dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan, dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh dunia dan akhirat.11

b. Muhammad Khidr Husain dalam bukunya al-Dakwah ila al-Ishlah mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

c. Ahmad Ghalwasy dalam bukunya ad Dakwah al Islamiyyah mengatakan bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan ajaran Islam, baik itu akidah, syariat maupun akhlak.

d. Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak islamiyah.12

11

Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Kitabah, (Beirut: Dar al-Ma’arif,tt), hal. 17

12

H.M.S. Nasarudin Latief, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah (Jakarta: PT Firma Dara) hal.11


(26)

e. Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.13

f. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.14

g. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.15

Betapapun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Lebih dari itu, istilah dakwah mencakup pengertian antara lain:

1) Dakwah dalam suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. 2) Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan

secara sadar dan sengaja.

13

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 20

14

Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra), hal. 31

15


(27)

3) Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode.

4) Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhoan Allah.

5) Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.16

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode) dan atsar (efek dakwah).

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat organisasi/lembaga. Secara umum kata da’i sering disebut dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam).

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik secara individu maupun sebagai kelompok,

16

Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 21


(28)

baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

c. Maddah (Materi Dakwah)

Maddah dakwah ialah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.

d. Wasilah (Media Dakwah)

Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah ya’kub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, audio, visual, dan akhlak.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

Kata metode telah menjadi bahasa Inonesia yang memiliki pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.17 Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam, disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.18

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan

17

M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet.1, hal.160

18

Soeleman Yusuf, Selamat Soesanto, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) hal. 38


(29)

suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.

f. Atsar (Efek Dakwah)

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respon dan efek pada mad’u.

Efek sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis astar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya.19

B. Pesan Dakwah Mengenai Anti Narkotika

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang terhormat, layak dan mampu mengemban amanah setelah terlebih dahulu melalui seleksi diantara

19


(30)

makhluk ciptaan Tuhan lainnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Firman Nya surat Al-Ahzab ayat 72:

نﺎآ إنﺎ ﻹْاﺎﻬ وﺎﻬْ ْ ْﺷأوﺎﻬ ْ ْ نأ ْ ﺄ لﺎ ْاوضْرﻷْاوتاوﺎ اﻰ ﺔ ﺎ ﻷْاﺎ ْﺿﺮ ﺎ إ ﻮ ﻇ ﻻﻮﻬ ﺎ “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh.”

Guna menjalankan amanat leluhur itulah manusia dibekali dengan kelengkapan yang kemudian hari akan dimintai pertanggung jawabannya. Manusia dibekali naluri keagamaan yang tajam, penciptaan yang sangat sempurna, kedudukan yang mulia dengan diberi kepercayaan penuh untuk mengolah bumi beserta isinya. Dengan demikian Allah SWT menjanjikan imbalan terhadap kemampuan manusia dalam mengoperasionalkan pemberian Allah SWT tersebut, atau juga ancaman atas kelalaiannya. Tentulah yang demikian itu yang disebut Adil bahkan Maha Adil.

Adapun tujuan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah menurut ajaran Islam merupakan perwujudan seseorang yang beriman. Ibadah itu sendiri bukan saja yang langsung dengan Al Khaliq, tetapi juga hubungan antar umat manusia, sebagaimana Firman Nya dalam surat Ali Imron ayat 112:

سﺎ ا ْ وﷲا ْ ﻻإاﻮ ﺎ ْأﺔ ﺬ ا ﻬْ ْ ﺮﺿ

”Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali mereka berpegang pada tali agama Allah, dan tali (perjanjian) dengan manusia.”


(31)

Karena status manusia sangat jelas sebagai khalifah di muka bumi, apapun yang dilakukan oleh manusia selalu diperhatikan Allah SWT. Oleh karena itu Allah menciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah. Artinya, segala perbuatan harus bernilai ibadah dan hanya untuk mencari keridhaan Allah, sebagaimana tercantum dalam surat Adz Dzariat ayat 56:

نوﺪﺒْﻌﻴ ﱠﻻإﺲ ﻹْاوﱠ ﺠْاﺖْﻘ ﺧﺎﻣو

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku.”

Andaikan manusia menghayati ayat di atas, obat-obat terlarang, minuman keras dan segala sesuatu yang tidak bermanfaat, tidak mungkin dilakukan oleh manusia.20

1. Islam dan Hidup Sehat

Kesehatan merupakan salah satu syarat bagi terwujudnya hidup bahagia serta sejahtera lahir dan batin, untuk masalah kesehatan ini Nabi Muhammad SAW bersabda:

ﻰﺿرْ ْ ْ ﷲاﺪْ ْ لﺎ ْ ﷲا

: صﷲالْﻮ رلﺎ .

م : ﻰ ﻰ ﺎ ، ْﺮ ﻰ ﺎ ﺁْ ﻜْ ْ اْ

ﺎهﺮْ اﺬ ﺎ ْﺪ ا ْتﺰْ ﺎ ﺄﻜ ، ْﻮ تْﻮ ﺪْ ، ﺪ )

او ىﺬ ﺮ او ىرﺎ ا اور ﺪ

ﺔ ﺎ (

“Dari Abdullah bin Muhshon, semoga Allah meridhoi, berkata: bersabda Rasulullah saw: Barang siapa diantara kamu damai hatinya sehat badannya dan punya makanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya

20

Departemen Agama RI, Pandangan Islam Tentang Penyalahgunaan Narkoba, 2003, hal. 20


(32)

dianugerahkan kepadanya” (Hadist Hasan, Riwayat Bukhori, Tirmidzi dan Ibnu Majah)21

Menjaga kesehatan hukumnya wajib, karena jika badan sehat, manusia dapat melaksanakan tugasnya di muka bumi ini sebagai khalifah. Kesehatan di sini meliputi kesehatan jasmani dan rohani, lingkungan dan sumber-sumber alam. Kesemuanya ini harus dijaga dan dilestarikan. Pencemaran terhadap lingkungan dalam hal ini adalah penyakit sosial yang berkaitan dengan media yaitu narkotika.

Penyakit ini disebarkan oleh para pengedar yang tak bertanggung jawab akan masa depan pada suatu generasi penerus bangsa. Apabila seseorang sudah terjerat oleh narkotika maka untuk memulihkan keadaan seperti sedia kala agak sulit. Karena pengobatan korban akibat kertergantungan narkotika dengan suatu tahapan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu jauh sebelum sekarang Allah SWT telah berfiman dalam Al Quran antara lain:

a) Kewajiban menghindar dari kerusakan, Allah SWT berfirman:

ﺔﻜ ْﻬ اﻰ إْ ﻜ ﺪْﺄ اﻮ ْ ﻻو “...dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dengan tanganmu sendiri kedalam kebinasaan” (Al Baqarah: 195)

b) Jangan membuat kerusakan di muka bumi, Allah SWT berfirman:

ﺪ ْ ْا ﻻﷲانإضْرﻷْا دﺎ ْاﻎْ ﻻو

“...dan jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al Qashash: 77)

21

Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri Assuyuhti, Al-Jaami’us Shoghiir fi Ahaadiitsil Basyiirun Nadziir,Bagian Pertama (Berut: Daarul Fikri,tt), hal. 573


(33)

Selain itu Nabi Muhammad SAW banyak memberikan petunjuk maupun ajaran kepada umatnya tentang kesehatan. Dalam beberapa hadist yang antara lain:

a) Kewajiban menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan.

ْ اْ لﺎ ْ ﷲاﻰﺿرةزْﺮ :

صﷲالْﻮ ر لﺎ .

م : ْ ْ ْا ْﺮ ْ ىذﻻالﺰْ ا )

ﺔ ﺎ ا اور (

“Dari Abi Barzah, semoga Allah Meridhoi, berkata: bersabda Rasulullah saw: singkirkan segala sesuatu yang menyakitkan (kotoran) dari jalan-jalan orang-orang muslim” (Hadist Shohih, Riwayat Ibnu Majah)22

b) Peringatan agar jangan memudharatkan orang lain.

ص ﷲا لْﻮ ر نأ ْ ﷲا ﻰﺿر ﻰ رْﺰ ْا ْنﺎ ْ ْﻚ ﺎ ْ ْﺪ ﺪْ ﻰ ا ْ . لﺎ م : راﺮﺿ ﻻ ﻻو راﺮﺿ )

ﻰ راﺪ اوﺔ ﺎ ا اور ﺪ

(

“Dari Abi Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan, semoga Allah meridhoi berkata: bersabda Rasulullah saw: janganlah membuat mudharat pada diri sendiri dan pada orang lain” (Hadist Hasan, Riwayat Ibnu Majah dan Daaruqut’i)23

c) Lingkungan yang baik.

ءْﺮ ْاةدﺎ ْ ﺔ ْرأ :

ﺪ ﻰ ْزرنْﻮﻜ ْناو ْ ﺎ ؤﺎ واراﺮْأ دﻻْوأوﺔ ﺎ ْوزنْﻮﻜ ْنا

) ﻰ ﺪ ا اور (

“ada empat kebahagiaan seseorang, yaitu istri yang shalehah, anak-anak yang baik, teman-teman sepergaulan (lingkungan) yang baik dan mempunyai penghasilan yang tetap di negrinya.” (H.R Ad-Dailami)24

22Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri Assuyuhti, Al-Jaami’us Shoghiir fi

Ahaadiitsil Basyiirun Nadziir,Bagian Kedua (Berut: Daarul Fikri, tt), hal. 174

23

Imam Nawasi, Al-arba’iin Annawawiyah (Semarang: Usaha Keluarga, tt) hal. 98 24Departemen Agama RI, Pandangan Islam Tentang Penyalahgunaan Narkoba, 2003, hal. 22


(34)

C. Poster

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum (berupa pengumuman atau iklan).25 Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, Cambridge University Press (2003:966) mengartikan poster : a large printed picture, photograph or notice which you stick or pin to a wall or board, usually for decoration or to advertise something. Dictionary of America English (2002:1193) mengartikan poster a large sheet of paper, usually announcing some event: political workers put up posters around town their candidate’s name and picture on it.

Dapat disimpulkan bahwa poster adalah:

a. Plakat (surat pengumuman). b. Dipajang/dipasang ditempat umum

c. Berukuran besar, secara teknis ukuran poster yang lazimnya dipakai minimal ukuran A-3, atau bisa juga lebih besar (A-2, A-1 dan A-0) tergantung dimana poster akan dipasang.26

d. Tulisan dengan gambar.

e. Bertujuan untuk mengenalkan, atau mempromosikan sesuatu.27

1. Poster Sebagai Media Dakwah

Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apapun yang halal bisa digunakan sebagai

25

Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke3, hal.890

26

R. Masri Saremba Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal.74

27


(35)

media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukkan untuk berdakwah.

a. Hasjmy berpendapat bahwa media dakwah dan sarana dakwah atau alat dakwah dan medan dakwah ada enam macam, yaitu:

1) Mimbar (podium) dan khithobah (pidato/ceramah)

2) Qalam (pena) dan kitabah (tulisan)

3) Masrah (pementasan) dan malhamah (drama)

4) Seni suara dan seni bahasa

5) Madrasah

6) serta lingkungan kerja dan usaha

b. Sedangkan Asmuni Syukir juga mengelompokkan media dakwah menjadi enam jenis: lisan, tulisan, lukisan atau gambaran, audio-visual, perbuatan dan organisasi.28

Dakwah dengan media poster, berarti berdakwah melalui media tulisan. Pesan yang dituliskan dalam poster lebih singkat, jelas serta berfariatif, sehingga memudahkan pembaca untuk mengingatnya.

1. Poster Sebagai Media Cetak

Poster pada hakikatnya sama dengan iklan tetapi sasarannya lebih pada segi-segi sosial.29 Bila dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di

28


(36)

satu pihak adalah produk kehumasan, namun di pihak lain juga merupakan produk bisnis. Beda keduanya kadang-kadang sangat tipis, namun beda keduanya dapat dilihat sesuai dengan tujuannya.

a. Poster sebagai produk kehumasan: yakni sebuah poster yang dirancang untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada khalayak, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis didalamnya. Artinya tidak ada sama sekali tujuan bisnis di dalam rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure nya.

b. Poster sebagai produk bisnis: poster yang dengan sengaja dan secara strategi dirancang untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau perusahaan, agar khalayak sadar dan akhirnya mengonsumsi atau membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster tersebut.30

Poster yang dibahas dalam penelitian ini merupakan poster sebagai produk kehumasan, karena poster ini berisikan iklan layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat adalah iklan berisi pesan-pesan yang mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi menyukseskan program-program yang ditujukan untuk kemaslahatan bersama. Seringkali program-program itu dikeluarkan oleh pemerintah. Melalui iklan layanan masyarakat ini, humas berupaya mewujudkan tanggung jawab perusahaan dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat. Iklan ini berusaha mengajak orang-orang untuk bersikap dan memerhatikan

29

Artini Kusmiati, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, ( Jakarta:Djambatan, 1999), hal.87

30


(37)

persoalan-persoalan sosial. Adapun tujuan dari iklan layanan masyarakat adalah untuk menyelidiki suatu informasi, mempopulerkan persoalan-persoalan sosial, mengubah aktivitas kebiasaan yang buruk, hemat energi, memperbaiki sikap publik, berkomunikasi tentang pandangan publik, menginformasikan pada publik tentang cara pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.31

Poster merupakan salah satu media komunikasi visual, dalam ranah komunikasi visual, terdapat lebih dari seribu macam huruf romawi atau latin yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya hasil dari perkawinan silang lima jenis huruf berikut ini:

1) Huruf Romein, garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal-tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya.

2) Huruf Egyptian, garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada setiap sisinya. Kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku.

3) Huruf Sans Serif, garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait.

4) Huruf Miscellaneous, jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya dari pada nilai komunikasinya. Bentuk nya senantiasa mengedepankan aspek dekoratif dan ornamental.

31

Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, Media Public Relations, Membangun Citra Korporat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 193.


(38)

5) Huruf Script, jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan.32

Poster merupakan media yang unik dengan mengedepankan gambar-gambar, teks yang ringkas namun mempunyai makna yang luas. Dan seperti hal nya media lain, poster juga memiliki beberapa kelemahan:

a) ketidak mampuannya memuat banyak pesan sekaligus.

b) Rentan terhadap vandalisme atau cuaca.

c) Kurangnya konsentrasi penonton untuk mengingat pesan-pesan iklan poster karena mereka melihat poster tersebut secara sambil lalu.

d) Waktu yang digunakan untuk merancang, mencetak dan memamerkan poster cukup lama.33

D. Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussere (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussere di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussere adalah linguistik sedangkan Peirce filsafat. Saussere menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi. Sedangkan Peirce menyebutkan ilmu yang dibangunnya adalah semiotika. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah

32Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal, 28

33


(39)

semiotika lebih populer dari pada semiologi. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti bagi orang lain.

Menurut Saussere, seperti dikutip oleh Pradopo (1991:54) tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Dimana ada tanda, disana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung dalam aspek pertama.

Sedangkan menurut Pierce, sebuah tanda atau representamen ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi.34

Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interprenan dan objeknya.35

34

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal.11

35


(40)

interprenant

representamen objek

Ruang lingkup studi semiotika sangatlah luas, namun bila mengikuti Charles Morris, seorang filsuf yang juga menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda, semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan, yakni: sintatik, semantik dan pragmatik.

1. Sintatik: suatu cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal di antara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintatik kurang lebih adalah semacam “gramatika”.

2. Semantik: suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designata atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksudkan dengan designata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan di dalam tuturan tertentu.

3. Pragmatik: suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para pemakainya (pemakai tanda-tanda)”. Pragmatik secara khusus


(41)

berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.36

Bila dilihat dari cabang semiotika di atas, poster termasuk kedalam macam semiotika pragmatik. Karena didalam poster terdapat hubungan antara tanda-tanda dengan pemakainya.

1. Teori-Teori Semiotika

Terdapat beberapa teori dalam kajian semiotika, diantaranya teori dari Pierce, Saussere dan Roland Barthes. Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Pierce, yang membagi tanda ke dalam tiga golongan, diantaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Sedangkan simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.37

Dan menurut teori dari Saussure yakni dengan melihat makna denotatif dan konotatif. Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif:

a. Spradley (1997:122) menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial). Piliang (1998:14)

36

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), hal. 5

37

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual ,(Yogyakarta:Jalasutra,2008),hal.16-17


(42)

mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warna nya juga dicatat seperti merah, kuning, biru, putih dan sebagainya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan.

b. Spradley (1997:123) menyebutkan makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif dari simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Menurut Piliang (1998:17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Misalnya gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan.38

Sedangkan pembahasan karya-karya desain komunikasi visual dengan kajian semiotika komunikasi dalam teorinya Roland Barthes, melihat pada kode: kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi dan kode kebudayaan.

a. Kode hermeutika yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respon, yang akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana.

b. Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi feminitas dan maskulinitas. Atau

38


(43)

dengan kata lain kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminim.

c. Kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, kemenduaan, pertentangan dua unsur.

d. Kode narasi yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi. e. Kode kebudayaan yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, bawah

sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.39

Dan menurut barthes sendiri (1988:179) semiologi mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai sesuatu. Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek-objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Barthes dengan demikian melihat signifikasi sebagai sebuah porses yang total dengan suatu susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tak terbatas pada bahasa, tetapi terdapat pula pada hal-hal yang bukan bahasa. Pada akhirnya barthes menganggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu bentuk dari signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula.40

39

Kris Budiman, Semiotika Visual, hal. 18-19

40


(44)

BAB III

PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

A. Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN)

Badan Narkotika Nasional (BNN), merupakan sebutan untuk di tingkat pusat. Sedangkan di tingkat profinsi dinamakan BNP, dan BNK untuk tingkat kabupaten/kota. Berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) didasari oleh Keputusan Presiden No. 17 Tahun 2002 yang dibuat menggantikan Keputusan Presiden No. 116 Tahun 1999 tentang Badan Koordinasi Narkotika Nasional yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan. Keputusan Presiden ini menjadi landasan hukum keberadaan BNN sebagai lembaga negara nonstruktural yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Adapun perkembangan kelembagaan BNN adalah sebagai berikut:

1. Periode Pertama (1971-1999)

Indonesia sejak tahun 1971 telah melaksanakam tindakan-tindakan yang bertujuan menanggulangi bahaya narkotika, kala itu pemerintahan Seharto mengantisipasi dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor : 6/1971 yang menginstruksikan kepada Kabakin untuk mendirikan badan Koordinasi, Bakolak Inpres 6/1971 yang menangani 6 (enam) masalah Nasional, yang diantaranya adalah penanggulangan penyalahgunaan narkoba.


(45)

2. Periode Kedua (1999-2002)

Dengan berkembangnya permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang semakin meningkatkan dan berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang pemerintah Indonesia membentuk lembaga baru melalui Keppres Nomor 116 tahun 1999 yaitu Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) dan strategi serta mengkoordinasikan semua lembaga departemen maupun nondepartemen. Pada periode ini didasarkan struktur organisasi belum berjalan dengan baik dan koordinasi hanya sebatas administrasi. Sedang operasionalisasi masih sporadis dan sektoral pada masing-masing anggota departemen / lembaga BNN.

3. Peride Ketiga (2002 – 2004)

Karena lembaga yang ada hanya bersifat koordinatif dan administratif, maka dinilai kurang efektif sehingga memerlukan lembaga yang lebih operasional. Untuk itu berdasarkan Keppres nomor 17 tahun 2002 dan Inpres Nomor 3 tahun 2002, Undang-Undang nomor 5 tahun 1997, Undang-Undang nomor 22 tahun 1997, dan ketetapan MPR nomor IV / MPR / 2002 tentang Rekomendasi atas laporan pelaksanaan keputusan MPR RI tahun 2002, Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) diubah menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan memiliki 25 anggota di departemen serta lembaga pemerintah terkait dengan kapolri selaku ketua Ex. Officio yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Tugas pokoknya adalah mengkoordinasikan instansi pemerintah


(46)

terkait dalam menyusun kebijaksanaan dan pelaksanaan dibidang ketersediaan dan P4GN (pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika) dengan membentuk satgas-satgas yang bersifat operasional.

Sejak perubahan status kelembagaan menjadi BNN pada tahun 2002 maka polri secara khusus telah memperbantukan satu Direktorat yaitu Direktorat IV Narkoba Bareskrim Polri untuk mendukung tugas operasional dibawah kendali. Disamping itu BNN pun sudah diakui sebagai vocal point untuk masalah Narkoba oleh badan-badan internasional atau dunia.41

Adapun Fungsi Badan Narkotika Nasional (BNN):

a. pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam penyiapan dan penyusunan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN;

b. pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN serta pemecahan permasalahan dalam pelaksanaan tugas

c. pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam kegiatan pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya;

d. pengoperasian satuan tugas yang terdiri atas unsur pemerintah terkait dalam P4GN sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing.


(47)

e. pemutusan jaringan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya melalui satuan tugas;

f. pelaksanaan kerja sama nasional, regional dan internasional dalam rangka penanggulangan masalah narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya.

g. pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pembinaan dan pengembangan terapi dan rehabilitasi serta laboratorium narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya;

h. pengorganisasian BNP dan BNK/Kota berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN.

B. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional (BNN):

Komitmen negara-negara anggota ASEAN yang telah dideklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global, regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR nomor : TAP/MPR/VII/2001 yaitu : "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara", maka visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam penanganan permasalahan narkoba adalah : "Terwujudnya masyarakat Indonesia bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) tahun 2015".


(48)

Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah :

1. Tercapainya komitmen yang tinggi dari segenap komponen pemerintahan dan masyarakat untuk memerangi narkoba.

2. Terwujudnya sikap dan perilaku masyarakat untuk berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

3. Terwujudnya kondisi penegakan hukum di bidang narkoba sesuai dengan supremasi hukum.

4. Tercapainya peningkatan sistem dan metode dalam pelayanan terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba.

5. Tersusunnya database yang akurat tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

6. Beroperasinya Satuan-satuan Tugas yang telah dibentuk berdasarkan analisis situasi.

7. Berperannya Badan Narkotika Propinsi/Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program P4GN.

8. Terjalinnya kerjasama internasional efektif yang dapat memberikan bantuan solusi penanganan permasalahan narkoba di Indonesia.


(49)

Sasaran adalah merupakan refleksi dari hasil atau capaian yang diinginkan bersifat spesifik, konkrit dan terukur atas apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran mencakup apa yang akan dicapai, kapan, dan oleh siapa. Apabila dipisahkan secara tegas, sasaran tahunan bukan merupakan bagian dari rencana strategis organisasi, namun merupakan bagian utama dari Rencana Operasional tahunan yang mendasarkan pada rencana strategis itu sendiri. Oleh karena itu dalam dokumen Strategi Nasional ini secara spesifik tidak diuraikan/ditetapkan, akan tetapi penetapan sasaran akan dijabarkan oleh masing-masing institusi dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan.

C. Program BNN

Adapun acara-acara yang telah dijalankan oleh BNN pada tahun 2010 dari bulan Februari hingga Juni adalah:

No. Acara Tempat Waktu

1 Forum Komunikasi

BAKOHUMAS Dan Mou Dengan Yayasan Sahid Jaya

Hotel Sahid Jakarta

16 Februari 2010 Jam 09:00 S/D

Selesai 2 Pemberdayaan Dalam

Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Kerja

Bandung Jawa Barat

18 Februari 2010

3 Pemberdayaan Dalam Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Lingkungan SMA

Aula Pusdiklat Depsos Jl Margaguna No.

1 Radio Dalam Jakarta Selatan

15 Maret 2010 Jam 09:00/14:00

4 Temu Kader Penyuluhan P4GN Di Lingkungan Keluarga Lampung

Lampung 17 Maret 2010 Jam 09:00/14:00

5 Rapat Koordinasi Hotel Jaya Raya Bogor

17 Maret 2010 Jam 09:00/13:00


(50)

6 Pameran Sarana Olah Raga RT 01 &

02, RW 02 Kunciran Mas

Permai Tangerang

17 Maret 2010 Jam 09:00/14:00

7 Peresmian Tempat T&R Kalimantan Barat

18 Maret 2010

8 Peresmian CBU Jawa Barat 20 Maret 2010 9 Penataran Tekhnik,

Penyelidikan Penindakan Pidana Narkotika

BNP Bangka Belitung

22 Maret 2010

10 Temu Penyuluhan Lintas Sektoral Dalam Upaya P4GN

DKI Jakarta 22 Maret 2010

11 Pengembangan Masyarakat

Melalui Pemberian Keterampilan

DKI Jakarta 22 Maret 2010

12 Pameran Bali 27 Maret 2010

Jam 08:00/14:00 13 Pemusnahan Barang Bukti

Unitra BNN

Lido-Sukabumi 29 Maret 2010 Jam 12:00 S/D

Selesai 14 Penandatangan Mou BNN

Dengan UI Dan KOWANI

Gedung BNN, Ruang Rapat

Lt. 7

01 April 2010 Jam 13:00/14:00

15 Pemberdayaan Dalam Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Kerja

Jawa Timur 04 April 2010 Jam 09:43 S/D

Selesai

16 Pengembangan Kapasitas Penyulus P4GN

Luhpen, Jawa-Timur

5-7 April 2010. Jam 09:00 S/D

Selesai 17 Lokakarya Pembinaan

Lanjutan (After Care) Bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba

Hotel Horison 05 April 2010 Jam 14:00 S/D

Selesai

18 Penataran Investigasi Tindak Pidana Narkoba Melalui

Bangka Belitung 06 April 2010 Jam 09:00 S/D


(51)

Computer Based Training Selesai 19 Pembentukan Kader Anti

Narkoba Di Lingkungan Pendidikan

Universitas Jawa Barat

07 April 2010 Jam 09:00 S/D

Selesai 20 Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Bidang Olah Raga

DKI Jakarta 07 April 2010 Jam 09:00 S/D

Selesai42 21 Workshop Penyuluh P4GN

Di Lingkungan Mahasiswa

Sumatera Utara 11 April 2010 Jam 09:00 S/D

selesai 22 Pembentukan Kader Anti

Narkoba Di Lingkungan

Pendidikan Untuk Universitas

NTT 14 April 2010 Jam 09: 00 S/D

selesai 23 Seminar Penatalaksanaan

Penyakit Komplikasi Fisik Penyalahgunaan Narkoba

Bandung, Jawa Barat

18 April 2010 Jam 09:00 S/D

05:34 24 Pemberdayaan Dalam

Rangka Penguatan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan BUMN

Jawa Barat 19 April 2010 Jam 09: 00 S/D

selesai 25 Pembentukan Kader Anti

Narkoba Di Lingkungan

Pendidikan Untuk Universitas

Gorontalo 20 April 2010 Jam 09:00 S/D

selesai 26 Pembekalan Parenting Skill

Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Jakarta

DKI Jakarta 21 April 2010 Jam 09:00 S/D

selesai 27 Temu Kader Penyuluh P4GN

Di Lingkungan Kerja

Kalimantan Timur

25 April 2010

28 Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan

Pendidikan Untuk Universitas

Jawa Timur 27 April 2010 Jam 09: 00 S/D

selesai 29 Penataran Tindak Pidana

Narkoba Melalui Computer

Nangroe Aceh 03 Mei 2010

42


(52)

Based Training (CBT) Darussalam Jam 09:00 S/D 17:00:00

30 Press Release Pengungkapan Jaringan Narkotika Jenis Shabu

Lt. 7 Gedung BNN

04 Mei 2010 Jam 15:30 S/D

selesai 31 Launching Lomba Kampung

Bersih Narkotika

Gedung Sosited Taman Budaya Yogyakarta, Jl.

Malioboro

10 Mei 2010 Jam 11:00 S/D

selesai 32 Workshop Luhpen Gedung C7 Lt.2

Fakultas II Sosial, UNNES,

Jawa Tengah

11 Mei 2010 Jam 09:00 S/D

selesai 33 Hadirilah Malam Renungan

Dan Puncak Acara Hari Anti Narkotika Internasional 2010

Silang Monas Dan Tugu Proklamasi

Jakarta

17 Juni 2010 Jam 08:00 S/D

17:0043

Menurut Rank Jefkins, dalam bukunya Hubungan Masyarakat (Intermasa, 1992) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat, namun bila dilihat dari acara-acara yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat disimpulkan bahwa di dalam BNN terdapat citra keinginan (wish image). Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan dan diterima oleh publiknya atau masyarakat umum44. Hal yang ingin disampaikan oleh BNN kepada khalayak yakni mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba melalui berbagai acara.

43

Diakses pada tanggal 13 Juli 2010, dari http://www.bnn.go.id

44

Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations, Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada), h. 78.


(53)

D. Peran Humas Dalam Sosialisasi Program

Menurut Sulastiana, selaku pejabat fungsional media massa dan pemberitaan BNN, humas merupakan lini terdepan dalam bidang informasi di Badan Narkotika Nasional. Humas mempunyai peranan yang besar dalam mensosialisasikan narkotika, baik berupa upaya antisipasi serta pemberantasannya kepada masyarakat. Dalam melakukan berbagai cara untuk menjalankan tugasnya, baik melalui non media dan melalui media:

1. Melalui Non-Media

Banyak cara yang dilakukan oleh humas dalam mensosialisaikan bahaya penyalahgunaan narkoba baik kepada pihak internal maupun secara umum melalui non media yakni dengan melakukan pameran, penyuluhan serta seminar seputar bahaya penyalahgunaan narkoba.

2. Melalui Media

Bentuk media cetak yang dikeluarkan oleh BNN beraneka ragam, diantaranya ialah Jurnal BNN (yang sebelumnya dikemas dalam bentuk majalah), poster, kalender, pin, stiker dan brosur. Selain itu, humas juga membuat iklan layanan masyarakat, news atau rubrik khusus. Dalam rubrik khusus lebih kepada pola pencegahan serta penegakan hukum yang dilakukan di sekolah-sekolah, tempat tinggal, atau tempat kerja.45

45

Wawancara pada tanggal 10 Maret 2010 dengan Sulastiana, Pejabat Fungsional Media Massa dan Pemberitaan Badan Narkotika Nasional.


(54)

E. Gambaran Umum Poster

Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan sebuah badan yang bergerak khusus dibidang narkoba. Dalam menjalankan tugasnya, BNN menggunakan berbagai macam cara dan salah satu cara yang rutin dilakukan yakni memproduksi poster.

Poster yang telah dibuat oleh BNN biasanya dipajang ditempat-tempat strategis dan ramai, agar komunikasi yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh khalayak. Dan biasanya poster-poster tersebut dipajang di sekolah, kantor, terminal, serta di mall. Pihak BNN memberikan poster yang mereka keluarkan secara cuma-cuma.

Dalam penelitian ini, poster yang akan di analisis sebanyak empat buah poster dan menggunakan teori dari Pierce, yang membagi tanda menjadi tiga bagian: ikon, indeks dan simbol. Poster pertama dinamakan poster “Langit”, kedua poster “Hukuman mati”, ketiga poster “Undang-undang Narkotika”, dan yang keempat poster “Jam berdetik”.

Setiap poster yang dikeluarkan oleh BNN terdapat gambar kupu-kupu yang berukuran kecil dengan tulisan “Anti Narkotika”.


(55)

Ikon anti narkoba ini berbentuk kupu-kupu, bewarna kuning keemasan dengan outline hitam.

1. Warna kuning keemasan melambangkan kegiatan yang baik dan i’tikad yang mulia.

2. Warna hitam menunjukkan kekuatan dan keteguhan dalam memerangi penyalahgunaan anti narkoba.

3. Kepakan sayap menandakan dinamisasi gerakan anti narkoba.

4. Posisi sayap kupu-kupu yang tidak simetris, dan mengarah ke kanan, merupakan simbol arah yang baik.

5. Garis atau outline hitam yang mengelilingi sayap secara tidak terputus mengibaratkan sebuah lintasan tanpa ujung dan pangkal, menandakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dalam memerangi narkoba. 6. Kupu-kupu menginspirasikan proses metamorfosis yang dimulai dari

telur, menjadi ulat, kemudian kepompong, dan lahirlah kupu-kupu yang cantik.

Proses ini menggambarkan suatu gerakan masyarakat yang terus menerus berkesinambungan dalam memerangi narkoba, dimana kupu-kupu menjadi simbol akhir keberhasilan dari sebuah proses yaitu bersih dari narkoba, sebuah cita-cita mulia yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.46

46


(56)

BAB IV

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM POSTER NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

A. Semiotika Terhadap Poster

1. Poster Langit

Poster ini di desain oleh Rangga Kusuma, dikeluarkan pada tahun 2007 dengan ukuran A2. Poster ini berlatar belakang gambar langit biru dengan awan putih, disertai dengan sinar yang timbul dari langit. Teks yang tertulis dalam


(57)

poster tidak terlalu panjang, namun mempunyai sarat makna, “Sinari harimu dengan kabahagiaan dan cinta, tidak dengan halusinasi narkoba”. Dan tulisan pada poster ini menggunakan jenis huruf sans serif, mempunyai ketebalan yang sama di setiap huruf nya serta tidak mempunyai kaki.47

a. Ikon:

Sinar yang terpancar dari langit merupakan ikon dalam poster ini, sesuai dengan makna dalam poster tersebut. Karena dalam poster menggambarkan cerah nya kehidupan bila tidak dilalui dengan narkoba.

b. Indeks:

Gambar awan putih serta langit biru merupakan indeks dalam poster ini. Menurut pembuat poster, warna putih dan biru dalam psikologi merupakan warna dingin yang memiliki efek menenangkan. Begitu pula dalam kehidupan, orang yang kesehariannya menggunakan narkoba pasti merasakan kegalauan, berbeda dengan yang terbebas dari narkoba, lebih tenang dalam menjalani hidup.

c. Simbol:

Dalam poster terdapat teks “Sinari harimu dengan kabahagiaan dan cinta, tidak dengan halusinasi narkoba”. Menurut pembuat poster, warna putih cerah pada “Sinari Harimu dengan kebahagiaan dan

47

Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual,Metode Analisis Tanda dan Makna pada Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 29.


(58)

cinta” diposisikan disebelah sinar dengan tujuan untuk memperkuat maksud teks, yaitu bahagia dan cinta. Pada teks “Tidak Dengan” di beri warna samar namun tetap terlihat dan pada teks “Halusinasi” berwarna kuning sedangkan pada tulisan “Nakoba” berwarna merah, ini semua dikarenakan untuk memperkuat isi pesan bahwa halusinasi yang ditimbulkan yaitu dari tenang,was was sampai bahaya.

Tabel 1: Hasil Analisis Poster “Langit” dengan Teori Pierce

Ikon Indeks Simbol

Gambar sinar yang mengartikan indah nya kehidupan bila dilalui tanpa narkoba.

Gambar awan putih di langit cerah, yang indah. Mempunyai makna ketenangan.

Teks yang tertulis dalam

poster mempunyai banyak warna, (putih, samar, kuning dan merah). Maksud dari penggunaan warna tersebut adalah: putih, bahagia dan cinta. Warna dari samar, kuning ke merah merupakan maksud dari tenang,

was-was dan bahaya.

Poster ini memberikan pengetahuan bahwa hidup akan terus bersinar layaknya sinar yang terpancar dari langit cerah bila kita lalui dengan


(59)

cinta dan kebahagiaan. Seperti hal nya yang terdapat poster pada gambar awan putih yang terdapat di langit biru dan dilengkapi dengan adanya cahaya sinar.

Cahaya itu akan timbul bila kita dapat memberikan dan merasakan cinta dan kebahagiaan. Karena tahapan halusinasi tentang narkoba akan menimbulkan keinginan kuat untuk mencoba narkoba. Lalu bila sudah menggunakan walau dengan niat coba-coba, akan menjadikan kebiasaan dengan terus meningkatkan dosis, frekuensi, frekuensi/khasiat narkoba dan akan berdampak menjadi ketergantungan.

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghilangi halusinasi narkoba yakni dengan mengambangkan kesehatan jasmani dan rohani. Dan juga mengembangkan kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis selain itu memberikan informasi akan bahaya dari penggunaan narkotika. Dengan begitu maka akan menjaga dari penggunaan narkotika.

Poster ini terlihat lebih simpel dibandingkan dengan poster lainnya, namun dapat memberikan kesan lebih indah dan sejuk. Selain itu penggunaan jenis huruf yang digunakan dalam poster ini juga dapat memberikan kesan kokoh dan kuat.

d. Pesan Dakwah:

kehidupan setiap manusia sangat indah dan berwarna. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki ketergantungan untuk hidup saling


(60)

berpasangan, berkeluarga dan berteman. Konteks dalam poster ini adalah menyinari hidup dengan cinta memiliki yang berarti isi hari-hari mu dengan ceria, bergaul dengan banyak teman, banyak sahabat atau kerabat yang tentunya dari sisi positif dan tidak dengan halusinansi narkoba. Karena pemakai narkoba memiliki kecenderungan bergaul hanya dengan satu kelompok saja, tidak mau membuka diri, susah bergaul dengan komunitas diluar komunitasnya. Namun dalam halusinasinya tanpa sadar dia sudah merasa cukup dengan pencapaian hidup yang dia rasakan.

Dan salah satu cara agar terhibdar dari halusinasi narkoba ialah dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mengisi hari-hari yang kita lalui dengan mengingat Nya.


(61)

2. Poster Hukuman Mati

Poster ini di desain oleh Rangga Kusuma dengan ukuran A2 dan dikeluarkan pada tahun 2007 dengan latar belakang warna hitam dan gambar 3 jaksa. Terdapat gambar palu serta renda berwarna merah di bagian atas poster. Dalam poster terdapat tulisan pada bagian atas “HUKUMAN MATI KONSTITUSIONAL BAGI PELAKU KEJAHATAN NARKOBA”

sedangkan pada bagian bawah poster terdapat tulisan “Mahkamah konstitusi telah memutuskan dalam uji materiil. Hukuman mati tidak bertentangan dengan hak asasi manusia, karena hukkuman mati itu diberlakukan untuk


(62)

menghargai dan menghormati hak asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial”.

Teks bagian atas poster menggunakan jenis huruf egyptian, huruf yang memiliki ukuran tebal yang sama disetiap sisi nya, mempunyai kaki atau kait yang berbentuk lurus atau kaku.48 Sedangkan teks pada bagian bawah poster menggunakan jenis huruf script, yang menyerupai tulisan tangan.

a. Ikon:

Poster ini berisikan mengenai hukuman mati bagi para penjahat narkoba. Dan yang menjadi ikon dalam poster adalah gambar hakim dan palu yang sedang diketuk, gambar ini diartikan oleh pembuat poster adalah bertujuan untuk menyampaikan pesan bahwa Mahkamah Konstitusi sudah melakukan sidang dan memutuskan pelaku kejahatan narkoba kini dapat dihukum mati.

b. Indeks:

Poster ini mempunyai warna dasar hitam yang menurut pembuat poster diartikan sebagai pondasi kekuatan dari pesan yang disampaikan melalui poster. Pada bagian atas poster terdapat renda berwarna merah dan putih yang merupakan warna dari bendera Negara kita, Indonesia. Sebagai warga Negara yang baik, maka harus mengikuti peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, para penjahat narkoba di Indonesia harus mengikuti hukum yang telah diterapkan di negri ini.

48


(63)

c. Simbol:

Hal yang menjadi keputusan terdapat pada teks yang berada dalam poster hukuman mati ini, yang bertuliskan “Hukuman mati konstitusional bagi pelaku kejahatan narkoba, Mahkamah konstitusi telah memutuskan dalam uji materiil. Hukuman mati tidak bertentangan dengan hak asasi manusia, karena hukkuman mati itu diberlakukan untuk menghargai dan menghormati hak asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial”.

Pada teks terdapat berbagai warna (merah, kuning dan putih), menurut pembuat poster warna merah dengan font besar memperkuat teks bahwa akan terjadi hukuman mati dan tidak main-main. Warna kuning untuk teks “bagi pelaku kejahatan narkoba” adalah sebagai peringatan dengan font lebih kecil dari warna merah agar pelaku berfikir dua kali untuk mengambil jalan ini dan masih ada pilihan lain untuk tidak melakukan kejahatan narkoba. Sedangkan warna putih terlihat lebih tenang, karena teks ini menjelaskan lebih detail tentang keputusan hukuman mati tersebut.

Table 2: Hasil Analisis Poster “Hukuman Mati” dengan Teori Pierce

Ikon Indeks Simbol

Gambar hakim dan palu yang sedang diketuk

Warna hitam yang merupakan kekuatan

hukum yang

Teks yang terdapat dalam poster yang merupakan keputusan


(64)

mengartikan bahwa keputusan telah di ambil.

diterapkan. Serta renda berwarna merah dan putih yang melambangkan warna bendera Negara Indonesia.

yang telah disepakati.

Poster ini memberikan informasi bahwa hukuman mati akan menanti bagi para penjahat narkoba. Namun penegakan hukum akan sangat sulit dan hasilnya akan sangat mengecewakan apabila hanya dilakukan oleh aparat penegak hukum.

Agar hukum berjalan efektif tentunya diperlukan kerjasama masyarakat dengan penegak hukum dalam memberikan informasi atau laporan adanya pelanggaran, mengawasi upaya penangkapan dari pelanggaran tersebut serta mengawasi pemusnahan barang bukti.

Berat ringannya sanksi terhadap pelanggaran hukum mengenai narkotika tergantung dari banyak faktor, antara lain: jenis, jumlah, peranan (bandar, pengedar, pemakai), lama terlibat dan juga luasnya pengaruh akibat pelanggaran tersebut.

Kesan dalam poster ini lebih tegar dan garang yang digambarkan oleh latar belakang poster yang berwarna hitam, serta adanya 3 orang jaksa dan palu yang menandakan bahwa hukuman ini tidak main-main.


(65)

Kesan tegas juga terlihat dari jenis tulisan yang digunakan pada teks bagian atas poster, dengan ukuran besar tebal dan kaku.

d. Pesan Dakwah:

para pelaku kejahatan narkotika di Indonesia saat ini dapat terancam Hukuman Mati. Landasan Hukumnya seperti yang tertera pada teks poster. Hal ini sudah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi dan diharapkan dapat menjadi bahan renungan bagi para pelaku kejahatan tersebut agar dapat mengisi kehidupan dengan kegiatan yang baik.


(66)

Poster undang-undang narkoba ini di desain oleh Purwadani Puspha Melani di keluarkan oleh BNN pada bulan september 2009, dengan ukuran A3. Warna dasar dalam poster ialah putih dan biru, dan terdapat gambar rantai bandul didalamnya. Teks yang tertulis didalam poster merupakan isi undang-undang terbaru narkoba yang terbit pada tanggal 12 Oktober 2009. Adapun isi nya ialah:

Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika

penggolongan psikotropika golongan I (ecstasy) dan golongan II (shabu) menjadi narkotika golongan I pasal 135 huruf B

ketentuan pidana bagi produsen, pengedar dan pengguna narkotika serta penyalahgunaan prekursor

Pasal 111

(1) Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkoba golongan I bentuk tanaman : penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, denda minimal Rp. 800.000.000,00 / maksimal Rp. 8.000.000.000,00

(2) Bertanya melebihi 1 kg atau 5 batang pohon: pidana penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 112

(1) Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkoba gol I bentuk tanaman: penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, denda minimal Rp. 800.000.000,00 / maksimal Rp 8.000.000.000,00

(2) Beratnya melebihi 5 gram: pidana penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 113

(1) Memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika gol I : penjara minimal 5 tahun, maksimal 15 tahun, denda minimal Rp. 1.000.000.000,00 / maksimal Rp. 10.000.000.000,00

(2) Tanaman >1 kg / 5 batang atau bukan tanaman lebih 5 gram: dipidana MATI, pejara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3


(67)

Pasal 114

(1) Membawa, mengirim, mengangkut atau mentransito narkotika golongan I : penjara minimal 5 tahun, maksimal 20 tahun, denda minimal Rp. 1.000.000.000,00 / maksimal Rp. 10.000.000.000,00

(2) Tanaman >1 kg / 5 batang atau bukan tanaman lebih 5 gram: dipidana MATI, penjara seumur hidup atau minimal 6 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3 golongan II dipidana MATI, seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1)

Pasal 115

(1) Mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan I : penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, denda minimal Rp. 800.000.000,00 / maksimal Rp. 8.000.000.000,00

(2) Tanaman >1 kg / 5 batang atau bukan tanaman lebih dari 5 gram: dipidana penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 116

(1) Menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang lain: penjara minimal 5 tahun, maksimal 15 tahun, denda minimal Rp. 1.000.000.000,00 / maksimal Rp. 10.000.000.000,00

(2) Mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen: pidana MATI, penjara seumur hidup atau minimal 5 tahun / maksimal 20 tahun, denda maksimal pada ayat (1) ditambah 1/3

Pasal 127

(1) Penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri: golongan I maksimal 4 tahun; golongan II maksimal 2 tahun; golongan III maksimal 1 tahun

(2) Terbukti sebagai korban wajib rehabilitasi Pasal 128

(1) Orang tua / wali pecandu belum cukup umur dan sengaja tidak melapor: kurungan maksimal 6 bulan / denda maksimal Rp. 1.000.000,00

(2) Bila dilaporkan tidak dipidana

(3) Pecandu yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 kali tidak dipidana Pasal 129 (prekursor)

Dipidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun den denda maksimal Rp. 5.000.000.000,00 yang tanpa hak atau melawan hukum:


(68)

a. Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika

b. Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika

c. Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika

d. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika.

Jenis huruf yang digunakan dalam poster ini menggunakan jenis huruf script, yakni menyerupai tulisan tangan.49 Bila diperhatikan, jenis tulisan ini memang tidak mengedepankan ke indahan dalam penulisan namun jenis tulisan ini terlihat lebih mudah dibaca.

a. Ikon:

Dalam poster ini yang menjadi ikon adalah gambar rantai bandul. Menurut pembuat poster, menggunakan rantai bandul karena rantai bandul identik dengan para pidana yang mempunyai hukuman berat dan kini Undang-undang Narkotika dapat menjerat dengan berat pengedar, produser dan importir narkotika (hukuman mati).

b. Indeks:

Warna dasar dalam poster berbentuk kotak-kotak seperti catur dengan warna biru dan biru muda. Menurut pembuat poster, perubahan undang-undang narkoba ini memerlukan usaha yang keras untuk dapat dinyatakan sah, seperti halnya dalam memainkan catur.

49


(1)

Pusat Dukungan Pencegahan Pelaksanaan Harian Badan Narkotika Nasional (BNN), Modul Pelatihan Tokoh Pemuda Sebagai Fasilitator Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, 2005.

Putra, Masri Saremba, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta Press, 2007.

Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992.

Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

---, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, Metode Analisis Tanda dan Makna pada Karya Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Yusuf, Soeleman, Selamat Soesanto, Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

Zaimar, Okke K.S, Semiotik dan Penerapannya Dalam Karya Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Zoes Aart, Van, Serba Serbi Semiotika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.


(2)

(3)

(4)

(5)

Ha sil wa wa nc a ra ke pa da ba g ia n Huma s Ba da n Na rkotika Na siona l:

1. Bagaimana peran humas dalam menangani narkoba baik melalui

media maupun non media?

Melalui media, humas BNN hanya mempunyai media internal sebagai informasi kepada jajarannya dan sebagian besar diberikan kepada masyarakat, baik berupa pameran-pameran, jurnal BNN yang dikemas dalam bentuk majalah, membuat iklan layanan masyarakat, news atau rubrik khusus (berupa pola pencegahan dan penegakan hukum) dan juga poster. Undang-undang penyiaran mengamanatkan kepada media untuk memberikan spasi tertentu untuk kepentingan publik, oleh karena itu sampai sekarang humas memberikan informasi semaksimal mungkin kepada masyarakat berkaitan dengan narkoba. Melalui non media dapat berupa kalender, stiker, pin, dan juga brosur.

2. Begitu banyak media yang dapat digunakan untuk menangani

narkoba, lalu apa yang melatar belakangi BNN dalam membuat poster Narkoba?

Menurut saya, poster merupakan media yang cukup efektif. Gambar serta kata-kata dapat memberikan makna yang mudah dicerna kepada seseorang, juga dapat berdampak efektif dalam upaya pencegahan. Poster biasanya diberikan secara cuma-cuma (di sekolah-sekolah, kantor-kantor, terminal, dan juga tempat perbelanjaan).


(6)

3. Apakah maksud serta tujuan dari pembuatan poster ?

Poster bertujuan untuk memberikan himbauan atau pemahaman kepada masyarakat, hal yang akan diberikan tergantung dari tema poster tersebut.

4. Apakah poster-poster yang dikeluarkan oleh BNN berlandaskan dari

ayat-ayat Al-Quran?

Poster tidak selalu berlandaskan ayat-ayat alquran, tetapi himbauan-himbauan didalamnya merupakan hal yang dilarang oleh agama. BNN juga pernah menerbitkan buku mengenai ayat-ayat yang melarang narkoba dari pandangan 4 agama pada tahun 2003.

5. Menurut BNN, bagaimana peletakan citra komunikasi yang baik

pada pembuatan poster narkoba?

Menurut saya, sebuah poster harus mempunyai kata-kata singkat, mengandung makna dan mudah dimengerti. Berkaitan dengan gambar, gambar harus sesuai dengan misi atau cita-cita, contoh: pola hidup sehat, dengan gambar orang berolah raga.