Tinjauan Pustaka Jalan Dr. Mansyur salah satu Pusat Distro Kota Medan

14 masyarakat untuk mengenal fashion sebuah distro yang menyediakan produk pakaian. Selain strategisnya suatu lokasi distro, fashion yang mengacu pada model konsep pakaian yang dapat ditinjau dari segi motif, bentuk, serta warna yang ditawarkan oleh sebuah distro. Distro berkembang seiring arus globalisasi yang menghadapkan perkembangan teknologi informasi menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi pengusaha distro, termasuk pesatnya perkembangan online shop yang tentunya terdapat strategi untuk menghadapinya. Hal ini mendorong keinginan penulis untuk meneliti fashion distro. Sebagai seorang individu yang merupakan seorang mahasiswa dan tergolong pada kalangan anak muda Kota Medan, penulis melakukan penelitian pada salah satu pusat distro yang sudah awam pada kalangan anak muda Kota Medan untuk mengetahui model fashion yang ditawarkan oleh distro yang terdapat pada kawasan Jalan Dr. Mansyur.

1.2. Tinjauan Pustaka

Fashion identik dengan pakaian atau busana, baik pakaian yang diproduksi dengan dengan desain model, bentuk, sampai motif atau hasil modifikasi dari beberapa jenis pakaian yang menghasilkan sebuah pakaian yang mengahasilkan sebuah konsep pakaian yang menjadi suatu fenomena yang berubah setiap waktu. Pakaian yang merupakan hasil cipta seorang manusia memiliki tampilan luar yang menjadi penerapan atas keinginan dari seorang individu untuk mencipakan bentuk pakaian yang sesuai dengan hasil pola pikir individu, dan menjadi hal yang membedakan dengan tipe pakaian yang sama. Seperti celana Universitas Sumatera Utara 15 jeans, nama bahan dan jenis pakaian yang sama dapat menghasilkan banyak bentuk celana jeans, sebagai contoh celana skinny jeans yang memiliki potongan sempit dan melekat secara pas dikaki dari atas hingga bawah. Kemudian celana wide leg jeans yang memiliki potongan yang lebar mulai dari atas pada bagian bokong sampai kebawah tepat dimata kaki. Atau celana high rise jeans yang memiliki potongan tinggi atau high waist yang melekat pada bagian pinggang. Sebuah jenis pakaian bawahan atau celana dengan bahan jenis jeans dapat menghasilkan bentuk atau tampilan luar yang berbeda. Celana jeans sebagai salah satu produk pakaian merupakan bagian dari konsep pakaian dengan model atau tampilan luar celana jeans yang berbeda megikuti kebutuhan konsumen atau perkembangan fashion pada suatu waktu tertentu. Pakaian sebagai salah satu kebutuhan manusia merupakan hasil pemikiran manusia dalam sebuah karya yang digunakan pada awalnya untuk menutupi bagian tubuh manusia, selain menambah nilai estetika penampilan seseorang. Pakaian yang digunakan adalah golongan atasan, bawahan, sampai pada bagian aksesoris. Atasan misalnya terdapat jenis kaos, kemeja, jaket dengan klasifkasi masing-masing jenis. Pada bagian bawahan terdapat celana dengan jenis dan bentuk beragam sedangkan pada bagian aksesoris terdapat topi, ikat pinggang, tas, sepatu, gelang, kalung, anting, kacamata, kaos kaki dengan bentuk beragam. Pada awalnya jenis pakaian tersebut hanya sebatas kulit hewan dan kulit kayu yang didapatkan dari alam dari hasil berburu, dibentuk sedemikian untuk menutupi tubuh serta melindungi tubuh dari cuaca dan iklim. Seperti halnya Idi Subandy Ibrahim, dalam Budaya Populer Sebagai Komunikasi 2011:267, Universitas Sumatera Utara 16 pakaian bisa melindungi kita dari cuaca yang buruk atau dalam olahraga tertentu dari kemungkinan cedera. Pakaian juga membantu kita menyembunyikan bagian- bagian tertentu dari tubuh kita dan karenanya pakaian memiliki suatu kesopananmodesty fuction. Jika melihat aspek fungsi pakaian digunakan manusi untuk melindungi tubuh dari perubahan cuaca dan iklim ekstrem ketika berada atau sedang beraktivitas baik dalam suatu ruangan atau ketika berada diluar ruangan. Fungsi pakaian dapat membantu seseorang untuk tidak mengalami gangguan dikarenakan perubahan-perubahan yang terjadi pada cuaca dan iklim yang berasl dari alam. Contohnya jaket yang merupakan bagian jenis pakaian yang digunakan seseorang yang berada dilingkungan cuaca dan iklim alam yang dingin untuk menjaga kehangatan pada tubuh pengguna jaket. Pakaian yang memiliki spesialisasi tertentu digunakan untuk aktivitas olahraga tertentu supaya dapat dengan leluasa bergerak dan terhindar dari cedera dalam suatu olahraga tertentu yang telah memiliki perlakuan khusus dari segi bentuk sampai bahan pakaian tersebut. Contohnya jersey pemain sepakbola yang dibentuk dari bahan yang dapat mengikuti bentuk tubuh seorang pemain sepakbola dengan tujuan memudahkan gerak seorang pemain sepakbola dalam mengolah bola dilapangan. Selain itu pakaian digunakan untuk menutupi bagian tubuh seseorang untuk lebih memantaskan diri dari segi kesopanan supaya dapat diterima dalam suatu lingkungan sosial. Contohnya celana dalam sampai celana panjang dan Universitas Sumatera Utara 17 celana pendek merupakan sebagian dari jenis pakaian yang digunakan seorang pria untuk menutupi bagian aurat. Menurut Desmond Morris, dalam Manwatching: A Field Guide to Human Behaviour 1977, pakaian juga menampilkan peran sebagai pajangan budaya cultural display karena ia mengkomunikasikan afiliasi budaya kita dalam Idi Subandy Ibrahim 2011: 267. Negara atau daerah menunjukkan identitas dan budaya melalui pakaian yang digunakan, sehingga masyarakat dapat mengetahui seseorang berasal dari negara atau daerah melalui pakaian yang digunakan. Sebagai contoh pakaian tradisonal dari Jepang, kimono. Pakaian lapis-lapis, ikat perut yang berat, ditambah gelungan rambut yang besar, dan sandal kayu kecil dan tinggi. Bagi wanita Jepang kimono adalah sebuah pakaian kehormatan, selain menunjukkan jati diri sebagai orang Jepang yang berkelas. Kimono sering digunakan dalam suatu upacara perayaan dan acara tertentu. Lewat pakaian seseorang dapat mengetahui identitas pengguna pakaian. Pakaian sebagai penanda seseorang yang dapat dilihat dari luar yang membuat kalangan banyak melihat dan menggolongkan seseorang pada bagian kultur tertentu. Keindentikan dalam pakaian yang menjadi gambaran seseorang berkembang menjadi sebuah gengsi dan penunjukan eksistensi seseorang dalam lingkungan sosial. Masyarakat bertransformasi dalam dunia yang memperhatikan detail desain, corak, dan bentuk pakaian yang dapat membuat seseorang dengan tampilan luar yang terdapat pada pakaian dapat menggolongkan seorang pengguna pakaian pada kelas sosial tertentu. Universitas Sumatera Utara 18 Fashion selalu identik dengan penampilan diri dan gaya hidup. Oleh Featherstone 1987, gaya hidup dilihat mencakup praktik-praktik, cita rasa, perilaku, konsumsi, aktivitas waktu luang, modus bicara dan busana orang sehari- hari. Konsep pakaian dalam fashion dengan segala aksesoris pendukung bukan hanya sekedar penutup tubuh dan hiasan saja. Jenis fashion tertentu akan mampu memaksimalkan penampilan luar pengguna pakaian yang sesuai dengan kebutuhan jenis fashion tersebut. Selain sebagai pakaian yang digunakan sebagai penutup tubuh, pengguna pakaian dari fashion tertentu memiliki keinginan untuk dapat dilihat masyarakat sesuai dengan kelas sosial, komunitas, sampai pada citra diri tertentu yang diharapkan oleh pengguna fashion. Sebagai contoh, seorang yang menggunakan kaos sebagai atasan, celana jeans panjang, sneakers pada bagian kaki, serta aksesoris snapback dapat dikategorikan pada jenis fashion streetwear yang digunakan ketika bermain skateboard dijalanan. Semua pakaian yang digunakan dapat membantu dan melindungi seorang pemain skateboarding ketika meluncur dengan papan skateboard dengan manuver-manuver berbahaya khas olahraga outdoor. Selain membantu dan melindungi, pakaian yang digunakan menunjukkan para atlet olahraga skateboard yang cocok menggunakan pakaian mudah, ringan, serta gampang. Model fashion ini menjadi gambaran pada masayarakat umum tentang pakaian seorang pemain skateboard ketika bermain atau tidak bermain skateboard. Universitas Sumatera Utara 19 Dalam ungkapan Chaney, “penampakan luar” menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi lebih penting daripada substansi. Gaya desain menjadi lebih penting daripada fungsi 17 Gaya itu diciptakan, dipraktikkan, dijiplak, dan didaur-ulang dalam siklus kehidupan, terutama yang digerakkan oleh arus komunikasi dan budaya popular . 18 . Dewasa ini fashion digunakan untuk berkeskpresi menunjukkan cara untuk dapat diterima dalam suatu kelompok sosial tertentu. Thomas Carlyle , pakaian menjadi “perlambang jiwa” emblems of the soul 19 . Pakaian dapat menunjukkan siapa pemakainya. Seperti kata Umberto Eco, “I speak through my cloth”. Aku berbicara lewat pakaianku. Pakaian yang dikenakan menjadi gambaran tentang busana kita, bahkan orang yang berinteraksi akan menafsir mereka yang tidak penuli busana seolah-olah sengaja membuat suatu pesan lewat penampilan 20 Komunikasi semacam ini adalah komunikasi artifaktual bersifat nonverbal yang berlangsung melalui pakaian, dan penataan berbagai artefak. Misalnya pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furnitur dirumah dan penataannya, ataupun dekorasi ruangan. Pakaian yang digunakan seseorang secara tidak langsung adalah bentuk komunikasi yang menyelipkan suatu makna dan keinginan untuk diperhatikan orang disekitar. Pengguna pakaian yang telah mendesain konsep pakaian supaya sesuai dengan fashion yang diinginkan seseorang dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi, identitas, sampai pada . 17 David Chaney, Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprenhensif. Jalasutra: Yogyakarta. 1996. 18 Idy Subandy Ibrahim. Kritik Budaya Komunikasi. Jalasutra:Yogyakarta.2007. Hal 307. 19 Idy Subandy Ibrahim. Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Jalasutra:Yogyakarta.2007. Hal 266. 20 Malcom Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi. Jalasutra: Yogyakarta. 2011. Universitas Sumatera Utara 20 kalangan sosial seorang pengguna fashion hendak digolongkan dihadapan masayarakat yang menjadi penonton. Komunikasi secara tidak langsung terjalin antara mereka yang ingin selalu diperhatikan, yaitu pengguna fashion tertentu dan mereka yang berada pada golongan penonton yang mengamati setiap detail fashion. Umumnya setiap orang dihadapkan pada posisi untuk merasakan kedua hal tersebut, individu yang ingin diperhatikan dan individu yang memperhatikan, begitulah proses komunikasi tersebut terjadi dalam fashion. `Perkembangan fashion turut dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Media dengan bebas dengan tayangan yang dapat megundang keinginan masayarakat awam untuk meniru materi yang disediakan media. Media elektronik dengan tayangan televisi sampai pada aktivitas media sosial yang menyediakan eksplor dunia fashion. Bahkan media massa pada setiap cetakan serta terdapat media cetak yang khusus berbicara mengenai fashion, menjadi pembimbing bagi individu yang membaca untuk memilih fashion yang mengikuti perkembangan zaman. Seperti halnya Idi Subandy Ibrahim, dalam Budaya Populer Sebagai Komunikasi 2011:267, fashion dan kosmetika mengkin adalah arena yang paling jelas tempat bekerjanya hasrat konsumen untuk membeli produk karena mereka berhasrat untuk tampak seperti para model fashion yang mereka lihat dimajalah pop. Pahlawan dari dunia pop dan para model fashion menjadi penentu trend trendsetter yang memainkan model peran the role models terutama bagi kawula muda. Fashion pada penggunaanya menjadi produk konsumsi yang tidak hanya menekankan pada fungsinya saja, tetapi sudah lebih mendetail pada aspek gaya Universitas Sumatera Utara 21 dan model fashion yang berkembang. Proses konsumsi simbolis merupakan tanda penting dari pembentukan gaya hidup dimana nilai-nilai simbolis dari suatu produk dan praktik telah mendapat penekanan yang besar dibandingkan dengan nilai-nilai kegunaan dan fungsional 21 Fashion menjadi sesuatu gaya berpakaian yang mendefenisikan dan mendeskripsikan diri melalui ekspresi pakaian untuk dapat berinteraksi dengan alam dan lingkungan sesama manusia. Fashion menjadi sesuatu yang jelas dari luar yang menjadikan tampilan lebih baik. Oleh Nancy Etcoff, dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty 1999 menyebut gejala tersebut dengan “Lookism.” Lookism adalah teori yang menganggap bahwa lebih baik tampilan Anda, maka akan lebih sukseslah Anda dalam kehidupan . 22 Kaidah-kaidah berpakaian menjadi sarana dalam membentuk dan mereproduksi berbagai kelompok masyarakat dalam pengertian bahwa ikatan terjalin diantara kelompok ini menjadi terlihat jelas sehingga sangat sulit di lintasi . Sehingga menempatkan seseorang berada pada kelompok tertentu sesuai identitas yang berkembang dalam kelompok tersebut. Citra atau gambaran luar penampilan seorang individu menjadi bagian dari pemikiran dan penilaian masyarakat yang melihat seorang individu. Melalui tampilan luar seorang individu yang menunjukkan penampilan yang menggunakan pakaian yang menghias tubuh yang dapat terlihat dari luar oleh masyarakat yang didominasi oleh persepsi citra terhadap penilaian dan pemikiran masyarakat yang menyaksikan seorang individu. 21 Irwan Abdullah. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2006. Hal 33 22 David Chaney. Lifestyle: Sebuah Pengantar Komprehensif. Jalasutra: Yogyakarta. 1996. Hal 18 Universitas Sumatera Utara 22 Hobsbawn, 1983: Weiner dan Schneider, 1985:1: Eicher, 1995. Dengan memperhatikan arti penting berpakaian sebagai suatu ekspresi dari identitas sosial, asal-usul, komitmen dan kesetiaan individu, tidaklah mengherankan bahwa orang- orang seharusnya memandang pakaian hampir seperti perpanjangan diri mereka sendiri. Sekarang dapat dimengerti mengapa hubungan seseorang dengan pakaiannya bersifat langsung dan lebih akrab daripada hubungannya dengan semua objek materi yang lain. Kuper 1973:366 Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan ada 3 macam: 1. Kebudayaan sebagai kompleks ide, gagasan , nilai, norma dan peraturan 2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat dan 3. Benda-benda sebagai karya manusia Koentjaraningrat, 1976:186 Konsep 3 wujud kebudayaan ini relevan dengan fashion distro. Distro sebagai tempat pemenuhan keinginan mahasiswa untuk mengkonsumsi produk- produk pakaian dengan konsep yang beragam berawal dari gagasan atau ide kaum muda yang menjalani industri ekonomi kreatif. Para pelaku industri kreatif berkreasi dengan menghasilkan produk-produk yang menjadi ciri khas kalangan anak muda yang tertata dalam fashion distro. Pengamatan dan pengalaman dari pengusaha distro melihat aktivitas dan segala hal yang sedang berlangsung dalam lingkungan kalangan anak muda menjadi ide untuk menciptakan suatu kreasi pakaian yang menunjukkan citra diri pengguna pakaian, yaitu kalangan anak muda. Universitas Sumatera Utara 23 Menurut Barnouw, dalam Pengantar Psikologi Lintas Budaya 1985:6, budaya didefenisikan sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi lain. Fashion dengan produk pakaian yang memiliki konsep pada desain yang sesuai dengan keinginan dari konsumen sebagai pengguna pakaian distro menjadi salah satu sarana komunikasi. Melalui desain yang menjadi gambaran atau citra dari suatu identitas kelompok atau kelas sosial tertentu untuk menumbuhkan identitas pada setiap generasi yang ada. Fashion menjadi sarana untuk menunjukkan seorang konsumen atau pengguna pakaian tersebut ingin dipandang sebagai citra dari suatu identitas tertentu sesuai keinginan konsumen atau pengguna pakaian. Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam “The Classical Theory of Concepts” menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. 23 Konsep dalam fashion distro adalah tentang produk pakaian yang diproduksi oleh distro yang memiliki karakteristik yang membedakan dengan jenis produk pakaian dari suatu fashion. Produk pakaian distro merupakan hasil Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambar mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik. 23 https:id.m.wikipedia.orgwikikonsep diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 11.02 Universitas Sumatera Utara 24 ide dan pengalaman dalam mengamati lingkungan anak muda perkotaan dengan kegiatan yang menjadi citra dari seorang anak muda yang tinggal dikota. Kegiatan yang familiar dengan anak muda di perkotaan dan yang sedang menjadi trend menjadi sebuah ide yang terwujud dalam sebuah produk pakaian distro. Produk pakaian distro yang memiliki desain mengutamakan penampilan khas anak muda perkotaan dengan mengangkat konsep seperti musik atau olahraga ekstrem bmx dan skateboard yang familiar dengan anak muda perkotaan. Konsep ini dikemas dalam sebuah produk pakaian distro yang memiliki desain yang berbeda pada jenis produk pakaian, bahan pakaian, bentuk pakaian yang secara bentuk, motif, warna serta model dari sebuah produk pakaian menjadi citra seorang anak muda di perkotaan. Adanya ide ataupun gagasan mendorong setiap pelaku industri untuk menuangkan kreatifitas meraka dalam suatu kegiatan produksi produk fashion. Dalam hal ini proses clothing pakaian dan pembuatan aksesoris dengan menggunakan sentuhan teknologi untuk menghasilkan produk fashion yang menggambarkan citra fashion distro. Konsep dalam sebuah pakaian adalah tentang pakaian yang mengandung unsur bentuk yang dapat menjadi wujud dari sebuah ide dari pembuat sebuah produk pakaian. Desain sebuah produk pakaian, motif warna atau motif pola yang terdapat dari sebuah produk pakaian yang membuat produk pakaian tersebut identik dengan fashion distro. Desain warna dan bentuk dari sebuah produk pakaian yang memiliki ciri khas pada produk pakaian distro pada umumnya yang memiliki pasar penjualan pada konsumen dari kalangan anak muda. Desain jenis Universitas Sumatera Utara 25 produk yang umum dijual pada sebuah distro adalah produk kaos yang memiliki desain yang berbeda pada setiap distro. Distro adalah sebuah akronim untuk mengungkapkan distribution store atau toko distribusi. Yaitu sejenis toko yang menjual pakaian, sepatu, atau aksesoris lainnya yang digunakan anak muda, yang komoditasnya terbatas. Merek independen ini biasanya digemari anak muda karena tidak pasaran dan mencitrakan diri eksklusif. Produk yang ada di distro biasanya tidak diproduksi secara massal. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan citra lux 24 Pada sebuah distro yang memiliki kesamaan konsep antara konsep dari distro sendiri dan konsep yang dimiliki oleh produk pakaian yang dipasarkan, baik produk pakaian dari merek yang berbeda dari nama distro dan produk pakaian sebagai hasil produksi dari suatu distro. Kaos menjadi produk yang umum dijumpai pada distro menjadi wadah mengenalkan nama sebuah merek produk pakaian distro atau sebagai wadah mengenalkan sebuah paham atau aliran pada suatu produk Choesny 2011 : 6. Distro merupakan suatu fenomena dalam perkembangan fashion khususnya kaum muda. Distro sangat kental dengan konsep independent, yaitu tidak terikat dengan major label fashion tertentu. Distro memiliki desain dan merek sendiri, sekaligus pemasaran sendiri dengan membuka outlet-outlet yang khusus menyediakan produk fashion tersebut. Selain itu produk fashion yang diproduksi tidak bersifat massal, hal ini bertujuan untuk menjaga eksklusifitas produk dari distro. 24 Citra lux atau luxury adalah citra kemewahan dari sebuah barang. Universitas Sumatera Utara 26 tertentu, musik semisal hardcore dan punk yang berkembang dari jalanan perkotaaan, atau aktivitas anak perkotaan seperti bmx dan skateboard. Lewat proses produksi tercipta produk fashion berupa pakaian, semisal kaos, kemeja, celana, topi bahkan sepatu dan aksesoris seperti gelang, buff 25 Distro merupakan suatu fenomena dalam perkembangan fashion khususnya kaum muda. Distro sangat kental dengan konsep independent, yaitu tidak terikat dengan major label fashion tertentu. Distro memiliki desain dan merek sendiri, sekaligus pemasaran sendiri dengan membuka outlet-outlet yang khusus menyediakan produk fashion tersebut. Selain itu produk fashion yang diproduksi tidak bersifat massal, hal ini bertujuan untuk menjaga eksklusifitas produk dari distro. , gantungan kunci, sticker menjaadi wujud nyata dari hasil ide ataupun gagasan para pelaku industri kreatif. Nantinya produk fashion distro ini digunakan sebagai identitas diri maupun gambaran serta ekspresi diri para konsumen fashion distro yang mengalami penerimaan maupun penolakan dari lingkungan. Wilson menunjukkan , “fashion adalah wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima”. Wilson, 1990:209 Sebagai salah satu fenomena yang terdapat pada anak muda perkotaan, distro tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Tekonologi informasi berkembang dan memudahkan masyarakat dalam segala aspek kehidupan setiap hari. Kegiatan bisnis distro yang bergerak dalam bidang produk pakaian bersaing dengan bidang yang sama namun dalam ranah digital. Dalam Wikipedia Globalisasi diartikan 25 Buff adalah maskerslayer yang punya fungsi melindungi bagian tubuh, digunakan sebagai masker mulut, bandana, ikat rambut, dan ikat kepala. Universitas Sumatera Utara 27 sebagai proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Keajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunjulan telegraf dan internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin medorong saling ketergantungan aktivitas ekonomi dan budaya. Menurut Arjun Appadurai dalam 21 st Century Anthropology 2010:868- 869 proposes that this chaotic world be grasped through five dimensionshe call scape, or the landscapes across which cultural flows travel: ethnoscapes, mediascapes, technoscapes, financescapes, and ideoscapes. Globalisasi diidentifikasi dalam lima tipe salah satu diantaranya adalah technoscapes, penyebaran teknologi keseleruh penjuru dunia yang marak dipraktekkan dinegara berkembang yang merupakan hasil penemuan negara-negara barat. Distro sebagai bentuk usaha dalam produk pakaian mengalami globalisasi dalam pemasaran dan proses pemesanan yang menggunakan sistem internet untuk dapat bersaing dengan usaha sejenis yang sudah berkembang diinternet menggunakan sistem belanja daring atau onlineshop. Menurut Ediko Waran dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi Online 2009 kegiatan belanja daring merupakan bentuk komunikasi baru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung, melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari dan keseluruh dunia melalui media notebook, computer, ataupun handphone yang tersambung dengan layanan akses internet. Telah banyak literatur, tulisan, atau thesis yang menyinggung mengenai fashion yang dalam perkembangan terdapat jenis pakaian yang menjadi viral pada Universitas Sumatera Utara 28 kalangan masyarakat, termasuk fenomena fashion yang ditawarkan oleh distro sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi yang menyediakan produk pakaian yang memiliki fashion yang berbeda dengan usaha ekonomi dalam bidang produk pakaian. Literatur, tulisan, atau thesis yang berkembang membahas fenomena yang terdapat dalam sebuah distro, baik tulisan yang membahas distro sebagai sebuah usaha ekonomi yang dipandang dari segi teori-teori ekonomi. Selain itu terdapat literatur, tulisan, atau thesis yang membahas mengenai desain sebuah distro dengan menggunakan paham ilmu arsitektur atau ilmu komputer yang membahas penggunaan aplikasi komputer untuk mencetak desain sebuah produk pakaian distro. Tulisan dari Kalvin Napitupulu 2013 adalah mahasiswa Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dengan judul skripsi Clothing Tauko Medan sebuah studi etnografi tentang ide pembuatan kaos berdasarkan identitas Kota Medan. Dalam tulisan ini dibahas mengenai clothing yang memiliki kemiripan dengan distro, baik dalam hal jenis produk pakaian dan konsep toko sebagai tempat pemasaran produk pakaian. Hanya yang membedakan pada konsep produksi dan desain produk pakaian, jika pada distro yang merupakan model usaha ekonomi yang memasarkan produk pakaian yang dititipkan oleh suatu merek yang memproduksi pakaian untuk sebuah distro. Sementara pada clothing adalah model usaha yang memasarkan produk pakaian hasil produksi sendiri dengan merek yang sama dengan nama toko. Universitas Sumatera Utara 29 Pada skripsi yang membahas Clothing Tauko Medan sebagai sebuah studi etnografi tentang ide pembuatan kaos berdasarkan identitas kota medan terdapat data dalam tulisan sebagai hasil sebuah penelitian dan pengamatan tentang Clothing Tauko Medan. Dalam skripsi ini dibahas mengenai Clothing Tauko Medan bekerja sebagai sebuah usaha, tentu terdapat sebuah sistem organisasi yang mengatur aktivitas pemasaran produk pakaian dan aktivitas produksi produk pakaian. Kemudian dibahas mengenai ide dalam pembuatan produk pakaian Clothing Tauko Medan, ada sebuah identitas sebagai citra Clothing Tauko Medan yang identik dengan Kota Medan dengan lingkungan sosial. Pemanfaatan istilah, budaya, dan yang menjadi identitas Kota Medan baik suatu tempat, benda-benda yang hanya terdapat di kota medan, sampai alat transportasi digunakan sebagai ide dalam desain produk pakaian Clothing Tauko Medan. Ruth O Ginting 2016 dalam skripsi Mahasiswa Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terdapat kajian mengenai fashion androgini yang terdapat di lingkungan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang dianggap seorang androgini, yaitu pembagian karakter antara feminim dan maskulin secara bersamaan. Androgini dari segi fashion mempunyai gaya tersendiri, dimana beberapa dapat mengunakan pakaian laki-laki dan laki-laki menggunakan pakaian perempuan. Lebih jauh androgini yang terdapat pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Universitas Sumatera Utara 30 Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dibahas mengenai eksistensi dalam penggunaan fashion pada kehidupan sehari-hari. Belum adanya penelitian tentang model pakaian distro, membuat penulis tertarik dan memunculkan ide dari penulis untuk mengkaji tentang pakaian yang terdapat dalam distro sebagai bagian dari fashion, terutama fashion distro yang terdapat dikawasan Jalan Dr. Mansyur Medan.

1.3. Rumusan Masalah