22
pengelolaan sampah pasar. Selain itu hasil penelitian Jumiono et al. 2000 menunjukkan prospek yang besar dalam pendirian industri vermikompos
berbahan baku sampah kota yang memfokuskan kepada analisis finansial industri vermikompos yang berbahan baku sampah kota. Hal ini didukung pula oleh hasil
penelitian Suhartiningsih et al. 1998 yang melakukan penelitian tentang sistem penunjang keputusan investasi usaha daur ulang sampah kota untuk produksi
kompos, dan hasil penelitian Syamsuddin et al. 1985 yang menilai keberhasilan sistem pengelolaan sampah rumah tangga di Ujung Pandang berdasarkan
partisipasi masyarakat, persepsi masyarakat, pengelolaan sampah oleh pemerintah kota, dan peraturan perundang-undangan.
Konsep pelaksanaan kebijakan meliputi pengorganisasian, penafsiran dan penerapan dalam pengelolaan sampah di perkotaan, penelitian ini difokuskan pada
pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah pada aspek kelembagaan pengelolaan sampah yang menjadi tanggungjawab PD Kebersihan Kota Bandung, sehingga
teori pelaksanaan kebijakan yang berkesesuaian dengan penelitian ini adalah teori Edward III 1980 dengan mengacu pada faktor-fator kritis pelaksanaan kebijakan
yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisisikap, dan birokrasi.
2.2.1 Komunikasi dalam Pelaksanaan Kebijakan
Manusia membutuhkan komunikasi dengan sesamanya dalam kehidupan sosialnya. Pada umumnya dalam berkomunikasi terdapat orang yang
menyampaikan pesan komunikator, orang yang menerima pesan komunikan dan pesan yang disampaikan. Proses komunikasi antara komunikator dengan
komunikan akan berjalan dengan baik bila pesan yang disampaikan singkat, jelas dan tepat sasaran. Berkaitan dengan komunikasi, Edward III mengatakan bahwa
agar pelaksanaan kebijakan publik dilaksanakan dengan efektif maka perlu para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang harus mereka laksanakan. Komunikasi
mempunyai peranan yang penting sebagai acuan agar pelaksana kebijakan mengetahui persis apa yang akan dikerjakan. Komunikasi juga dinyatakan dengan
perintah dari atasan terhadap pelaksana kebijakan, sehingga komunikasi harus dinyatakan dengan jelas, cepat dan konsisten.
23
Sistem komunikasi dalam organisasi modern berkembang sebagai akibat dari semakin pentingnya pendekatan kesisteman dan penyelenggaraan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawab suatu organisasi Siagian, 1997. Berkomunikasi dalam kehidupan berorganisasi, dibutuhkan untuk menyamakan
persepsi atau pendapat yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai. Komunikasi yang berlangsung dengan dinamis akan dapat menentukan
keberhasilan tujuan organisasi. Halangan terbesar dalam berkomunikasi adalah terdapatnya beraneka ragam persepsi. Pengiriman pesaninformasi dari
komunikator yang tidak jelas membuat komunikan menerima dan menjalankannya tidak jelas dan bahkan dapat mengganggu jalannya organisasi.
Pendekatan kesisteman menuntut interaksi yang tinggi dengan intensitas yang tinggi pula, terutama apabila dikaitkan dengan koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi. Edward III mengatakan bahwa lancar atau tidaknya suatu interaksi tersebut
bertumpu pada kemauan orang dalam organisasi untuk: 1 menerima, memproses dan menghasilkan bahan-bahan yang perlu dikomunikasikan kepada orang lain;
2 mengkomunikasikan informasi yang ada pada seseorang dengan orang lain atau kelompok dimana yang bersangkutan menjadi anggota; 3 memanfaatkan
jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi seefektif mungkin, dan 4 mengembangkan sistem penanganan informasi dalam organisasi baik secara
manual maupun dengan menggunakan peralatan yang lebih modern. Cafezio dan Morehouse 1998 mengartikan komunikasi sebagai
pemahaman yang merupakan kunci dalam mempengaruhi individu atau kelompok-kelompok untuk mengambil tindakan positif dalam mencapai sasaran
spesifik - inti yang riil dari apa yang para pemimpin lakukan. Komunikasi yang baik adalah kunci dalam pemahaman. Pengertian komunikasi tersebut merupakan
kunci penting dalam memahami sesuatu, dengan berkomunikasi, pencapaian tujuan akan lebih mudah tercapai. Berkomunikasi dalam lingkungan organisasi,
merupakan sesuatu yang penting untuk menyamakan langkah dalam pencapaian tujuan. Berkomunikasi dapat membuat sistem kerjasama dalam organisasi
semakin dinamis dan meningkatkan partisipasi bawahan terhadap pencapaian
24
tujuan organisasi. Berkomunikasi dibutuhkan dalam setiap organisasi baik formal atau informal, dalam organisasi, berkomunikasi digunakan untuk menyamakan
persepsi tujuan organisasi. Berkomunikasi dapat memberikan kejelasan informasi yang akan
disampaikan. Berkaitan dengan fungsi atau tujuan komunikasi, Thayer 1968 dalam Winardi 1992 mengatakan ada lima fungsi atau tujuan berkomunikasi di
dalam sebuah organisasi, yaitu: 1 Mendapatkan keterangan atau memberikan keterangan informasi kepada orang lain; 2 Mengevaluasi input-input kita
sendiri atau output pihak lain atau skema ideologis tertentu; 3 Membina pihak lain atau dibina pihak lain atau memberikan instruksi; 4 Mempengaruhi pihak
lain atau dipengaruhi, dan 5 Berbagai fungsi insidential dan netral. Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen. Setiap
orang berkomunikasi dapat memperlancar orang bekerja dengan baik dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi yang tidak baik dapat mengganggu
keharmonisan hubungan kerja antar sesama orang dalam organisasi dan pada akhirnya dapat mengganggu tercapainya tujuan organisasi. Kebijakan yang telah
diambil organisasi akan dilaksanakan atau dilaksanakan dalam bentuk kegiatan. Pencapaian tujuan organisasi dengan optimal akan lebih mudah tercapai bila
semua anggota organisasi mempunyai persepsi yang sama akan tujuan itu. Menyamakan persepsi dilakukan dengan komunikasi antar sesama anggota
organisasi secara baik dan benar. Mengkomunikasian tujuan organisasi secara baik dan benar akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan secara
optimal. Sejalan dengan hal tersebut, faktor komunikasi juga sangat berpengaruh
terhadap penerimaan kebijakan oleh kelompok sasaran sehingga tidak berjalannya komunikasi ini menjadi titik lemah dari tercapainya efektivitas pelaksanaan
kebijakan. Dengan demikian penyebarluasan isi kebijakan melalui proses komunikasi yang baik akan mempengaruhi efektivitas kebijakan publik. Indikator-
indikator berhubungan dengan pengkomunikasian dalam kebijakan yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan Edward III, 1980 terdiri
dari:
25
1. Kejelasan Penerimaan Informasi Kebijakan
2. Pengetahuan Melaksanakan Tugas dalam Kebijakan
3. Kecepatan Menerima Informasi Pelaksanaan Kebijakan
4. Frekuensi Penerimaan Informasi Kebijakan
5. Kesesuaian Pelaksanaan dengan Pedoman Pelaksanaan Kebijakan
6. Kecepatan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kebijakan
2.2.2 Sumberdaya dalam Pelaksanaan Kebijakan