mempertimbangkan keseimbangan spatial, 3 pemanfaatan wilayah harus berazaskan keberlanjutan. Penjelasan tersebut memberikan arahan bahwa danau
sebagai ekosistem, pengelolaannya tidak bisa dilepaskan dengan kondisi lingkungannya. Prinsip keterpaduan kawasan hulu-hilir dalam pengelolaan ruang
kawasan danau adalah penting. Disamping itu pengelolaan ruang harus ditopang oleh prinsip daya dukung kawasannya.
2.2 Sumberdaya Lahan
Lahan merupakan sumberdaya penting untuk menopang keberlanjutan kehidupan termasuk eksistensi manusia. Sisi lain, sumberdaya lahan merupakan
sumberdaya langka yang pengelolaannya harus dilakukan secara tepat.
Sumberdaya lahan secara faktual memiliki tiga jenis nilai yaitu 1 Ricardian rent yaitu terkait dengan sifat kualitas lahan, 2 locational rent yaitu lokasi relatif dari
lahan dan 3 enviromental rent ialah sifat lahan sebagai komponen ekosistem
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007. Penjelasan tersebut memberikan arahan bahwa penggunaan lahan harus secara simultan mempertimbangkan tiga dimensi
tersebut.
Rayes 2007 mengutip FAO 1978 menjelaskan bahwa, sumberdaya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, topografi, tanah,
hidrologi dan vegetasi dimana pada batas-batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Menurut Notohadiprawiro 2006, lahan
merupakan kesatuan berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan
ditentukan oleh macam sumberdaya yang mendominasi dan macam serta intensitas interaksi yang berlangsung antar sumberdaya. Hal yang sama
disampaikan Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 yang menyatakan bahwa, lahan adalah suatu lingkungan fisik meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan
vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Beberapa pengertian tentang lahan di atas memberikan penjelasan umum
bahwa lahan merupakan hasil interaksi dari unsur penyusunnya termasuk manusia. Menurut FAO 1950 yang dikutip Rayes 2007, lahan memiliki
banyak fungsi yaitu:
1 Fungsi produksi, sebagai sistem penunjang kehidupan melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, bahan bakar kayu dan
bahan biotik lainnya; 2 Fungsi lingkungan biotik, sebagai basis keragaman daratan yang menyediakan
habiat biologi dan plasma nutfah bagi mahluk hidup; 3 Fungsi pengatur iklim, sebagai sumber dan rosot energi gas rumah kaca;
4 Fungsi hidrologis, sebagai pengatur, penyimpan dan pengaliran air tanah dan air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya;
5 Fungsi penyimpan, sebagai penyimpan berbagai bahan mineral dan bahan- bahan mentah yang dapat dimanfaatkan;
5 Fungsi pengendali sampah, sebagai penyaring, penyangga dan pengubah senyawa-senyawa berbahaya.
Menurut Barlowe 1986 faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan ialah biologis, ekonomi dan kelembagaan. Faktor fisik-biologis mencakup
kualitas, sifat fisik-kimia dan biologis, iklim, hidrologi. Faktor ekonomi mencakup keuntungan, nilai pasar dan transportasi. Sedangkan faktor
kelembagaan mencakup kebijakan dan peraturan pemerintah. Soemarwoto 1997 menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang
pesat dan peningkatan kesejahteraan penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman, pertanian, industri dan rekreasi. Laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi yang berdampak terhadap penggunaan lahan disebut tekanan penduduk. Selanjutnya dijelaskan bahwa tekanan penduduk juga
mengubah fungsi perlindungan hutan terhadap tanah. Implikasinya terjadi erosi yang berdampak negatif seperti, penurunan kesuburan tanah, menurunkan
produksi dan sedimentasi di sungai, danau dan laut. Menurut Lilisand dan Kiefer 2000 penggunaan lahan berhubungan
dengan kegiatan manusia pada sebidang tanah. Sedangkan menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 menyatakan bahwa penggunaan lahan adalah wujud
kegiatan atau usaha memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Selanjutnya disampaikan bahwa di Indonesia berkembang minimal tiga sistem
perencanaan tataguna lahan yaitu 1 sistem zonasi ialah didasarkan atas potensi, status lahan dan penggunaan lahan sekarang, 2 sistem penatagunaan tanah
berencana ialah didasarkan atas kebijakan pembangunan yang telah dirumuskan terlebih dahulu dan 3 sistem gabungan antara sistem zonasi dan sistem
penggunaan tanah berencana. Perubahan penggunaan lahan hutan di DAS Limboto telah berimplikasi
terhadap erosi tanah dan sedimentasi di sungai yang menjadi masukan Danau Limboto Lihawa 2009. Oleh karena itu pengggunaan lahan harus
mempertimbangkan aspek kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Kemampaun lahan yaitu kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat
diusahakan di suatu wilayah. Sedangkan kesesuaian lahan ialah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu Rayes 2007.
Fungsi lahan dalam perspektif Undang-Undang Tata Ruang dibagi dalam dua jenis yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ialah
wilayah yang fungsi utamanya untuk dibudidayakan. Sedangkan kawasan lindung ialah wilayah yang fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan
hidup. Secara umum terdapat dua faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses alih fungsi lahan yaitu 1 sistem kelembagaan yang
dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat, 2 sistem non kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya lahan Winoto 2005.
Beberapa peneliti memiliki pandangan bahwa eksploitasi kawasan lindung dimulai sejak regim orde baru mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan
hutan sebagai sumber eksploitasi ekonomi untuk pembangunan. Antara lain peraturan tentang penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan
pertambangan. Implikasinya ialah deforestrasi di Indonesia sangat tinggi yaitu 1,8 juta hatahun atau 2 dari luas seluruh hutan Bank Dunia, 2007 dikutip Cronin
dan Santoso 2011. Dampak bawaan dari deforestasi dan degradasi lahan ialah banjir serta erosi semakin meningkat. Karena fungsi vegetasi hutan untuk
mengurangi erosivitas hujan sehingga laju erosi tidak meningkat, tidak berjalan Resosudarmo dan Colfer 2003.
2.3 Daya Dukung dan Pembangunan Berkelanjutan 2.3.1 Konsep Daya Dukung