Sejarah dan perkembangan fashion Distro di Indonesia

52 busana tradisonal Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisonal. 29

2.2. Sejarah dan perkembangan fashion Distro di Indonesia

Distro merupakan salah satu industri kreatif yang menjual produk pakaian dengan fashion tersendiri yang menjadi citra distro pada kalangan masyarakat. Distro di Indonesia berkembang sebagai sebuah toko yang menjual produk pakaian yang dititipkan oleh sebuah merek pakaian yang memproduksi pakaian dengan fashion yang bergerak dan berkembang pada distro. Sebagai salah satu pusat penjualan produk fashion, distro identik dengan fashion urban culture dengan model pakaian streetwear yang identik dengan kegiatan urban diperkotaan, seperti skateboard, BMX, atau genre musik tertentu seperti genre rap, metal, rock, deathmetal dan aliran musik lainnya melekat dengan fashion Distro. Perkembangan Distro berawal pada sebuah studio musik, Reverse di daerah Sukasenang sekitar tahun 1994. Semula Richard mantan drummer Pas Band, Helvi, dan Didit kemudian dikenal dengan Dxxxt 3 orang pendiri pertama dari Reverse, hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama diminati oleh komunitas penggemar musik rock dan skateboard. Reverse kemudian mulai 29 https:asti46.wordpress.comartikel-terkaitperkembangan-trend-fashion-indonesia diakses pada tanggal 21 September 2016 pukul 23.05 Universitas Sumatera Utara 53 menjual CD, kaset, poster, artwork 30 , aksesoris, kaos atau t-shirt, termasuk barang- barang impor maupun barang buatan lokal lainnya. 31 Dalam perkembangannya, eksplorasi desain clothing anak-anak muda Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa lebih eklektik Untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. Bagi clothing company yang muncul belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan clothing teman-temannya yang muncul dan mapan lebih dulu. Dari segi pengembangan desain, tidak banyak juga yang melakukan riset dan pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003, follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat dibutuhkan waktu dan proses yang lama. 32 30 Artwork adalah hasil karya seni berupa lukisan, patung dan benda-benda visual lainnya. dan baliknya. Persoalan ketiadaan infrastruktur dan ketidak jelasan pengaturan tata guna lahan di Bandung untuk kawasan komersial, menyebabkan nilai ekonomi lahan semakin mahal dan tak terjangkau dalam mengembangkan usaha yang selama ini mereka jalankan. Pada akhirnya, dukungan yang digembar-gemborkan pemerintah untuk mendukung industri kecil 31 https:cannizaro.wordpress.com20070129sejarah-distro-indonesia-version diakses pada tanggal 17 September 2016 32 Eklektik adalah memilih gaya yang terbaik dari berbagai sumber. Universitas Sumatera Utara 54 menengah dan membangun kecintaan akan produk dalam negeri, hanya menjadi jargon 33 Dari yang semula hanya didatangi oleh penggemar musik rock dan komunitas skateboard, Reverse mulai didatangi oleh beberapa kelompok yang berasal dari komunitas yang lain. Dari yang meminati musik pop, metal, punk, hardcore, sampai pada kelompok skateboard, BMX, surfing atau peselancar dan lain sebagainya. Saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998, bisnis yang dijalani Reverse, mengalami masa sulit sampai akhirnya tutup. Mereka tak mampu lagi membeli barang-barang dari luar negeri karena nilai mata uang dolar terhadap belaka. Disadari atau tidak, clothing industry yang muncul dan berkembang, justru memicu perkembangan industri-industri kecil baru yang juga berbasis kreatifitas. Secara organik, infrastruktur pendukungnya, bermunculan satu persatu. Wajar saja, jika kemudian tawaran yang datang tiba-tiba ini, disikapi dengan membentuk forum komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan saling mendukung satu sama lain. Banyak persoalan baik internal maupun eksternal yang selama ini harus disiasati dan dipecahkan sendiri oleh mereka. Karena itu, tawaran pemerintah, seperti sesuatu yang to good to be true. Mereka bukannya resistan terhadap niat baik pemerintah, namun yang mereka harapkan adalah kejelasan dalam proses negosiasi dimana posisi tawar kedua belah pihak bisa berjalan dengan seimbang. Perspektif kemandirian, kemudian menjadi prinsip yang selalu dimaknai kembali oleh mereka. 33 Jargon adalah kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan atau lingkungan tertentu. Universitas Sumatera Utara 55 mata uang rupiah melambung tinggi dan tak terjangkau. Namun kondisi sulit ini justru melahirkan fase baru dalam perkembangan clothing industry Bandung. Kurangnya modal untuk membeli barang-barang dari luar, membuat daya kreatifitas kedua pemuda ini diasah. Ketika itu mereka berpikir, untuk dapat menghasilkan kaos sesuai dengan keinginan mereka. Transformasi Reverse sebagai clothing company, dimotori oleh Dxxxt pada bulan Februari 2004. Reverse kemudian menjelma menjadi label yang memfokuskan dirinya pada fashion untuk pria. Urban Culture yang menjadi keseharian tim kreatifnya, menjadi inspirasi dalam desain produk-produk Reverse. Helvi vetaran Reverse, kemudian membangun clothing label bernama Airplane yang memulai usahanya pada tahun 1997. Sementara kegemaran skateboard, bmx dan surfing yang ditekuni Dandhy dan teman-temannya, justru memotivasi mereka untuk membuat produk-produk yang mendukung hobi yang mereka cintai. Bukan hal yang mudah untuk menemukan fashion penunjang kegiatan surfing di Bandung pada saat itu. Maka tahun 1996, dari rumah di dago 347 Bandung, mereka mulai memproduksi barang-barang yang menunjang hobi mereka untuk digunakan sendiri. Ternyata apa yang mereka pakai, menarik perhatian teman-teman mereka. Seperti halnya Airplane, dengan modal patungan seadanya mereka mulai memproduksi barang- barang yang mereka desain untuk kebutuhan hobi mereka itu, untuk dijual di kalangan teman-teman mereka sendiri dengan label ‘347 boardrider co.’ Toko pertamanya dibuka pada tahun 1999 dan diberi nama ‘347 Shophouse’ di Jalan Trunojoyo Bandung. Universitas Sumatera Utara 56 Demikian pula Ouval yang muncul di tahun 1998. Masih di tahun 1996, Dadan Ketu bersama delapan orang temannya yang lain membentuk sebuah kolektif yang diberi nama Riotic. Kesamaan minat akan ideologi punk, menyatukan ia dan teman-temannya. Riotic menjadi label kolektif yang memproduksi sendiri rilisan musik-musik yang dimainkan oleh komunitas mereka, menerbitkan zines, dan membuka sebuah toko kecil yang menjadi distribusi outlet produk kolektif yang mereka hasilkan. Riotic juga dikenal konsisten dalam mendukung pertunjukan- pertunjukan musik punk rock dan underground yang saat itu kerap diselenggarakan di Gelora Saparua Bandung. Ketika masa kekuasaan Orde Baru berakhir, kehidupan sosial politik Indonesia mengalami banyak perubahan di era reformasi. Masyarakat memperlihatkan pola relasi yang baru dengan ruang-ruang publik yang ada. Beragam aktivitas dan perayaan dilakukan di jalan. Jalanan seperti Dago, menjadi catwalk publik yang mengundang siapa pun yang datang untuk menampilkan gaya dandanan mereka. Individu kemudian mendapat ruang untuk mengekspresikan diri. Saat itu, banyak pertunjukan-pertunjukan musik yang kemudian disponsori oleh clothing company yang mulai memiliki kemampuan ekonomi. Perkembangan musik dan juga street fashion mendorong pertumbuhan distro. Untuk membesarkan bisnis yang semula dibangun berdasarkan hobi, butuh kedisiplinan tinggi dalam mengelolanya. Bagi clothing company yang muncul belakangan, idealisme dan keterbatasan modal menjadi tantangan yang harus disiasati lebih keras lagi. Karena secara bisnis, mereka harus berhadapan dengan clothing teman-temannya yang muncul dan mapan lebih dulu. Dari segi Universitas Sumatera Utara 57 pengembangan desain, tidak banyak juga yang melakukan riset dan pengembangan desain secara serius. Akibat dari boom clothing di tahun 2003, follower yang muncul belakangan, banyak yang asal jiplak desain-desain yang sudah ada. Karena untuk membangun sebuah karakter desain yang kuat dibutuhkan waktu dan proses yang lama. Dalam perkembangan distro, eksplorasi desain clothing anak-anak muda Bandung, banyak juga dipengaruhi oleh gaya street fashion Jepang yang terasa lebih eklektik dan baliknya. Persoalan ketiadaan infrastruktur dan ketidak jelasan pengaturan tata guna lahan di Bandung untuk kawasan komersial, menyebabkan nilai ekonomi lahan semakin mahal dan tak terjangkau dalam mengembangkan usaha yang selama ini mereka jalankan. Pada akhirnya, dukungan yang digembar- gemborkan pemerintah untuk mendukung industri kecil menengah dan membangun kecintaan akan produk dalam negeri, hanya menjadi jargon belaka. Sadari atau tidak sadar, clothing industri yang muncul dan berkembang justru memicu perkembangan industri-industri kecil baru yang juga berbasis kreatifitas. Secara organik, infrastruktur pendukungnya, bermunculan satu persatu. Wajar saja, jika kemudian tawaran yang datang tiba-tiba ini, disikapi dengan membentuk forum komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan saling mendukung satu sama lain. Banyak persoalan baik internal maupun eksternal yang selama ini harus disiasati dan dipecahkan sendiri oleh mereka. Karena itu, tawaran pemerintah, seperti sesuatu yang to good to be true. Mereka bukannya resistan terhadap niat baik pemerintah, namun yang mereka harapkan adalah kejelasan dalam proses negosiasi dimana posisi tawar kedua belah pihak bisa berjalan Universitas Sumatera Utara 58 dengan seimbang. Perspektif kemandirian, kemudian menjadi prinsip yang selalu dimaknai kembali oleh mereka. Ketika kemandirian berarti memulai impian besar dengan langkah-langkah kecil dengan patungan modal seadanya. Juga ketika usaha ini berkembang dan mendapatkan perhatian, kemandirian berarti membangun posisi tawar mereka ketika bertarung dengan banyak kepentingan- kepentingan lain, pemerintah salah satunya. Pada saat banyak orang kemudian mengeluh, bahwa produk clothing menjadi seragam, waktu yang akan membuktikan mana yang kemudian konsisten menjalani proses eksplorasi terus menerus untuk menemukan kematangan produk atau malah inovasi-inovasi baru dan mana yang kemudian hilang seperti merek- merek Bandung yang memudar dan tak dikenal orang seperti yang dikawatirkan Agus Gustiar. Setidaknya sampai hari ini, setelah satu dekade yang panjang mereka berproses terus menerus, kekawatiran itu tidak terbukti. Yang paling keren sekarang anak-anak muda tidak gengsi dan malu lagi pake produk lokal. Karya anak muda Bandung dihargai orang dari mulai yang naik angkot sampai mobil mewah. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 lebih distro di Bandung. 34 34 http:www.lacasacomics.com201402sejarah-dan-perkembangan-Distro-di.html?m=1 diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul 22.23 Universitas Sumatera Utara 59

2.3. Sejarah perkembangan fashion Distro di Kota Medan