33 Bagan 3.1. Jaringan Job Desc Para Pekerja.
4.2.1. Juragan  toke  “tekong”
Dalam  strata  pekerjaan  yang  ada  di  tangkahan  dan  pelabuhan.  Toke juragan  berada  pada  tingkatan  paling  atas,  karena  kepemilikan  modalnya  yang
tinggi.  Dikarenakan  kepemilikan  modalnya  yang  besar,  toke  juragan  juga memiliki penghasilan yang paling besar dar
i nelayan, ABK dan “anak itik”, yaitu sekitar  Rp.  3.000.000,-  sampai  Rp.  5.000.000,-  perbulan.  Kepemilikan  modal
yang besar tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya kapal dan cara kerja dari toke  juragan  itu  sendiri.  Di  Desa  Bogak,  toke  juragan  biasa  disebut  dengan
“tekong”. “Tekong”  bekerja  sebagai  pemborong  hasil  laut  yang  didapatkan  oleh
nelayan.  Dengan  bermodalkan  kapal  dan  alat  tangkap,  “tekong”  memekerjakan nelayan untuk menggunakan kapal dan alat tangkap miliknya dengan kesepakatan
hasil  laut  ak an  dibeli  oleh  “tekong”.  Seorang  “tekong”  bisa  memiliki  lebih  dari
satu kapal dan alat tangkap untuk digunakan oleh nelayan. Dengan kontrak yang
Universitas Sumatera Utara
34
dibuat bersama dengan nelayan, “tekong” dapat memberikan harga terhadap hasil laut  yang  didapat  oleh  nelayan  dengan  sesukanya.  Nelayan  lain  yang  tidak
menggunakan kapal dan alat tangkap  yang disediakan oleh “tekong” juga dapat menjual hasil lautnya kepada toke atau “tekong”.
Kesepakatan antara nelayan dan “tekong” merupakan hasil negosiasi antar kedua  belah  pihak  t
ersebut.  Pihak  “tekong”  akan  senantiasa  membeli  dengan harga  murah,  sedangkan  nelayan  akan  berusaha  agar  nilai  jual  dari  hasil  lautnya
dapat  dibayar  tinggi.  “Tekong”  merupakan  penyalur  hasil  laut  yang  didapatkan oleh  nelayan  kepada  konsumen  langsung  atau  p
asar.  Oleh  karena  itu,  “tekong” berusaha  agar  ketika  di  pasar,  harga  ikan  dan  hasil  laut  tidak  begitu  tinggi  dan
dapat dibeli oleh konsumen.
4.2.2.   Nelayan
Nelayan  merupakan  pekerja  dengan  strata  kedua  setelah  juragan  atau “tekong”. Kedudukan kedua setelah “tekong” dikarenakan posisi nelayan adalah
pemimpin  kedua  setelah  “tekong”,  baik  ketika  berada  di  pelabuhan,  tangkahan, atau  ketika  melaut.  Posisi  tersebut  didapatkan  nelayan  ketika  nelayan  tesebut
menggunakan peralatan yang digunakan oleh “tekong”. Nelayan sendiri terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
1. Nelayan “tekong”: nelayan “tekong” yaitu nelayan yang bekerja di bawah
perintah “tekong”. Nelayan “tekong” dan “tekong” memiliki kesepakatan bersama  dalam  bagi  hasil.  Nelayan  “tekong”  tidak  memiliki  peralatan
melaut sendiri, oleh karena itu nelayan “tekong” menggunakan peralatan
Universitas Sumatera Utara
35
yang  disediakan  oleh  “tekong”  untuk  melaut  kapal  dan  alat  tangkap. Pendapatan nelayan “tekong” adalah 2 “bagi”
2
dari hasil tangkapan ketika mereka  melaut.  Kapal  yang  digunakan  pun  juga  bervariasi,  ada  yang
berukuran  besar  dengan  muatan  15  orang  nelayan  dan  ABK,  yang berukuran  sedang  dengan  muatan  6  orang,  atau  yang  berukuran  kecil
dengan muatan 2 orang. 2.
Nelayan  perorangan:  nelayan  perorangan  adalah  nelayan  mandiri  yang beker
ja di luar kendali “tekong” atau toke. Dengan memanfaatkan modal sendiri,  nelayan  perorangan  pergi  melaut  menggunakan  kapal  dan  alat
tangkap  miliknya  tanpa  ada  kesepakatan  antara  nelayan  perorangan dengan  “tekong”  atau  juragan.  Ada  juga  nelayan  perorangan  yang
merangkap sebagai toke atau pembeli hasil tangkapan nelayan. Hasil yang diterima oleh nelayan perorangan adalah 4 “bagi”, karena asumsi bahwa
nelayan perorangan tersebut  yang akan menanggung segala biaya apabila kapal  atau  jarring  telah  rusak.  Nelayan  perorangan  juga  memiliki  ABK
yang  membantunya,  sesuai  dengan  ukuran  kapal  yang  dia  gunakan. Masing-masing  nelayan  perorangan  mememiliki  ukuran  kapal  yang
berbeda  sesuai  dengan  modal  yang  mereka  miliki.  Ada  yang  berukruan besar, sedang dan kecil.
2
“Bagi”  adalah  pendapatan  yang  diterima  oleh  masing-masing  pihak  yang  mencari  nafkah  dari hasil laut. Hasil laut yang telah di jual, kemudian kurangkan dengan biaya operasional kapal. Hasil
bersih yang telah dipotong biaya operasional itula y ang akan dibagikan kepada “tekong”, nelayan,
ABK dan “anak itik”. Sebagai contoh, di kapal terdapat seorang nelayan dan 3 orang ABK. Maka hasil tangkapan akan dibagi menjadi 7 bagian, yaitu 2 bagian untuk nelayan ABK masing-masing
1 “bagi” dan 2 “bagi” lagi untuk mesin dan jaring yang akan diserahkan kepada nelayan kembali.
Universitas Sumatera Utara
36
Nelayan yang menggunakan kapal dengan ukuran sedang dan besar, tidak bisa melaut sendirian tanpa bantuan dari anak kapal atau anak buah kapal ABK.
Nelayan  memekerjakan  ABK  untuk  memudahkan  pekerjaannya  dalam  berbagai hal  ketika  berada  di  laut  atau  di  pelabuhan.  Dengan  demikian,  hasil  laut  yang
didapatkan  oleh  nelayan  yang  menggunakan  jasa  ABK  akan  dibagikan  sesuai dengan kesepakatan bersama.
4.2.3.   ABK Anak Buah Kapal