didukung oleh kelembagaan pemerintahan daerah yang berkapasitas baik sehingga belum menghasilkan kinerja pembangunan sumberdaya alam yang efektif.
2.4.2 Konsep Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, hutan, terumbu karang dan perikanan merupakan sumberdaya bagi eksistensi serta kelangsungan hidup
manusia Ziran 1999. Demikian halnya sumberdaya danau, merupakan sumberdaya yang tidak semata memberikan manfaat ekonomi tetapi juga manfaat
ekologis. Karena sumberdaya alam disamping memiliki nilai ekonomis juga mengandung nilai intrinsik. Arinya sumberdaya alam disamping mengandung
komoditi ekonomi juga memiliki fungsi flows. Pengertian tentang sumberdaya alam sangat beragam ditinjau dari berbagai
sudut pandang. Beberapa pengertian sumberdaya alam diantaranya disajikan secara singkat berikut.
1. Sumberdaya alam ialah sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumberdaya alam merupakan komponen dari ekosistem yang menyediakan
barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia Fauzi 2004. 2. Sumberdaya alam sesuatu yang tersedia teknologi untuk memanfaatkannya
dan ada permintaan pasar Ress 1990 dikutip Fauzi 2004. 3. Sumberdaya alam merupakan alat ekonomi dan daya dukung lingkungan
Kartodihardjo 2004. 4. Sumberdaya alam adalah unsur-unsur fisik dari lingkungan yang dapat
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Lynch 2009 menyatakan bahwa sumberdaya alam dapat diklasifikasikan
dalam dua tipe; 1 renewable yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Contohnya organisme hidup seperti ikan, tanaman, dan kualitas air; dan 2
exhaustible atau nonrenewable yaitu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan mineral. Bandingkan dengan Kartodihardjo
2009 mengklasifikasikan sumberdaya alam berdasarkan karakteristiknya mencakup sebagai stock dan komoditi. Hal yang menarik ialah stock dan komoditi
tersebut berada dalam satu tempat yang disebut ekosistem. Idialnya pemanfaatan sumberdaya dalam aspek ekonomi tidak mengabaikan aspek intrinsiknya.
Menurut Fauzi 2004 terdapat dua pandangan yang umum dalam memahami sumberdaya alam. Pertama, pandangan konservatif atau disebut juga
Malthusian. Pandangan ini menyatakan bahwa sumberdaya alam yang terbatas tidak akan mampu mendukung pertumbuhan penduduk yang tumbuh secara
eksponensial Rogers et al. 2008. Oleh karena itu, terkait dengan hal tersebut dibutuhkan kebijakan yang signifikan untuk mengharmonisasi antara ketersediaan
sumberdaya alam dan kebutuhan manusia. Kedua, pandangan eksploitatif atau Ricardian yaitu sumberdaya alam dipandang sebagai engine of growth.
Implikasinya adalah keterbatasan sumberdaya alam dalam mensuplai kebutuhan ekonomi dapat disubstitusikan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Pandangan
kedua ini dalam operasionalisasi pengelolaan sumberdaya alam bersifat ekstraktif. Dua pandangan yang disampaikan Fauzi tersebut memberikan titik tolak
perbedaan dalam mengartikulasikannya pada tataran operasional. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya alam bersifat kompleks. Disamping itu,
pengertian di atas memberikan arahan tafsiran bahwa pengertian tentang sumberdaya alam sangat luas, karena terkait dengan pandangan subyektif
subyeknya. Kemudian, beberapa pengertian di atas memberikan kesamaan substansi bahwa sumberdaya alam selalu memiliki hubungan dengan kehidupan
manusia. Oleh karena itu sering terjadi perdebatan terkait regim pengelolaan sumberdaya alam, karena menyangkut masalah property rights.
Gibb dan Bromley 1989 diacu dalam Fauzi 2004 menyatakan bahwa hak kepemilikan terhadap sumberdaya alam umumnya terdiri atas; 1 State
property, klaim pemilikan sumberdaya alam di tangan pemerintah; 2 Private property, klaim pemilikan berada pada induvidu atau kelompok orang korporasi;
3 Common property, klaim pemilikan yang diwujudkan dalam pengelolaan bersama.
Ostrom 2000 menjelaskan sumberdaya alam dalam interprestasi barang dan jasa tipologinya mencakup private goods, club goods, common pool goods,
dan public goods. Selanjutnya disampaikan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan atribut tersebut yaitu; pertama, rivalitas ialah apabila barang dan jasa
yang dimanfaatkan akan mengurangi pihak lain untuk memanfaatkan diklasifikasikan sebagai private goods dan common pool goods. Sebaliknya jika
pemanfaatan tersebut dalam jangka pendek tidak mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain dikategorikan club goods dan public goods. Kedua,
ekskludibilitas adalah apabila pengguna barang dan jasa dapat dipisahkan maka disebut private goods dan club goods. Sebaliknya apabila tidak dapat dipisahkan
maka disebut common pool goods dan public goods. Sementara Yustika 2006 mengacu Hanna 2005 mendeskripsikan tipe-tipe rejim hak kepemilikan
berdasarkan pemilik, hak dan kewajiban pada Tabel 2. Tabel 2 Tipe rejim sumberdaya alam berdasarkan pemilik, hak pemilik dan
kewajiban pemilik Tipe
Pemilik Hak Pemilik
Kewajiban Pemilik
Kepemilikan Privat
Induvidu Pemanfaatan
yang dapat diterima secara
sosial; kontrol akses. Mencegah
penggunaan yang tidak
dapat diterima
secara sosial.
Kepemilikan bersama
Kolektif Pengecualian terhadap
nonpemerintah. Merawat,
mengatur tingkat pemanfaatan.
Kepemilikan negara
Warga negara Menentukan aturan Menjaga
tujuan- tujua sosial
Akses terbuka Tida ada
Memanfaatkan Tidak ada
Berdasarkan penjelasan tersebut maka sumberdaya danau dapat digolongkan sebagai common pool goods. Oleh karena itu dalam pengelolaan
sumberdaya danau sering terjadi fenomena open access, sehingga potensial terjadi free rider jika kelembagaan pengelolaannya gagal berfungsi secara efektif.
Rustiadi et al. 2009 meminjam istilah Hardin 1986 pada regim common pool goods akan berpeluang terjadinya overuse pemanfaatan berlebihan, sehingga
menimbukan tragedy of the common. Kondisi tersebut didorong pula oleh dua aspek seperti yang disebutkan Ostrom di atas. Penjelasan selanjutnya menyatakan
bahwa untuk melindungi common pool resources dari overuse menuntut adanya otoritas pengguna atau otoritas eksternal yang mengatur penggunaannya.
2.4.3 Pengelolaan Sumberdaya Danau Terpadu dan Berkelanjutan