Daya Dukung dan Pembangunan Berkelanjutan .1 Konsep Daya Dukung

berencana ialah didasarkan atas kebijakan pembangunan yang telah dirumuskan terlebih dahulu dan 3 sistem gabungan antara sistem zonasi dan sistem penggunaan tanah berencana. Perubahan penggunaan lahan hutan di DAS Limboto telah berimplikasi terhadap erosi tanah dan sedimentasi di sungai yang menjadi masukan Danau Limboto Lihawa 2009. Oleh karena itu pengggunaan lahan harus mempertimbangkan aspek kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Kemampaun lahan yaitu kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Sedangkan kesesuaian lahan ialah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu Rayes 2007. Fungsi lahan dalam perspektif Undang-Undang Tata Ruang dibagi dalam dua jenis yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ialah wilayah yang fungsi utamanya untuk dibudidayakan. Sedangkan kawasan lindung ialah wilayah yang fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup. Secara umum terdapat dua faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses alih fungsi lahan yaitu 1 sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat, 2 sistem non kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya lahan Winoto 2005. Beberapa peneliti memiliki pandangan bahwa eksploitasi kawasan lindung dimulai sejak regim orde baru mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan hutan sebagai sumber eksploitasi ekonomi untuk pembangunan. Antara lain peraturan tentang penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan pertambangan. Implikasinya ialah deforestrasi di Indonesia sangat tinggi yaitu 1,8 juta hatahun atau 2 dari luas seluruh hutan Bank Dunia, 2007 dikutip Cronin dan Santoso 2011. Dampak bawaan dari deforestasi dan degradasi lahan ialah banjir serta erosi semakin meningkat. Karena fungsi vegetasi hutan untuk mengurangi erosivitas hujan sehingga laju erosi tidak meningkat, tidak berjalan Resosudarmo dan Colfer 2003. 2.3 Daya Dukung dan Pembangunan Berkelanjutan 2.3.1 Konsep Daya Dukung Menurut Beatley dan Manning 1997 konsep pembangunan berkelanjutan didasari oleh konsep ekologi daya dukung yaitu kemampuan ekosistem memberikan kehidupan layak pada jumlah tertentu dari populasi hewan. Inti dari konsep ini bahwa di alam secara ekologi dan fisik memiliki batasan tertentu yang jika dilampaui akan memberikan efek terhadap populasinya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Khanna et al. 1999 bahwa daya dukung merupakan basis dalam pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Inglis et al. 2000 menjelaskan bahwa konsep dasar daya dukung ialah hubungan antara populasi dengan perubahan sumberdaya alam yang menopangnya. Asumsinya ialah ukuran populasi optimal adalah yang dapat ditopang oleh sumberdaya alamnya. Artinya jika populasi tidak lagi dapat ditopang oleh sumberdaya alamnya atau telah melampaui daya dukungnya, maka akan terjadi penurunan populasi. Scones 1993 membedakan daya dukung dalam dua jenis yaitu; 1 daya dukung ekologis ialah jumlah maksimum hewan-hewan pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena kepadatan dan kerusakan lingkungan permanen; 2 daya dukung ekonomi ialah tingkat produksi skala usaha yang memberikan keuntungan maksimum yang ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Sedangkan Turner 1988 menyatakan daya dukung perairan tawar merupakan jumlah organisme akuatik yang dapat ditampung oleh luasan perairan tertentu tanpa mengalami penurunan mutu dan jumlah. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 mendefinisikan daya dukung ialah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung kelangsungan hidup manusia, mahluk hidup lainnya dan keseimbangan diantara keduanya. Menurut Soemarwoto 1997 daya dukung adalah konsepsi pembangunan yang berorientasi jangka panjang. Terdapat dua faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu biofisik dan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor biofisik mencakup komponen-komponen dan proses ekologisnya. Seperti siklus hidrologi, siklus materi dan aliran energi. Faktor sosial-budaya-ekonomi meliputi aktivitas manusia yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi keberadaan daya dukung, seperti aktivitas sosial dan ekonomi. Artinya pembangunan berkelanjutan memiliki prinsip untuk memperhatikan daya dukung dari lingkungannya. Pengalaman pengelolaan sumberdaya alam yang berlangsung selama ini mengabaikan aspek daya dukung lingkungan. Amanah konstitusi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang memerintahkan pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. Kemudian untuk merevitalisasi implimentasi prinsip daya dukung dalam pembangunan, maka pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup mengeluarkan pedomannya. Selanjutnya disampaikan bahwa konsep daya dukung lingkungan mencakup supportive capacity kapasitas penyediaan dan assimilative capacity kapasitas daya tampung. Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumberdaya alam, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Konsep daya dukung perairan dihubungkan dengan keseimbangan hara disampaikan Mason 1993 bahwa kadar senyawa nitrat di perairan yang dapat ditolerir untuk kepentingan budidaya ikan 50-100 mg.m -3 , untuk kepentingan rekreasi 5 mg.m -3 , dan kebutuhan air minum 2 mg.m -3 . Disamping itu, jika kandungan bahan organik diperairan meningkat, maka kebutuhan terhadap oksigen terlarut semakin tinggi untuk proses dekomposisi. Implikasinya cadangan oksigen terlarut akan mengalami deplesi tajam, sehingga berpeluang terjadinya defisit oksigen. Kondisi defisit oksigen pada akhirnya berdampak terhadap perairan menjadi anaerob. Sisi lain, keberadaan daya dukung danau sangat ditentukan juga oleh lanskapnya. Karena lanskap danau berpeluang besar menjadi sumber unsur hara, sehingga menjadikan danau berada pada status tropik eutrofik. Hal tersebut disampaikan oleh Gower 1999 bahwa perubahan kawasan hutan akan memacu proses pelapukan dan mineralisisi secara alami. Sedangkan Waite 1984 menyatakan bahwa aktivitas pertanian di daerah tangkapan air memberikan sumbangan fosfat dan nitrogen dengan konsentrasi yang tinggi. Mineral tersebut melalui pergerakan air memasuki badan air danau dan mempengaruhi daya dukungnya.

2.3.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan