47
3.6 Metode Analisis Data 1. Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian
Pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan berdasarkan penilaian persepsi pegawai PD Kebersihan dan Masyarakat Kota Bandung melalui 5 lima
pilihan jawaban yang memiliki skor 1 sampai 5. Hasil penilaian berdasarkan persepsi responden penelitian ini kemudian diolah untuk memperoleh prosentase
berdasarkan pilihan jawaban, sehingga diperoleh prosentase terbanyak yang dijadikan acuan dalam menetapkan hasil pengukuran terhadap variabel penelitian.
2. Factor Analysis
Pada tahap analisis, data diolah dan diproses menjadi kelompok- kelompok, diklasifikasikan, dikategorikan dan dimanfaatkan untuk memperoleh
kebenaran sebagai jawaban dari masalah dalam hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan ini bermaksud untuk mengungkapkan
faktor utama yang merupakan variabel penyebab atau independent variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah
dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Bandung. Dalam statistika, metode analisis yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah
analisis faktor berkaitan dengan komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi yang merupakan faktor penentu kebijakan berdasarkan teori Edward III
1980 yang diterapkan pada pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah. Prinsip kerja analisis faktor digunakan dalam pengolahan data penelitian
yang bertujuan untuk mengelompokkan dan mereduksi suatu varibel penelitian. Hasil analisis faktor yang berbentuk kelompok faktor berdasarkan variabel
penelitian yang lebih sederhana dengan informasi yang lebih baik yang diberikan oleh variabel penelitian. Analisis faktor adalah model matematik yang berfungsi
menjelaskan hubungan antara kumpulan besar variabel menjadi bentuk kumpulan yang kecil berdasarkan faktor-faktor yang terbentuk. Gambar 2 menjelaskan
prinsip kerja analisis faktor.
48
Solusi Empat Faktor
Gambar 2 Ilustrasi Solusi Empat Faktor Hasil Reduksi, Pengelompokkan dan Pengurutan Sumber: Hasil Kajian Kesesuaian dengan
Penelitian yang Dilakukan modifikasi Dillon, 1984
49
Keterangan: X1
= Komunikasi
X1.1 = Kejelasan Penerimaan Informasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
X1.2 = Pengetahuan Melaksanakan Tugas dalam Kebijakan Pengelolaan Sampah
X1.3 = Kecepatan Menerima Informasi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah
X1.4 = Frekuensi Penerimaan Informasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
X1.5 = Kesesuaian Pelaksanaan dengan Pedoman Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan
Sampah X1.6
= Kecepatan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah
X2 = Sumberdaya
X2.1 = Kemudahan Perolehan Informasi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah
X2.2 = Ketersediaan Peralatan Pendukung Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan
Sampah X2.3
= Kemampuan Sumberdaya Pengelola Persampahan
X3 = Disposisi atau Sikap Pelaksana Pengelola Persampahan
X3.1 = Pemahaman Pengelola dalam Kebijakan Pengelolaan Sampah
X3.2 = Pengetahuan Pengelola dalam Pekerjaannya
X3.3 = Penerapan Pengelola dalam Melaksanakan Kebijakan Pengelolaan Sampah
X3.4 = Kesopanan dan Kejujuran Pengelola Persampahan
X3.5 = Komitmen Pengelola Persampahan dalam Menjalankan Tugas
X3.6 = Prioritas Keberhasilan Kebijakan Pengelolaan Sampah
X4 = Struktur Birokrasi Pengelolaan Persampahan
X4.1 = Kejelasan Pembagian Tugas Pengelolaan
X4.2 = Tanggung Jawab Pelaksana Persampahan
X4.3 = Kejelasan Wewenang Pelaksana Persampahan
X4.4 = Kejelasan Koordinasi Pelaksana Persampahan
Analisis Faktor digunakan dengan melakukan validasi. Metoda ini berguna untuk menghitung keterkaitan korelasi antar variabel-variabel penyebab yang
membentuk variabel akibatnya. Variabel yang akan digunakan adalah variabel yang mempunyainilai lebih
besar dari 0,3. Besarnya angka 0,3 tersebut di dasarkan kepada pendapat dillon dan goldstein 1984 yang menyatakan bahwa variabel yang mempunyai nilai 0,3
dapat digunakan sebagai variabel bermakna.
3. Analisis AHP dan SWOT AWOT
Analisis ini merupakan perpaduan antara Analitic Hierarchy Process AHP dan SWOT Strength, Weakness, Oportunity, and Threat. Analisis SWOT
menjadi suatu alat kekuatan untuk mencari dan menemukenali potensi dalam kebijakan pengelolaan sampah sebagai kekuatan yang dimiliki. Hasil analisis ini
50
dapat dijadikan sebagai landasan strategi untuk mencapai keberlangsungan pembangunan terutama dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung dengan
menggambarkan pengaruh, tindakan yang diperlukan, untuk mencapai keluaran yang diinginkan Moughtin,1990. Tujuan akhir dari analisa ini adalah untuk
memilih strategi yang efektif untuk memaksimalkan keunggulan kekuatanpotensi dan memanfaatkan peluang serta pada saat yang sama meminimalkan pengaruh
kelemahan dan ancaman yang dihadapi Diklat Manajemen Perkotaan, 1999. Analisis SWOT tidak mungkin dicapai tanpa adanya pengetahuan
mengenai sejarah wilayah studi dan pengetahuan faktor baik eksternal maupun internal yang ada di perkotaan Moughtin, 1999. Analisis SWOT di sini akan
mengidentifikasikan faktor internal wilayah sebagai kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman, matriks SWOT sebagai rangkuman
dari faktor eksternal dan internal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Matriks SWOT sebagai rangkuman dari faktor internal dan eksternal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dimana analisis ini
memungkinkan untuk diformulasikan dan dirumuskan suatu strategi yang sesuai dengan visi dan misi dari kebijakan pengelolaan sampah yang ditetapkan.
Kerangka Analisis SWOT ditampilkan pada Tabel 3. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk membantu
perumusan strategi. Cara yang paling lazim adalah memanfaatkannya sebagai kerangka acuan logis yang dijadikan pedoman pembahasan sistematik tentang
situasi dan kondisi pengelolaan sampah serta alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan dalam pengelolaan sampah perkotaan. Analisis SWOT
yang sistematik dapat dilakukan untuk semua aspek situasi dalam pengelolaan sampah. Sebagai hasil analisis ini memberikan kerangka yang dinamik serta
bermanfaat untuk analisis strategik. Dalam proses pengambilan keputusan publik, seringkali sumber kerumitan
masalah keputusan bukan hanya pada ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap
pilihan-pilihan yang ada serta beragamnya kriteria pemilihan tersebut Saaty dan
51
Vargas, 1994. Dengan adanya berbagai alternatif pemilihan keputusan tersebut, masalah mendasar pengambilan keputusan publik adalah bagaimana menentukan
bobot penilaian untuk suatu kriteria yang digunakan menurut kepentingan tertentu.
Tabel 3 Kerangka Analisis SWOT
Strengths Kekuatan Weakness Kelemahan
Kekuatan diukur berdasarkan situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang
memungkinkan PD Kebersihan Kota Bandung memenuhi keuntungan stratejik dalam mencapai
visi dan misi. Kekuatan dalam pelaksanaan kebijakan
pengelolaan
sampah ini berupa
keberadaan sumberdaya, keunggulan pelaksana, dukungan lingkungan, karakteristik kawasan dan
letak geografis. Kekuatan ini merupakan
kompetensi khusus yang memberikan keunggulan dalam melaksanakan kebijakan
pengelolaan
sampah. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya keuangan, citra,
sarana dan prasarana yang tersedia serta faktor- faktor lainnya
Kelemahan diukur berdasarkan situasi dan faktor- faktor dalam PD Kebersihan Kota Bandung yang
bersifat negatif, yang menghambat PD Kebersihan mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi
dan misi. Kekuatan dalam pelaksanaan kebijakan
pengelolaan
sampah berupa keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, daya dukung dan
kapabilitas yang menghambat kualitas lingkungan yang meliputi fasilitas sumberdaya keuangan,
sarana dan prasarana, kemampuan sumberdaya manusia dan budaya yang dapat menghambat
pelaksanaan kebijakan
pengelolaan
sampah
Opportunities Peluang Threat Ancaman
Peluang diukur berdasarkan situasi dan faktor- faktor luar PD Kebersihan Kota Bandung yang
bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian
visi dan misi organisasi. Peluang dalam kebijakan
pengelolaan
sampah berupa situasi penting yang menguntungkan dalam melaksanakan kebijakan.
Kecenderungan penting merupakan salah satu identifikasi perubahan kualitas lingkungan,
peraturan serta kebutuhan masyarakat dan swasta yang dapat memberikan peluang bagi
pelaksanaan kebijakan Ancaman diukur berdasarkan faktor-faktor luar
organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan PD Kebersihan Kota Bandung
gagal mencapai visi dan misinya. Ancaman dalam kebijakan
pengelolaan
sampah berupa situasi yang tidak menguntungkan dalam pelaksanaan
kebijakan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi pelaksanaan kebijakan saat ini atau
tidak diinginkan dalam melaksanakan kebijakan. Perubahan kualitas lingkungan, perkembangan
teknologi, peraturan baru dapat menjadi ancaman bagi
pengelolaan
sampah.
Sumber: Hasil Kajian Peneliti Pengambilan keputusan penetapan prioritas kriteria, model Analytic
Hierarchy Process AHP merupakan model kuantitatif yang cocok untuk diterapkan dalam rangka pengambilan keputusan penetapan prioritas kriteria
dalam rangka pengambilan keputusan penentuan prioritas dalam pengelolaan
52
sampah di Kota Bandung. Metode ini merupakan metode perencanaan yang luwes dan memungkinkan adanya pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan
pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena AHP mengandalkan pada intuisi pada input utamanya. Intuisi
tersebut harus datang dari pengambil keputusan yang cukup informasi yang memahami masalah yang sedang dihadapi dan akan diambil keputusan.
Ada beberapa Variabel yang ditetapkan untuk diterapkan dengan menggunakan metode AHP, yakni:
1. Faktor utamaMain Isue Level 1:
Agar tercapai goal yang dituju, ada isue utama yang diperhatikan, yakni keterkaitan kriteria terhadap faktor utama, dapat digambarkan sebagai suatu
proses hubungan kausal, yang memberikan pengaruh menguntungkan dan merugikan terhadap key isue.
2. Kriteria Level 2:
Dari faktor-faktor yang berpengaruh di atas ada berbagai kriteria, agar dapat memaksimalkan pengelolaan sampah yang dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan pengendalian sampah. 3.
Alternatif Level 3: Alternatif ini merupakan kriteria yang mengacu kepada pendekatan faktor
penting dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah berupa pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Bandung
Penggunaan Model AHP dan SWOT dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 3 di halaman berikut.
53
Gambar 3 Model Hirarki AHP dan SWOT
Keterangan: Red
= Reduce Mengurangi Sumber. Reu
= Reuse Memanfaatkan Kembali Rec
= Recycle Mengolah Kembali Emp = Empower
Memberdayakan
K = Komunikasi
S = Sumberdaya
D = Disposisi
B = Birokrasi
Kebijakan Persampahan
Strengths Weaknesses
Opportunities Threats
Red Reu
Rec Emp
Red Reu
Rec Emp
Emp Rec
Reu Red
Red Reu
Rec Emp
K S
D B
K S
D B
K K
S S
D D
B B
K K
S S
D D
B B
K K
S S
D D
B B
K K
K K
S S
S S
D D
D B
B B
D B
K K
K K
S S
S S
D D
D D
B B
B B
54
IV. GAMBARAN UMUM KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG