Topografi Tanah KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Fisik Wilayah

Gambar 14 Danau Limboto dan latar belakang perbukitannya

4.1.2 Topografi

Kelerangan merupakan faktor fisik yang memiliki potensi negatif terhadap pengelolaan danau, jika tidak mempertimbangkan aspek daya dukungnya. Kondisi kelerengan lanskap kawsan Danau Limboto sangat beragam yaitu 1 0 - 8 datar; 2 8 - 15 landai; 3 15 - 25 agak curam; 4 25 - 45 curam; dan 5 45 sangat curam. Kondisi kelerengan kawasan Danau Limboto disajikan pada Gambar 15. Luas kelerengan lahan di DAS Limboto tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 6 Klasifikasi lereng dan luasnya di kawasan Danau Limboto Kelerengan Klasifikasi Ha 0 - 8 Datar 38.577,77 43,22 8 - 15 Landai 3.785,83 4,24 15 - 25 Agak Curam 2.708,68 3,03 25 - 40 Curam 38.200,72 42,80 40 Sangat Curam 5.986.00 6,71 Total 89.259,00 100 Berdasarkan data pada Tabel 6, menunjukkan bahwa klasifikasi kelerengan datar ialah paling luas dan nomor dua adalah klasifikasi curam. Klasifikasi kelerengan secara garis besar yaitu ada dua 1 kelerengan landai luasnya 37.856 ha 43, dan 2 kelerengan curam ialah 37.486 ha 42. Hal itu memberikan tafsiran bahwa lanskap Danau Limboto jika tidak dikelola secara tepat maka akan memberikan tekanan serius terhadap danau. Seperti disampaikan oleh Rahim 2006 bahwa walaupun faktor pembatas suatu lahan secara mayoritas terkategorisasi baik, namun jika lerengnya agak curam maka tidak bisa dilaksanakan kegiatan pertanian sangat intensif dan intensif. Karena aktivitas tersebut potensial mendorong terjadinya erosi secara besar-besaran. Kelerengan menjadi faktor pembatas dalam menentukan kemampuan dan kesesuaian suatu lahan. Menurut SK Menteri Pertanian Nomor:837KptsUm111980 Tentang Kriteria Penetapan Kawasan Lindung, kelerengan lahan yang sangat curam secara otomatis diarahkan sebagai hutan lindung. Gambar 15 Peta Lereng di wilayah DAS Limboto

4.1.3 Tanah

Tanah merupakan tampakan alamiah bentang lahan bersama tampakan alamiah yang lain seperti sungai, rawa, gunung dan hutan. Ada enam faktor yang menentukan keberadaan tanah, yaitu 1 bahan induk tanah, 2 relief, 3 bentuk lahan, 4 iklim, 5 organisme dan 6 waktu, Notohadiprawiro, 2006. Keenam tersebut saling berinteraksi secara kompleks menentukan keberadaan tanah. Tanah merupakan media tumbuh bagi vegetasi. Menurut dokumen RTRW Provinsi Gorontalo 2008 di provinsi ini ditemukan tanah yang diklasifikasikan sebagai Alluvial, Gromusol, Andosol, Latosol, Podsolik dan Litosol. Berdasarkan sifat-sifatnya, jenis tanah tersebut memiliki kemampuan lahan untuk pengembangannya yang variatif dari rendah sampai tinggi. Peta tanah di kawasan Danau Limboto disajikan Gambar 16. Gambar 16 Peta jenis tanah di DAS Limboto Kondisi tanah di kawasan DAS Limboto akan memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap pengelolaan Danau Limboto. Gambar 16 di atas menunjukkan beberapa jenis tanah di Daerah Aliran Sungai DAS Limboto. Luas dan porsentase jenis tanah tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 tersebut memberikan informasi bahwa jenis tanah yang dominan di kawasan daerah tangkapan air Danau Limboto ialah alluvial sebesar 30.651,54 ha 34,34 , disusul jenis tanah dominan kedua adalah podsolik yaitu 30.571,21 ha 34,25 . Sedangkan jenis tanah yang luasannya paling kecil di kawasan ini ialah litosol sebesar 5.266,28 Ha 5,9 . Tabel 7 Kondisi tanah di wilayah DAS Limboto No Jenis Tanah Luas Ha Prosentase 1 Aluvial 30.651,54 34,34 2 Grumusol 6.997,91 7,84 3 Latosol 15.772,07 17,67 4 Litosol 5.266,28 5,9 5 Podsolik 30.571,21 34,25 Total 89.259 100 Menurut SK Menteri Pertanian Nomor:837KptsUm111980 Tentang Kriteria Penetapan Kawasan Lindung, jenis tanah yang sangat peka terhadap erosi adalah Litosol. Sedangkan jenis tanah yang tergolong peka terhadap erosi ialah Podsolik dan Gramusol. Artinya di kawasan ini tanahnya didominasi oleh jenis tanah yang peka sampai sangat peka terhadap erosi. Hal tersebut sesuai dengan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo bahwa erosi di DAS Limboto sangat tinggi Pemerintah Provinsi Gorontalo 2009

4.1.4 Geologi