4.2.4 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya mengukur rata-rata lama sekolah penduduk. Secara umum rata-rata
tingkat pendidikan penduduk di Provinsi Gorontalo sangat redah yaitu hanya 6.8 tahun. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Gorontalo tahun 2002 ialah 6 tahun
dan tahun 2006 adalah 6,4 tahun. Sedangkan rata-rata lama pendidikan di Kota Gorontalo adalah 8,8 tahun pada tahun 2002 dan 9,3 tahun di tahun 2006. Tahun
2006 penduduk Gorontalo 65 berpendidikan sekolah dasar, 14 penduduk berpendidikan SMP, 18 penduduk berpendidikan SMU dan hanya 4 penduduk
yang menapat perguruan tinggi. Data ini memberikan informasi bahwa banyak anak yang lulusan sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah tidak melanjutkan
kejenjang pendidikan di atasnya Wirokartono et al. 2010. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam Indek
Pembangunan Manusia IPM. Kondisi pendidikan di Gorontalo secara umum yang masih rendah berpengaruh terhadap Indek Pembangunan Manusia. IPM
Provinsi Gorontalo tahun 2007 ialah 68,83 pada posisi ke-24 masih dibawah IPM nasional yaitu 70,59. Dengan demikian aspek pendidikan harus menjadi perhatian
serius bagi pemerintah disamping aspek lainnya.
4.3. Kondisi Iklim
Iklim merupakan sistem yang kompleks yang terdiri atas lima faktor utama yaitu atmosfer, hidrosfer, cryosfer, litosfer, biosfer dan interaksi diantaranya.
Dinamika iklim dipengaruhi oleh dinamika internal dan antropogenik seperti perubahan lahan.
4.3.1 Curah Hujan
Curah hujan merupakan unsur cuaca yang sangat berpengaruh terhadap proses erosi dan sedimentasi khususnya di daerah tropis Lihawa 2009. Hujan
berpengaruh terhadap erosi melalui energi yang dilepaskan butiran hujan pada permukaan tanah, sehingga menimbulkan erosi percik. Kemudian material tanah
yang tererosi tersebut diangkut oleh aliran air permukaan menuju badan-badan air, sungai dan danau. Data curah hujan tahun 1999-2008 di kawasan DAS Limboto
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Curah hujan di Kawasn Danau Limboto tahun 1999-2008
Tahun Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
Okt Nov
Des Jumlah
1999 134
72 296
146 223
113 122
76 35
160 138
92 1.607,0
2000 170
268 110
99 72
263 140
68 39
185 157
80 1.651,0
2001 385
205 147
141 141
262 27
30 48
60 253
145 1.844,0
2002 177
4 126
117 108
82 1
34 82
127 858,0
2003 89
56 215
266 192
11 64
46 65
53 82
222 1.361,0
2004 128
100 79
175,3 137,4
50 66
36 122
61 74
1.028,7 2005
30 103
117 105
231 84
210 17
20 223
85 133
1.358,0 2006
112 143
68 162
68 290
32 3
55 3
204 122
1.262,0 2007
229 73
76 129
249 214
79,8 38,2
129 45,8
118 399
1.779,8 2008
214 94
388 228,3
130 122,6
253 147
66 188
206 251
2.287,9
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Gorontalo 2009 Tabel 12, juga menggambarkan bahwa curah hujan sepanjang tahun 1999-
2008 mengalami fluktuasi. Menurut Tjasyono 2004 klasifikasi iklim dengan Metode Oldeman memakai unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasinya.
Metode ini menjelaskan bahwa bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm, sedangkan bulan kering adalah curah
hujannya kurang dari 100 mm. Dengan demikian berdasarkan tabel di atas maka sepanjang tahun 1999-2008 tidak terdapat bulan basah, sedangkan bulan kering
terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September. Bulan yang memiliki rata-rata tahunan tertinggi selama 10 tahun ialah Bulan Januari 166,80 mm, Bulan
Desember yaitu 164,50 mm, dan Bulan Maret 162,20 mm. Kemudian dinamika curah hujan selama tahun 1999-2008 cenderung naik, disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19, juga menunjukkan bahwa curah hujan tahunan selama tahun 1999-2008 berfluktuasi berkisar antara 858,0 mm
– 2.287,9 mm. Curah hujan terendah pada tahun 2002 yaitu 858,0 mm, sedangkan tertinggi pada tahun 2008
ialah 2.287,9 mm. Data tersebut menggambarkan bahwa tingginya curah hujan, akan menaikkan aliran air permukaan sehingga potensial menimbulkan erosi
tinggi. Fluktuasi curah hujan tersebut menggambarkan dinamika yang terjadi pada faktor-faktor iklim lainnya.
Gambar 19 Dinamika curah hujan tahunan di kawasan Danau Limboto
4.3.2 Suhu