147
Sedangkan pada Distro LOCCAL yang memasarkan merek produk sendiri, memiliki model yang yang tidak mengelompokan konsumen pada suatu
paham atau aliran tertentu. Tetapi melalui model produk pakaian LOCCAL dapat menunjukkan produk mereka menjangkau semua kalangan.
Pertanyaan ketiga mengenai konsep pakaian yang paling diminati oleh konsumen adalah produk kaos. Pada Distro SnugxRaw adalah produk kaos
dengan warna gelap yang menggunakan desain simpel nama atau logo dari merek produk pakaian, dan terdapat desain seperti tengkorak, helm, motor, sampai
kelelawar. Pada Distro LOCCAL adalah produk kaos dengan desain gambar band dan DJ tertentu dalam satu artikel terbatas diproduksi dengan waran hitam.
Pertanyaan keempat mengenai upaya distro bersaing dengan online shop. Sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi yang berkembang diperkotaan dengan
mudahnya akses teknologi dan biaya yang murah mendorong setiap pelaku usaha distro untuk memasarkan produk dengan konsep yang ditawarkan distro melalui
sebuah website dan media sosial untuk berinteraksi dengan konsumen yang ingin membeli produk pakaian yang terdapat pada katalog website.
5.2. Saran
Distro dikawasan Jalan Dr. Mansyur lebih giat mengenalkan fashion distro pada masyarakat. Karena pada masyarakat masih terdapat stigma berbelanja harus
ke pusat perbelanjaan. Padahal kualitas pakaian distro tidak kalah bagus dibanding pakaian yang terdapat di pusat perbelanjaan dengan harga yang dapat menjangkau
kalangan dengan ekonomi menengah kebawah.
Universitas Sumatera Utara
148
Distro dikawasan Jalan Dr. Mansyur mengajak kalangan anak muda terkhusus untuk membeli produk dalam negeri melalui produk-produk distro.
Karena sudah banyak merek lokal yang berasal dari Indonesia yang mendesain produk pakaian untuk distro.
Kemudian distro dikawasan Jalan Dr. Mansyur yang menjadikan Kota Bandung sebagai kiblat fashion distro, untuk dimasa depan dapat menggunakan
desain-desain daerah Kota Medan dalam produk fashion yang dihasilkan atau dipasarkan. Karena untuk fashion di Kota Bandung sendiri masih melihat
perkembangan fashion pada dunia barat. Perlu memunculkan ide dan kreasi anak negeri dalam hal desain produk pakain.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB II
PERKEMBANGAN FASHION DISTRO 2.1. Sejarah perkembangan fashion di Indonesia
Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik sejak tahun 1960 ditandai dengan munculnya Non Kawilarang dam Peter Sie. Dalam
perkembangan awalnya fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan atau desain. Secara usia, orang tua Indonesia
umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil
dengan mode gaya barat atau gaya busana Korea. Sejak saat itu busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat
ini. Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry
Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramil yang telah memberikan signal dalan dunia fashion Indonesia kepada dunia internasional melalui penciptaan
mereka dan parade fashion didalam maupun diluar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Upaya dan kerja
keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita “Femina”, majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak
memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita trend fashion dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion
nasional di era ini.
Universitas Sumatera Utara
51
Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan memprakarsai lomba fashion desainer pertama tahunan pada
tahun 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita,
Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto
Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz. Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan fashion
Indonesia. Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan design-nya didukung oleh pemerntah Indonesia.
Pada tahun 1990-an ketika isu-isu globalisasi dan perkembang teknologi mediamodern, seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses
berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi
gaya barat yang glamour. Pada tahun 2000-an nama-nama baru lebih memperkaya daftar panjang
desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri
Handoko, dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya berat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign
kostum tradisional “blus kebaya” dnegan sentuhan modern. Sehingga membuat
Universitas Sumatera Utara
52
busana tradisonal Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisonal.
29
2.2. Sejarah dan perkembangan fashion Distro di Indonesia