Disposisi atau Sikap Pelaksana Kebijakan

28 kebijakan yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan Edward III, 1980 terdiri dari: 1. Kemudahan Perolehan Informasi Pelaksanaan Kebijakan 2. Ketersediaan Peralatan Pendukung Pelaksanaan Kebijakan 3. Kemampuan Sumberdaya Pengelola

2.2.3 Disposisi atau Sikap Pelaksana Kebijakan

Berkaitan dengan disposisisikap pelaksana, Edward III 1980 mengatakan bahwa disposisisikap pelaksana memiliki kegunaan di kalangan pelaksana untuk menerapkan kebijakan, jika penerapan kebijakan dilakukan secara efektif. Pelaksana bukan harus tahu apa yang harus mereka kerjakan tetapi harus memiliki kemampuan untuk menerapkan kebijakan itu. Disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap program atau kebijakan, khususnya para pelaksana yang menjadi impelementator dari program yang dalam hal ini terutama adalah aparatur birokrasi. Keberadaan aparat pelaksana memiliki peranan yang besar dalam menentukkan keberhasilan suatu kebijakan dalam pelaksanaannya. Keberadaan aparat pelaksana dalam suatu organisasi pelaksana kebijakan, Wahab 2000 mengatakan bahwa ada tiga kelompok yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan, yaitu 1 Pemrakarsa kebijakan atau the center, 2 Pelaksana di lapangan atau the periphery, dan 3 Aktor perorangan di luar badan pemerintah atau kelompok sasaran. Hasil kajian terhadap artikel Resosudarmo 2000, menunjukan bahwa tantangan yang dihadapi aparat pelaksana dalam menerapkan suatu kebijakan pengelolaan sampah adalah 1 merangsang digunakannya berbagai teknologi bersih lingkungan, 2 membantu agar biaya yang dikeluarkan dalam mengadopsi teknologi untuk mengurangi jumlah pencemaran sampah dapat ditekan serendah mungkin, 3 menjaga agar sektor produksi yang terkena peraturan pencemaran sampah tidak perlu mengurangi aktivitas produksinya dan 4 mengontrol dengan ketat hingga setiap individu maupun institusi agar mematuhi peraturan untuk mengurangi jumlah pencemaran sampah yang dilepaskan ke lingkungan. Dengan demikian, pelaksanaan kebijakan dapat memperbaiki lingkungan. 29 Hasil Kajian terhadap artikel Tiwow, Widjajanto, Darjamuni, Hartman, Mahajoeno, Irwansyah dan Nurhasanah 2003, menunjukkan bahwa pendekatan yang paling tepat untuk masa mendatang dalam penanganan sampah melalui sistem pengelolaan sampah terpadu yang dapat merubah paradigma dari cost center menjadi profit center dengan cara memaksimalkan peran serta masyarakat dan pemanfaatan sampah menjadi bahan yang mempuyai nilai. Hasil kajian terhadap artikel Wibowo dan Djajawinata 2007, menunjukan bahwa aparat pelaksana perlu untuk menggalakkan program yang dapat mencapai program zero waste pada masa mendatang, yaitu: 1. Mengurangi sampah Reduce 2. Menggunakan kembali sampah Reuse 3. Mendaurulang sampah Recycle Menurut Wahab 2000, suatu kebijakan merupakan produk dari pemrakarsa atau pemerintah yang bertujuan untuk melayani masyarakat. Kebijakan yang telah diformulasi akan dilksanakan agar dapat dirasakan masyarakat manfaatnya. Kegiatan dan program adalah bentuk nyata dari kebijakan dilapangan yang dapat diwujudkan dalam pelaksanaannya. Bila program ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya maka kemungkinan akan dilakukan upaya penyesuaian terhadap kegiatan dan program yang telah ada. Pelaksanaan kebijakan membutuhkan dukungan aparat pelaksana di lapangan sehingga dapat mencapai sasaran atau tujuan dengan optimal. Aparat pelaksana di lapangan mengetahui secara mendalam bagaimana suatu kebijakan itu dapat dilaksanakan dengan efektif, karena mereka lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dari masyarakat. Pemahaman situasi dan kondisi masyarakat membuat aparat pelaksana menjadi diperhitungkan dalam melaksanakan suatu kebijakan. Kelompok sasaran atau target group mengartikan pelaksanaan kebijakan sebagai jaminan untuk menerima dan menikmati hasil atau keuntungan dari kebijakan. Hasil yang dinikmati masyarakat atau kelompok sasaran akan menunjukkan sejauh mana keberhasilan yang dicapai dari pelaksanaan suatu 30 kebijakan. Keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan memerlukan penilaian dan evaluasi dari berbagai kelompok agar dengan demikian dapat memperbaiki prestasi kebijakan yang telah dicapai sebelumnya. Penilaian dan evaluasi menjadi tuntutan dari kelompok sasaran apabila kebijakan itu tidak menyentuh kebutuhan dan aspirasi masyarakat secara keseluruhan. Sekalipun demikian, kelompok sasaran itu kemungkinan akan lebih memusatkan perhatian pada permasalahan apakah pelayanan yang telah diberikan tersebut benar-benar mengubah pola hidupnya, benar-benar memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi peningkatan mutu hidup termasuk pendapatan mereka. Pemahaman konsep pelaksanaan kebijakan dari pemrakarsa atau pembuat, pelaksana lapangan dan target group di atas akan mampu menjamin tercapainya tujuan kebijakan secara optimal dan memuaskan berbagai pihak stakeholders yang terkati langsung dan tidak langsung dengan tujuan dan sasaran implementai kebijakan itu. Dengan demikian, proses pelaksanaan kebijakan sesungguhnya tidak menyangkut perilaku badan-badan adminstratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran tetapi juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang akhirnya berpengaruh terhadapa dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Indikator-indikator berhubungan dengan disposisi atau sikap pelaksana dalam kebijakan yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan Edward III, 1980 terdiri dari: 1. Pemahaman Pengelola dalam Kebijakan 2. Pengetahuan Pengelola dalam Pekerjaannya 3. Penerapan Pengelola dalam Melaksanakan Kebijakan 4. Kesopanan dan Kejujuran Pengelola 5. Komitmen Pengelola dalam Menjalankan Tugas 6. Prioritas Keberhasilan Kebijakan 31

2.2.4 Struktur Birokrasi dalam Pelaksanaan Kebijakan