Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

87 3. Pokok-pokok Pikiran Akademis dalam mengatasi masalah sampah : a. Sampah bukan harus dibuang, tetapi harus dikelola b. Pengelolannya perlu memberdayakan masyarakat c. Terbuka peluang usaha d. Pelaksanaan perlu melibatkan pihak : masyarakat, swastamitra kerja, pemerintah. a. Harapan pendudukmasyarakat yang bermukim dekat TPA bahwa sampah semula jadi masalah yang besar, namun bila dikelola dengan baik dapat meningkatkan ekonomi keluarga. 4. Pokok-Pokok Pikiran dalam mengatasi masalah Pengelolaan Sampah di perkotaan : a. Sampah bisa menjadi nilai ekonomi b. Dalam pelaksanaannya fenomena sampah mengundang institusi lokal c. Pemerintahdunia usahamasyarakat harus sinergis menanggulangi sampah dengan pendekatan bisnis. d. Dianjurkan penanggulangan sampah skala komunal terbatas 1 satu RT atau per 100 rumah. e. Peran pendidikan dan sosialisasi dengan Perda secara intensif dan sanksi.

5.2 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

Pengolahan data dari hasil penilaian responden terhadap kuesioner yang berskala Likert tingkat skala pengukuran ordinal agar dapat diolah dengan mempergunakan Analisis Faktor, maka digunakan data berskala minimal interval dengan cara menaikkan skala pengukurannya dari skala ordinal dengan format Likert ke skala interval dengan mempergunakan Metoda Successive Interval. Analisis faktor ini dilakukan pada faktor komunikasi, sumberdaya, disposisi dan birokrasi sebagai variabel laten, dan item-item pertanyaan dalam kuesioner indikator dipergunakan sebagai variabel-variabel manifes-nya. Hasil pengolahan data untuk validasi kesesuaian penggunaan analisis faktor diawali dengan penyusunan matrik data mentah yang diperoleh dari Metode Successive Interval, 88 menyusun matrik korelasi, ekstraksi faktor, pembobotan faktor dan rotasi varimaks yang dilakukan dengan alat bantu Software SPSS Lampiran 9 dan Lampiran 10.

1. Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor dan Kecukupan Data

Hasil pengujian kesesuaian pengolahan data mempergunakan analisis faktor berdasarkan penilaian pegawai PD Kebersihan dan penilaian masyarakat Kota Bandung menunjukkan nilai-nilai yang dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Pengujian Kecukupan Data dalam menggunakan Analisis No Parameter Kecukupan Data Hasil Perhitungan Pegawai Masyarakat 1 Determinan Matrik Korelasi 0,000 0,000 2 KMO 0,879 0,912 3 Bartlett Test Chi Square 1.179,962 4.198,884 4 Signifikans Bartlett Test 0,000 0,000 Sumber: Hasil Pengolahan Data Hasil pengolahan data untuk pengukuran Kaiser-Meyer-Olkin KMO dalam MSA Measure of Sampling Adequacy atau disebut sebagai pengujian kecukupan data, menunjukkan bahwa matriks data yang terbentuk bukan merupakan matriks identitas dilihat dari nilai determinant mendekati nilai 0 nol dan KMO yang didapat adalah 0,879 penilaian pegawai, dan 0,912 penilaian masyarakat. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan analisis faktor dalam penelitian ini adalah mencukupi dengan nilai KMO yang cukup besar, berdasarkan kriteria Kaiser yang lebih besar dari 0,7. Hal ini ditunjukkan pula pada hasil uji Bartlett dengan nilai chi kuadrat yang tinggi sebesar 1.179,962 penilaian pegawai dan 4.198,884 penilaian masyarakat dengan tingkat signifikan hasil perhitungan tersebut lebih kecil dari =0,05 yang memperlihatkan bahwa untuk ukuran kecukupan jumlah sampel yang digunakan yaitu sebesar 73 sampel pegawai dan 300 sampel masyarakat dapat disimpulkan sudah mencukupi.

2. Perhitungan Total Variance Explained

Perhitungan analisis faktor ini dilakukan dengan mengekstraksi variabel- variabel manifes indikator menjadi 4 empat variabel laten faktor yang telah 89 terbentuk sebelumnya, yaitu faktor komunikasi, sumberdaya, disposisi dan birokrasi. Hasil rangkuman perhitungan Total Variance Explained disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27 Hasil Perhitungan Total Variance Explained Parameter Total Variance Explained Hasil Perhitungan Pegawai Masyarakat 1. Qumulative Varians Explained 76,088 71,608 2. Jumlah Faktor Terbentuk 4 4 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 27 merupakan hasil penggekstraksian faktor sebelumnya sehingga diperoleh nilai total variansi yang menunjukkan bahwa keempat faktor dapat menjelaskan 76,088 berdasarkan penilaian pegawai dan 71,608 berdasarkan penilaian masyarakat dari variabilitas ke 19 indikatornya. Angka ini mencerminkan keragaman dalam setiap indikator yang dapat dijelaskan oleh ke-4 faktor yang terbentuk. Jumlah bobot faktor yang lebih dari 50 dianggap reliabel untuk melakukan ekstraksi faktor. Meskipun menurut Dillon 1984 tidak ada pedoman generik yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan bobot faktor minimum yang dapat diterima, karena hal tersebut bersifat judgemental. Semakin besar nilai bobot faktor atau keragaman yang dapat dijelaskan akan semakin baik.

3. Perhitungan Rotated Component Matriks

Hasil rotasi faktor berupa bobot faktor yang ditampilkan pada Tabel 28 yang menunjukkan bahwa secara umum terbentuk 4 empat variabel laten dengan nilai berupa bobot-bobot faktor untuk setiap indikatornya terhadap faktor yang terbentuk. Indikator dengan nilai bobot tinggi untuk suatu faktor yang terbentuk menunjukkan besarnya kedekatan hubungan indikator dengan faktor yang terbentuk. Tabel 28 menampilkan hasil akhir analisis faktor yang merupakan hasil perhitungan Rotated Component Matrix berupa bobot faktor. Indikator yang memiliki bobot faktor lebih besar memiliki pengaruh lebih besar terhadap faktornya. Berdasarkan bobot faktor tersebut, indikator-indikator dapat dikelompokkan menjadi suatu faktor dominan tertentu. 90 Tabel 28 Hasil Akhir Analisis Faktor Variabel Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi Dan Birokrasi Berdasarkan Penilaian Pegawai dan Penilaian Masyarakat VARIABEL Penilaian Pegawai Penilaian Masyarakat F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 Komunikasi 1 0,878 0,879 Komunikasi 2 0,654 Komunikasi 3 0,369 0,857 Komunikasi 4 0,332 0,443 Komunikasi 5 0,335 0,763 Komunikasi 6 Sumberdaya 1 0,489 0,584 Sumberdaya 2 0,549 0,768 Sumberdaya 3 0,622 Disposisi 1 0,653 Disposisi 2 0,890 Disposisi 3 0,777 0,879 Disposisi 4 0,888 Disposisi 5 0,307 0,859 Disposisi 6 0,694 0,803 Birokrasi 1 0,904 Birokrasi 2 0,868 Birokrasi 3 0,918 0,769 Birokrasi 4 0,791 0,798 Sumber: Hasil Justifikasi berdasarkan Pengolahan Data Analisis Faktor Keterangan: F1, F2, dst = Faktor 1 Faktor dominan pertama, Faktor 2 faktor dominan kedua dan seterusnya Komunikasi 1 = Informasi yang diterima mengenai kebijakan Pengelolaan Sampah Komunikasi 2 = Pengetahuan pegawai mengenai masalah Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Komunikasi 3 = Kecepatan pesan yang diterima dalam menginformasikan perkembangan berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah yang ditetapkan oleh pemerintah Komunikasi 4 = Frekwensi penyampaian informasi pemerintah berkaitan dengan perkembangan Pengelolaan Sampah Komunikasi 5 = Ketepatan dan kesesuaian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah yang diterapkan oleh pemerintah Komunikasi 6 = Penyelesaian masalah dengan adanya informasi yang diberikan pemerintah berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah Sumberdaya 1 = Perolehan sumberdaya informasi yang dibutuhkan pelaksanaan berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah Sumberdaya 2 = Kegunaan sarana dan prasarana bantuan pemerintah berupa peralatan 91 Sumberdaya 3 = Sumberdaya manusia atau tenaga pelaksana mengenai kebijakan Pengelolaan Sampah Disposisi 1 = Pemahaman pelaksana petugas kebersihan tentang kebijakan Pengelolaan Sampah Disposisi 2 = Pengetahuan petugas pelaksana sesuai dengan kebutuhan masyarakat berkaitan dengan masalah kebijakan Pengelolaan Sampah Disposisi 3 = Penerapan dalam pelaksanaan tentang Kebijakan Pengelolaan Sampah Disposisi 5 = Sikap aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Disposisi 6 = Sikap aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Birokrasi 1 = Kejelasan pembagian tugas aparat pemerintah dalam hal menjalankan tugas pengelolaan sampah Birokrasi 2 = Tanggungjawab aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Birokrasi 3 = Kejelasan wewenang aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Birokrasi 4 = Kejelasan koordinasi yang dilakukan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Catatan Tabulasi silang antara faktor dominan dengan setiap indikator yang tidak ada angkanya, memiliki nilai bobot faktor yang kurang dari 0,3 dan indikatornya dianggap tidak memiliki konstribusi terhadap faktornya. Bobot faktor berdasarkan penilaian pegawai menunjukkan besarnya kontribusi indikator komunikasi 1 0,878, komunikasi 2 0,654, komunikasi 3 0,369, komunikasi 4 0,332, komunikasi 5 0,335 dan komunikasi 6 0,3 terhadap faktor komunikasi yang termasuk pada urutan faktor keempat. Sedangkan bobot faktor berdasarkan penilaian masyarakat menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator komunikasi 1 0,879, komunikasi 2 0,3, komunikasi 3 0,857, komunikasi 4 0,443, komunikasi 5 0,763 dan komunikasi 6 0,3 terhadap faktor komunikasi yang termasuk pada urutan faktor kedua. Bobot faktor berdasarkan penilaian pegawai menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator sumberdaya 1 0,489, sumberdaya 2 0,549, sumberdaya 3 0,622 terhadap faktor sumberdaya yang termasuk pada urutan faktor ketiga. Sedangkan bobot faktor berdasarkan penilaian masyarakat menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator sumberdaya 1 0,584, 92 sumberdaya 2 0,768, sumberdaya 3 0,3 terhadap faktor sumberdaya yang juga termasuk pada urutan faktor ketiga. Bobot faktor berdasarkan penilaian pegawai menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator-indikator pertanyaan pada indikator disposisi 1 0,653, disposisi 2 0,890, disposisi 3 0,777, disposisi 4 0,3, disposisi 5 0,307, disposisi 6 0,694 terhadap faktor disposisi yang termasuk pada urutan faktor kesatu. Bobot faktor berdasarkan penilaian masyarakat menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator-indikator pertanyaan pada indikator disposisi 1 0,3, disposisi 2 0,3, disposisi 3 0,879, disposisi 4 0,888, disposisi 5 0,859, disposisi 6 0,803 terhadap faktor disposisi yang juga termasuk pada urutan faktor kesatu. Bobot faktor berdasarkan penilaian pegawai menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator-indikator pertanyaan pada indikator birokrasi 1 0,904, birokrasi 2 0,868, birokrasi 3 0,918, dan birokrasi 4 0,791 terhadap faktor biorokrasi yang termasuk pada urutan kedua. Bobot faktor berdasarkan penilaian masyarakat menunjukkan besarnya kontribusi dari indikator-indikator pertanyaan pada indikator birokrasi 1 0,3, birokrasi 2 0,3, birokrasi 3 0,769, dan birokrasi 4 0,798 terhadap faktor birokrasi yang termasuk pada urutan keempat. Tabel 29 memperlihatkan susunan urutan faktor dominan berdasarkan penilaian pegawai dan masyarat. Tabel 29 Susunan Urutan Faktor Dominan FAKTOR Penilaian Pegawai Penilaian Masyarakat Keterangan Komunikasi Faktor Keempat Faktor Kedua Berbeda Sumberdaya Faktor Ketiga Faktor Ketiga Sama Disposisi Faktor Pertama Faktor Pertama Sama Birokrasi Faktor Kedua Faktor Keempat Berbeda Keterangan Faktor Pertama = faktor yang sangat kuat Faktor Kedua = faktor yang kuat Faktor Ketiga = faktor yang lemah Faktor Keempat = faktor yang sangat lemah Hasil susunan urutan faktor dominan pada Tabel 29 memperlihatkan bahwa Faktor Komunikasi berdasarkan penilaian pegawai PD Kebersihan 93 merupakan faktor dominan keempat sedangkan menurut penilaian masyarakat Kota Bandung merupakan faktor dominan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa faktor komunikasi termasuk faktor yang sangat lemah menurut pelaksana kebijakan dan termasuk faktor yang kuat menurut masyarakat, dalam mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Faktor komunikasi ini berkaitan dengan informasi yang diterima, kecepatan pesan yang diterima, frekwensi penyampaian informasi, serta ketepatan dan kesesuaian pelaksanaan kebijakan. Komunikasi yang diterapkan saat ini menghambat pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Sangat lemahnya faktor komunikasi menurut pelaksana kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung ini berkaitan dengan faktor sumberdaya yang termasuk pada faktor yang lemah baik menurut pegawai maupun masyarakat dalam mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Hal ini dikarenakan sumberdaya berkaitan dengan perolehan sumberdaya informasi serta kegunaan sarana dan prasarana bantuan dari pemerintah yang tidak tersalurkan dengan baik kepada masyarakat dalam mendukung pelaksanaan kebijakan persampahan di Kota Bandung. Sehingga lemahnya penerapan faktor sumberdaya berkaitan dengan sangat lemahnya penerapan komunikasi yang dilakukan oleh pegawai yang akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Faktor disposisi menempati urutan pertama baik menurut penilaian pegawai maupun masyarakat, yang memperlihatkan bahwa disposisi merupakan faktor sangat kuat dalam mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung sangat ditentukan oleh penerapan kebijakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah, komitmen pegawai pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan, dan prioritas aparat pemerintah dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah. Sangat kuatnya disposisi yang diterapkan saat ini dalam mencapai keberhasilan 94 pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung sangat ditentukan oleh penerapan kebijakan, komitmen pegawai dan prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah dalam mencapai keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Faktor birokrasi yang termasuk pada faktor yang kuat menurut pegawai, dan dianggap faktor yang sangat lemah menurut masyarakat, memperlihatkan bahwa dalam menjalankan tugas pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah, pegawai melaksanakan tugas berdasarkan birokrasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kota Bandung sesuai dengan aturan yang berlaku, sedangkan masyarakat sebagai target pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah yang menganggap sangat lemah menunjukkan bahwa birokrasi yang diterapkan saat ini menghambat pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bandung.

4. Hasil Analisis Faktor Dominan dalam Pelaksanaan Kebijakan

Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Hasil pembobotan faktor berdasarkan penilaian pegawai dan masyarakat mengacu pada pola pengelompokkan 4 empat faktor sebelumnya yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi dan birokrasi. Hasil Analisis Faktor yang terbentuk setelah rotasi dengan metoda varimax dapat dijabarkan berdasarkan faktor dominan pertama F1 sampai faktor dominan keempat F4, dan terdapat beberapa indikator yang dibuang dari model penelitian. Berdasarkan penilaian pegawai, indikator yang dibuang yaitu komunikasi 6 dan disposisi 4, karena memiliki bobot faktor yang kurang dari 0,3; sedangkan berdasarkan penilaian masyarakat, indikator yang dibuang yaitu komunikasi 2, komunikasi 6, sumberdaya 3, disposisi 1, disposisi 2, birokrasi 1 dan birokrasi 2. Hasil akhir analisis faktor merupakan penggabungan berdasarkan penilaian pegawai dan penilaian masyarakat. Variabel-variabel manifes indikator yang membentuk variabel laten Faktor yang ada berdasarkan penilaian pegawai, berkesesuaian juga berdasarkan penilaian masyarakat. Hasil kesesuaian antara penilaian pegawai dan penilaian masyarakat ditampilkan pada Tabel 30. 95 Tabel 30 Hubungan Antara Variabel Laten dengan Variabel Manifes Berdasarkan Penilaian Pegawai dan Penilaian Masyarakat Faktor Variabel Laten Variabel Manifes Bobot Faktor Keterangan Pegawai Masyarakat 1 Komunikasi Komunikasi 1 0,878 + 0,879 + Informasi yang diterima mengenai kebijakan Pengelolaan Sampah Komunikasi 3 0,369 - 0,857 + Kecepatan pesan yang diterima dalam menginformasikan perkembangan berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah yang ditetapkan oleh pemerintah Komunikasi 4 0,332 - 0,443 - Frekwensi penyampaian informasi pemerintah berkaitan dengan perkembangan Pengelolaan Sampah Komunikasi 5 0,335 - 0,763 + Ketepatan dan kesesuaian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah yang diterapkan oleh pemerintah 2 Sumberdaya Sumberdaya 1 0,489 - 0,584 + Perolehan sumberdaya informasi yang dibutuhkan pelaksanaan berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah Sumberdaya 2 0,549 + 0,768 + Kegunaan sarana dan prasarana bantuan pemerintah berupa peralatan 3 Disposisi Disposisi 3 0,777 + 0,879 + Penerapan dalam pelaksanaan tentang Kebijakan Pengelolaan Sampah Disposisi 5 0,307 - 0,859 + Komitmen aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Disposisi 6 0,694 + 0,803 + Prioritas aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya 4 Birokrasi Birokrasi 3 0,918 + 0,769 + Kejelasan wewenang aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Birokrasi 4 0,791 + 0,798 + Kejelasan koordinasi yang dilakukan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Sumber: Hasil Justifikasi berdasarkan Pengolahan Data Analisis Faktor Keterangan: + = Indikator penting yang perlu ditingkatkan - = Indikator kurang penting 96 Berdasarkan hasil akhir analisis faktor baik penilaian masyarakat Kota Bandung maupun penilaian pegawai PD Kebersihan dapat dijelaskan variabel- variabel manifes indikator sebagai berikut: 1. Variabel Komunikasi. a. Informasi yang diterima mengenai kebijakan Pengelolaan Sampah Komunikasi 1, menurut penilaian pegawai dan masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. Penyampaian informasi mengenai kebijakan pengelolaan sampah kepada pegawai dan masyarakat berkaitan dengan penyampaian informasi rencana strategis dan rencana kerja yang akan dilakukan pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan ini, dapat dilakukan misalnya dengan mensosialisasikan kepada masyarakat menggunakan media yang efektif melalui televisi atau radio. b. Kecepatan pesan yang diterima dalam menginformasikan perkembangan berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah yang ditetapkan oleh pemerintah Komunikasi 3, menurut penilaian pegawai kurang penting, sedangkan menurut penilaian masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. Kecepatan pesan dibutuhkan dalam menginformasikan perkembangan kebijakan, baik kepada pegawai sebagai pelaksana kegiatan maupun kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah. c. Frekwensi penyampaian informasi pemerintah berkaitan dengan perkembangan Pengelolaan Sampah Komunikasi 4, menurut penilaian pegawai maupun masyarakat merupakan indikator kurang penting, karena dianggap sudah dilaksanakan dengan baik sehingga perlu dipertahankan karena berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah. d. Ketepatan dan kesesuaian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah yang diterapkan oleh pemerintah Komunikasi 5, menurut penilaian pegawai merupakan indikator kurang penting, karena pegawai sebagai pelaksana menggap bahwa kebijakan yang ditetapkan merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan sampa, sedangkan menurut penilaian masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu 97 ditingkatkan terutama berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian sasaran dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah. 2. Variabel Sumberdaya. a. Perolehan sumberdaya informasi yang dibutuhkan pelaksanaan berkaitan dengan kebijakan Pengelolaan Sampah Sumberdaya 1, menurut penilaian pegawai merupakan indikator kurang penting, sedangkan menurut penilaian masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. b. Kegunaan sarana dan prasarana bantuan pemerintah berupa peralatan Sumberdaya 2, menurut penilaian pegawai dan masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. 3. Variabel Disposisi. a. Penerapan dalam pelaksanaan tentang Kebijakan Pengelolaan Sampah Disposisi 3, menurut penilaian pegawai dan masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatka. b. Sikap aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Disposisi 5, menurut penilaian pegawai merupakan indikator kurang penting, sedangkan menurut penilaian masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu dipertahankan. c. Sikap aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Disposisi 6, menurut penilaian pegawai dan masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. 4. Variabel Birokrasi. a. Kejelasan wewenang aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Birokrasi 3, menurut penilaian pegawai dan masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. b. Kejelasan koordinasi yang dilakukan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas pengelolaan sampah pada umumnya Birokrasi 4, menurut penilaian pegawai dan masyarakat merupakan indikator penting sehingga perlu ditingkatkan. 98 Secara operasional, pengelolaan sampah meliputi pelaksanaan kegiatan pewadahan, pengumpulan, penyapuan jalan, pemindahan dan pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangan akhir. Meskipun demikian, ruang lingkup dalam pengelolaan sampah tidak hanya meliputi pelaksanaan kegiatan operasional, namun meliputi juga berbagai aspek seperti pembiayaan, kelembagaan, peratuan hukum, serta aspek peran serta masyarakat. Keterkaitan setiap aspek dalam pengelolaan sampah pada masing-masing dimensi strategis pengelolaan kebersihan tersebut dapat dijelaskan lebih detil: 1. Aspek sumberdaya dalam hal pembiayaan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung meliputi: a. Anggaran biaya perusahaan Anggaran biaya perusahaan diperuntukkan guna membiayai berbagai kebutuhan penyelenggaraan pelayanan seperti belanja pegawai, belanja BBM, olie dan ban kendaraan, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya administrasi dan biaya umum, serta biaya investasi. b. Anggaran pendapatan perusahaan. Guna membiayai belanja perusahaan sebagaimana disebut diatas, perusahaan memperoleh pendapatan dari hasil pelayanan jasa kebersihan. Pendapatan ini terdiri dari 2 dua macam, yakni: hasil penagihan jasa pelayanan kebersihan umum kebersihan jalan yang berasal dari pembayaran Pemerintah Kota Bandung; serta hasil penagihan jasa pelayanan kebersihan masyarakat baik dari pelanggan rumah tinggal, komersial dan non komersial serta dari pedagang di pasar. 2. Aspek Birokrasi dalam hal kelembagaan pengelolaan sampah meliputi: a. Tugas tanggungjawab dan wewenang yang dimiliki oleh PD Kebersihan dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah kota. b. Tugas tanggungjawab dan wewenang dari lembaga dan masyarakat dalam berperanserta mengelola sampah kota Stakeholder di luar PD Kebersihan. c. Lembaga lain di luar Pemerintah Kota Bandung yang ikut berpengaruh dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, misalnya Pemerintah Kota 99 Cimahi dan Kabupaten Bandung terkait dengan pengelolaan TPA Leuwigajah dan TPA Jelekong. d. Lembaga lain yang ikut terlibat dalam rangkaian Manajemen persampahan baik pada fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 3. Aspek komunikasi dalam mendorong partisipasi masyarakat, pada seluruh tingkatan masyarakat dan aparat pemerintah yang berada di wilayah kota Bandung merupakan pengguna dan yang ikut menikmati penyelenggaraan pengelolaan sampah kota. Oleh karenanya semua pihak diperlukan keterlibatannya untuk berperan serta baik secara aktif maupun pasif dalam pengelolaan sampah. Tanpa adanya keterlibatan masyarakat maka tidak akan berhasil mewujudkan kebersihan kota, dan kalaupun dapat mewujudkan hal itu membutuhkan sumberdaya yang sangat mahal. Peran serta mereka dapat diaktualisasikan baik dalam peran dan fungsi perencanaan, pelaksanaan maupun dalam fungsi pengawasan. 4. Aspek disposisi berupa Peraturan dalam pengelolaan sampah baik di Kota Bandung maupun di kota-kota lainnya, pada intinya mengatur tentang:1 Kelembagaan, yaitu menetapkan pembentukan lembaga pengelola sampah kota menyangkut tugas, tanggungjawab, wewenang dan struktur organisasi. 2 Tatacara penyelenggaraan pengelolaan sampah, mengatur tentang ketentuan pengelolaan sampah kota, kewajiban bagi pemerintah dan masyarakat serta larangan terhadap pelanggaran ketentuan. 3 Pembiayaan pengelolaan sampah, mengatur sumber biaya pengelolaan terutama penetapan tarif jasa pelayanan kebersihanpengelolaan sampah. Sudah saatnya sistem pengelolaan sampah Kota Bandung dikritisi kembali. Selama ini alur pengangkutan sampah yang terjadi adalah: sumber sampah – TPS – TPA, tanpa pemilahan sampah ketika di sumber sampah maupun di TPS. Dengan demikian membuat volume sampah di TPA menggunung dan sulit untuk diolah. Di samping itu, seluruh proses pengangkutan, mulai dari 100 sumber sampai akhirnya tiba di TPA ditangani oleh PD Kebersihan. Peran masyarakat sangat kecil dalam ikut mengelola sampah. Maksimal yang dapat dilakukan masyarakat adalah membawa sampah sampai di TPS. Biaya yang diperlukan untuk menangani sampah dibandingkan dengan pemasukan dari retribusi, selama diurus oleh PD Kebersihan Kota Bandung, belum memberikan tambahan pemasukan berarti bagi Pemerintah Daerah Kota Bandung. Sistem pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan sampah perlu dimodifikasi dari sistem pengelolaan konvensional yang selama ini dilakukan oleh PD Kebersihan Gambar 8. Perbedaan yang mendasar dari sistem modifikasi ini dengan adanya pembagian peran dan wewenang yang jelas antara masyarakat dengan pemerintah. Wewenang dan peran masyarakat adalah mengelola dari sumber hingga TPS plus, sedangkan pemerintah hanya mengelola TPA, dengan sumber sampah yang diangkut dari TPS. Sumber: Kertas Posisi Yayasan Wisnu No. 01IV2001 Gambar 8 Sistem Pengelolaan Konvensional yang dilakukan oleh PD Kebersihan

5.3 Prioritas dan Strategi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah di