Sampah di Kota Bandung

57 dan jasa masyarakat Kota Bandung. Peningkatan PDRB ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat produksi sampah di Kota Bandung.

4.2 Sampah di Kota Bandung

Volume sampah yang dihasilkan di Kota Bandung berasal dari kegiatan rumah tangga domestik dan berasal dari kegiatan fasilitas sosial, perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya non domestik. Dengan menggunakan standar produksi sampah sebesar 2,5 literoranghari, produksi sampah di Kota Bandung pada tahun 2008 sebesar 7.152 m 3 hari dan pada tahun 2013 sebesar 7.362 m 3 hari. Diasumsikan cakupan pelayanan pada tahun 2008 sebesar 80 dan pada tahun 2013 sebesar 90, maka timbulan sampah yang harus ditangani adalah sebesar 5.206 m 3 hari dan 6.626 m 3 hari. Sementara itu kapasitas TPA yang ada sebesar 3.837.899 m 3 Volume sampah yang dihasilkan dari tahun 2008 hingga 2013 dengan mengasumsikan tetap, yaitu sebesar 2,4 juta m PD Kebersihan Kota Bandung, 2009. 3 tahun, dan jumlah sampah yang dihasilkan dapat direduksi hingga 70 dengan menggunakan teknik-teknik pemadatan, pengomposan, dan daur ulang, maka volume sampah yang tersisa di TPA dari tahun 2008 hingga 2013 adalah sebesar 3,6 juta m 3 . Angka 3,6 juta m 3 ini sudah hampir mendekati kapasitas TPA yang ada, yaitu sebesar lebih kurang 3,8 juta m 3 Hal yang sama juga berlaku untuk TPS. Pada saat ini terdapat 202 TPS dan 279 kontainer dengan volume 10 m . Analisis ini belum mempertimbangkan volume sampah yang dihasilkan sejak TPA dibuka hingga tahun 2008. Apabila volume sampah tersebut dipertimbangkan, ada kemungkinan bahwa untuk sepuluh tahun mendatang TPA yang ada sudah tidak lagi dapat menampung sampah yang dihasilkan Satriyo, 2008. 3 dan 6 m 3 . Apabila diasumsikan bahwa semua kontainer yang digunakan di TPS adalah container dengan volume 10 m 3 , maka TPS yang ada pada saat ini mempunyai kapasitas 2.790 m 3 . Pada tahun 2008 diperlukan tambahan kapasitas sebesar 2.416 m 3 atau sama dengan 242 kontainer 10 m 3 , dan pada tahun 2013 diperlukan tambahan kapasitas sebesar 1.420 m 3 dari tahun 2008 atau 142 kontainer 10 m 3 yang dapat disebarkan pada 58 lokasi TPS yang ada atau TPS-TPS baru Satriyo, 2008. Volume timbulan sampah di Kota Bandung dari Tahun 2001 sampai Tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Timbulan Sampah di Kota Bandung No Tahun Volume m 3 Trend 1 2001 887.990 - 2 2002 911.900 2,69 3 2003 1.053.957 15,58 4 2004 1.165.652 10,60 5 2005 2.737.712 134,87 6 2006 1.345.612 -50,85 7 2007 1.396.701 3,80 8 2008 1.457.748 4,37 Rata-Rata 1.369.659 17,29 Sumber: PD Kebersihan Kota Bandung, 2009 Pada Tabel 4 terlihat bahwa pada Tahun 2005 merupakan Tahun yang paling besar terjadi timbulan sampah. Hal ini disebabkan pada Tahun 2005 terjadinya bencana longsor di TPA Leuwigajah, sehingga timbulan sampah tidak dapat lagi dialokasikan di TPA ini. Sejak 21 Februari 2005 Sumber: Pikiran Rakyat - 22 Februari 2007 kawasan seluas 23,6 hektare ini digunakan untuk menampung sampah hingga volumenya mencapai tak kurang dari 1,62 juta meter kubik. Sistem pengelolaan sampah di TPA Leuwigajah masih menggunakan teknologi open dumping, yakni dengan hanya menumpuk sampah-sampah di tempat terbuka. Selain itu, TPA ini juga tidak memiliki saluran khusus air sampah lindi. Gambar 5 memperlihatkan sistem operasional pelayanan kebersihan yang diterapkan di Kota Bandung, sedangkan perkiraan produksi sampah domestik di Kota Bandung pada Tahun 2013 serta perbandingannya dengan Tahun 2008 disajikan pada Tabel 5. 59 Sumber: PD Kebersihan Kota Bandung, Tahun 2008 Gambar 5 Sistem Operasional Pelayanan Kebersihan 60 Tabel 5 Perkiraan Produksi Sampah Domestik Di Kota Bandung Tahun 2008 dan 2013 No. Kecamatan 2008 2013 m 3 m hari 3 hari Wilayah Bojongloa 1 Kec. Andir 308,8 345,4 2 Kec. Sukasari 210,1 237,7 3 Kec. Cicendo 296,7 335,7 4 Kec. Sukajadi 278,1 314,6 Wilayah Cibeunying 5 Kec. Cicadas 149,5 169,1 6 Kec. Coblong 337,8 382,2 7 Kec. Bandung Wetan 191,7 218,2 8 Kec. Cibeunying Kidul 316,8 358,3 9 Kec. Cibeunying Kaler 189,2 214,1 10 Kec. Sumur Bandung 136,7 154,6 Wilayah Tegalega 11 Kec. Astana Anyar 243,3 275,3 12 Kec. Bojongloa Kidul 203,8 252,8 13 Kec. Bojongloa Kaler 295,1 355,6 14 Kec. Babakan Ciparay 295,1 331,6 15 Kec. Bandung Kulon 329,1 372,3 Wilayah Karees 16 Kec. Regol 242,3 274,3 17 Kec. Lengkong 242,7 274,6 18 Kec. Batununggal 358,4 405,3 19 Kec. Kiaracondong 361,4 408,8 Wilayah Ujungberung 20 Kec. Cicadas 298,2 337,4 21 Kec. Arcamanik 242,9 274,8 22 Kec. Ujungberung 207,3 234,6 23 Kec. Cibiru 203,2 232,2 Wilayah Gedebage 24 Kec. Bandung Kidul 119,1 134,7 25 Kec. Margacinta 256,4 290,2 26 Kec. Rancasari 179,6 203,2 Kota Bandung 6.495,5 7.349,0 Data: Data BPLH Kota Bandung, Juli 2008. Pada awal Tahun 2005, Kota Bandung dihadapkan pada persoalan tidak tersedianya TPA karena beberapa lokasi yang akan dipakai ditolak oleh masyarakat. Hal ini disebabkan: 61 1. Penolakan masyarakat di sekitar wilayah yang akan dipakai TPA disebabkan mereka melihat pengalaman dalam cara pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan. Kejadian longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, yang memakan korban puluhan orang menjadi pengalaman traumatis masyarakat. 2. Masyarakat menolak karena permukiman berdekatan dengan TPA akan menimbulkan bau. 3. Masyarakat menolak karena lahan pertanian yang letaknya dekat dengan daerah yang dipakai TPA dianggap tercemar polusi dari sampah sehingga merusak produktivitas tanah dan hasil produksi pertanian akan rusak. 4. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi TPA menolak karena nilai ekonomi tanah dan permukiman akan turun. Orang enggan bermukim dan berusaha di sekitar lokasi, ditambah dengan pertimbangan kesehatan dan estetika.

4.3 Tingkat Kualitas Lingkungan Hidup Kota Bandung