100 sumber sampai akhirnya tiba di TPA ditangani oleh PD Kebersihan. Peran
masyarakat sangat kecil dalam ikut mengelola sampah. Maksimal yang dapat dilakukan masyarakat adalah membawa sampah sampai di TPS. Biaya yang
diperlukan untuk menangani sampah dibandingkan dengan pemasukan dari retribusi, selama diurus oleh PD Kebersihan Kota Bandung, belum memberikan
tambahan pemasukan berarti bagi Pemerintah Daerah Kota Bandung. Sistem pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan sampah perlu
dimodifikasi dari sistem pengelolaan konvensional yang selama ini dilakukan oleh PD Kebersihan Gambar 8. Perbedaan yang mendasar dari sistem modifikasi ini
dengan adanya pembagian peran dan wewenang yang jelas antara masyarakat dengan pemerintah. Wewenang dan peran masyarakat adalah mengelola dari
sumber hingga TPS plus, sedangkan pemerintah hanya mengelola TPA, dengan sumber sampah yang diangkut dari TPS.
Sumber: Kertas Posisi Yayasan Wisnu No. 01IV2001
Gambar 8 Sistem Pengelolaan Konvensional yang dilakukan oleh PD Kebersihan
5.3 Prioritas dan Strategi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah di
Kota Bandung Pengelolaan Sampah di Kota Bandung perlu dilakukan secara prioritas
dengan mempergunakan kriteria-kriteria yang memungkinkan dijadikan acuan dalam pelaksanaan pengelolaannya. Dalam menghadapi persoalan pengelolaan
sampah ini yang perlu diperhatikan adalah mengenai penyebab timbulnya persoalan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung, dan seberapa jauh pihak-
pihak yang terkait telah melakukan upaya untuk mengeliminir terhadap timbulnya persoalan pengelolaan sampah di Kota Bandung.
SI STEM PENANGANAN SAM PAH YANG SELAM A INI DI LAKUKAN PEM ERINTAH
Sumber sampah dari rumah tangga, hotel,
restoran, dll.
TPS TPA
101 Penyusunan model penelitian prioritas pengelolaan sampah di Kota
Bandung yang dikembangkan dengan pendekatan metoda Analityc Hierarchy Process AHP dan SWOT berfungsi untuk menyederhanakan keterkaitan dan
kompleksitas kriteria penilaian obyek pengelolaan sampah. Pada studi ini dapat diketahui bahwa terdapat kriteria yang diperkirakan memiliki porsi dominan atau
memberikan konstribusi yang sangat penting dalam mencapai tujuan penelitian. Studi ini disusun berdasarkan 4 empat tingkat hierarki termasuk hierarki tujuan.
Pada tingkat hierarki tujuan yaitu fator utama yang mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah, untuk mencapai tujuan ini perlu
didukung oleh faktor di tingkat yang lebih rendah level 1, pada level 1 ini terdapat 4 empat faktor berdasarkan SWOT yaitu: faktor kekuatan, faktor
kelemahan, faktor peluang, dan faktor ancaman. Faktor ini merupakan komponen penilaian dalam mempertimbangkan objek yang akan dikendalikan dalam
Pengelolaan Sampah. Komponen dalam level ini dapat berdiri sendiri atau saling melengkapi dalam mencapai hierarki tujuan.
Tingkat berikutnya adalah level 2 yang secara keseluruhan terdiri dari 4 empat kriteria yaitu: kriteria Mengurangi, Menggunakan Kembali, Mendaur
Ulang dan Memberdayakan. Kriteria ini merupakan komponen penilaian dalam menentukan objek pengelolaan dan perlu mendapatkan perhatian dalam
pelaksanaan operasionalnya. Kriteria ini merupakan komponen strategis berkaitan dengan konstribusinya terhadap level 1, untuk setiap faktor dalam
mempertimbangkan objek pengelolaan sampah di Kota Bandung. Pada level 3 yang secara keseluruhan terdiri dari 4 empat sub kriteria,
merupakan komponen penilaian pelaksanaan kebijakan sampah yang dalam konstribusinya dijadikan acuan dalam menangani persoalan pengelolaan sampah
di Kota Bandung. Sub kriteria pada level ini yaitu: Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Birokrasi. Sub kriteria ini berupa komponen strategis yang
memiliki konstribusi terhadap pelaksanaan kebijakan sampah di Kota Bandung dalam melakukan pelaksanaan pengelolaan sampah. Komponen pelaksanaan
pengelolaan ini dapat dipilih untuk mendapatkan nilai bobot prioritas untuk diperhatikan solusinya.
102 Proses analisis pembobotan tiap komponen dalam struktur hirarki dengan
mempergunakan input berupa penilaian yang telah diberikan oleh responden melalui pengisian kuesioner studi. Hasil analisis ini menunjukkan bobot tiap
elemen dari hirarki yang secara otomatis akan menunjukkan skala prioritas berdasarkan besarnya nilai dari faktor, kriteria, sub kriteria ataupun alternatif
penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Penentuan bobot faktor utama dimaksudkan untuk mengetahui seberapa penting masing-masing faktor memiliki
nilai sebagai bahan pertimbangan dalam mendukung pencapaian goaltujuan yaitu penyusunan prioritas Kebijakan Pengelolaan Sampah. Bobot faktor ini diperoleh
dari hasil pengolahan data kuesioner yang berisi perbandingan berpasangan antar faktor melalui perhitungan nilai eigen vektor yang menggambarkan prioritas.
Faktor utama yang digunakan dalam analisis ini mengacu pada analisis SWOT yaitu terdapat 4 empat faktor dalam mempertimbangkan obyek yang
akan dikendalikan dengan kategori berdasarkan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Hasil analisis akan menunjukkan tingkat kepentingan berdasarkan
persoalan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Adapun hasil perhitungan yang dilakukan terhadap rata-rata geometrik penilaian bobot faktor mempergunakan
program Expert Choice ditunjukkan dalam Tabel 31.
Tabel 31 Bobot Faktor terhadap Goal NO
FAKTOR BOBOT
RANKING LOKAL GLOBAL
1 Kekuatan
0,506 0,506
1 2
Kelemahan 0,252
0,252 2
3 Peluang
0,092 0,092
4 4
Ancaman 0,150
0,150 3
Sumber : Hasil Analisis Tabel 31 memperlihatkan bahwa 4 empat faktor yang digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan prioritas pengelolaan sampah tersebut memiliki bobot prioritas lokal dan global yang sama besar. Bobot lokal merupakan besarnya
konstribusi faktor-faktor di dalam levelnya terhadap 1 level di atasnya, sedangkan bobot global merupakan besarnya konstribusi faktor-faktor terhadap level
utamanya level 0. Hal ini menunjukkan bahwa faktor yang terdapat pada level 1 memiliki bobot yang memberikan pengaruh kepada goal sebagai elemen tunggal
103 di level 0 yang memiliki bobot sama dengan 1. Oleh karena itu jumlah bobot total
kriteria dalam satu hierarki sama dengan jumlah bobot yang dimiliki oleh goal yang berada pada hierarki di atasnya.
Bobot terbesar atau rangking yang tertinggi berdasarkan hasil analisis ditujukan pada faktor kekuatan 0,506, selanjutnya faktor kelemahan 0,252,
kemudian faktor threats 0,150 dan rangking terakhir adalah faktor peluang 0,092. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dalam analisis prioritas pengelolaan
sampah di kota Bandung, faktor yang menjadi prioritas utama sebagai dasar pertimbangan pengelolaan sampah adalah faktor kekuatan, mencakup kekuatan
yang didasarkan pada sumberdaya keuangan, citra, sarana dan prasarana yang tersedia serta faktor-faktor lainnya.
Sedangkan bobot yang terendah terlihat bahwa faktor peluang tidak dijadikan acuan prioritas dalam pengelolaan sampah. Hal ini menunjukkan bahwa
peluang dalam pengelolaan sampah di kota Bandung secara umum tidak terlihat adanya hubungan dengan pelaksanaan kebijakan sampah yang merupakan
perkembangan identifikasi perubahan kualitas lingkungan, peraturan serta kebutuhan masyarakat dan swasta yang dapat memberikan peluang bagi
pelaksanaan kebijakan. Perhitungan bobot kriteria pengelolaan sampah bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar konstribusi nilai dari setiap kriteria pengelolaan level 2 terhadap bobot dari faktor yang berada pada hierarki di atasnya level 1. Bobot
tiap kriteria pengelolaan sampah diperoleh melalui proses perbandingan dengan operasi penskalaan, sehingga diperoleh nilai bobot yang dinormalisasi nilai total
bobot = 1. Normalisasi bobot yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai prioritas secara global yang mengandung arti bahwa jumlah total bobot dari
seluruh elemen tiap hierarki adalah sama dengan 1, sehingga dapat ditunjukkan skala prioritas secara keseluruhan dalam satu hierarki. Masing-masing bobot
faktor pada level 1 yang memiliki 4 empat kriteria pada level 2 memiliki hasil pembobotannya disajikan dalam Tabel 32
104
Tabel 32 Bobot Kriteria terhadap Faktor NO
Kriteria BOBOT
RANKING
LOKAL GLOBAL
1 Kekuatan
Mengurangi 0,203
0,370 1
Menggunakan Kembali 0,125
0,198 4
Mendaur Ulang 0,039
0,111 9
Memberdayakan 0,139
0,321 3
Jumlah 0,506
1,000 2
Kelemahan
Mengurangi 0,143
0,365 2
Menggunakan Kembali 0,041
0,233 8
Mendaur Ulang 0,020
0,116 14
Memberdayakan 0,048
0,286 7
Jumlah 0,252
1,000 3
Peluang
Mengurangi 0,052
0,273 6
Menggunakan Kembali 0,021
0,233 12
Mendaur Ulang 0,008
0,094 16
Memberdayakan 0,011
0,400 15
Jumlah 0,092
1,000 4
Ancaman
Mengurangi 0,075
0,374 5
Menggunakan Kembali 0,028
0,106 10
Mendaur Ulang 0,020
0,187 13
Memberdayakan 0,027
0,333 11
Jumlah 0,150
1,000 TOTAL
1.000 4.000
Perankingan yang dilakukan dalam menentukan prioritas pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan bobot global, yang merupakan konstribusi faktor-
faktor pengelolaan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan sampah. Hasil pembobotan pada Tabel 32, masing-masing komponen kriteria pada level 2,
memiliki bobot kepentingan terhadap sasaran faktor-faktor penilaian pengelolaan sampah. Berikut ini ditampilkan penilaian pengelolaan sampah yang termasuk 3
tiga prioritas utama. -
Rangking pertama adalah faktor kekuatan berdasarkan kriteria mengurangi dengan bobot sebesar 0,203.
- Rangking kedua adalah faktor kelemahan berdasarkan kriteria mengurangi
dengan bobot sebesar 0,143.
105 -
Rangking ketiga adalah faktor kekuatan berdasarkan kriteria memberdayakan dengan bobot sebesar 0,139.
Konstribusi terbesar pertama pengelolaan sampah berupa mengurangi termasuk faktor kekuatan, namun ranking kedua termasuk pula ke dalam
kelemahan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengelolaan sampah dengan mengupayakan pengurangan sampah dari sumbernya, merupakan faktor yang
menjadi prioritas utama yang dapat dijadikan kekuatan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Banyaknya kendala-kendala dalam melaksanakan kebijakan
Pengelolaan Sampah berupa pengurangan sampah dari sumbernya, terlihat pada faktor kelemahan dalam mengurangi sampah dari sumbernya. Hal ini
memperlihatkan bahwa salah satu kendala utama mengurangi sampah dari sumbernya sehingga menjadi faktor kelemahan disamping karena budaya
masyarakat yang masih berperilaku memproduksi sampah yang banyak, juga dengan mengurangi sampah dari sumbernya akan mengurangi produksi sampah
yang dapat dimanfaatkan kembali. Perhitungan bobot sub-kriteria pengelolaan bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar konstribusi nilai dari setiap sub-kriteria pengelolaan level 3 terhadap bobot dari kriteria yang berada pada hierarki di atasnya level 2. Bobot
tiap kriteria pengelolaan diperoleh melalui proses perbandingan dengan operasi penskalaan, sehingga diperoleh nilai bobot yang dinormalisasi nilai total bobot =
1. Normalisasi bobot yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai prioritas secara global yang mengandung arti bahwa jumlah total bobot dari
seluruh elemen tiap hierarki adalah sama dengan 1, sehingga dapat ditunjukkan skala prioritas secara keseluruhan dalam satu hierarki. Masing-masing bobot
kriteria pada level 2 yang memiliki 4 empat sub-kriteria pada level 3 memiliki hasil pembobotannya dapat dilihat pada Tabel 33.
Hasil pembobotan pada Tabel 33, masing-masing komponen sub-kriteria pada level 3, memiliki bobot kepentingan terhadap sasaran kriteria-kriteria
penilaian pengelolaan sampah. Berikut ini ditampilkan penilaian pengelolaan
106 sampah yang termasuk 4 empat prioritas utama berdasarkan kriteria penilaian
pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah dalam mengurangi. -
Rangking pertama sub-kriteria komunikasi dengan bobot lokal sebesar 0,171. -
Rangking kedua sub-kriteria sumberdaya dengan bobot lokal sebesar 0,119. -
Rangking ketiga sub-kriteria birokrasi dengan bobot lokal sebesar 0,101. -
Rangking keempat sub-kriteria disposisi dengan bobot lokal sebesar 0,082.
Tabel 33 Bobot Sub-Kriteria terhadap Kriteria
No Sub-Kriteria
BOBOT RANKING
LOKAL GLOBAL
thd Kriteria 1
Kriteria Mengurangi - Komunikasi
0,171 0,370
1 - Sumberdaya
0,119 0,298
2 - Disposisi
0,082 0,141
4 - Birokrasi
0,101 0,191
3
Jumlah 0,473
1,000 2
Kriteria Menggunakan Kembali - Komunikasi
0,091 0,401
1 - Sumberdaya
0,065 0,387
2 - Disposisi
0,031 0,131
3 - Birokrasi
0,028 0,081
4
Jumlah 0,215
1,000 3
Kriteria Mendaur Ulang - Komunikasi
0,038 0,428
1 - Sumberdaya
0,028 0,297
2 - Disposisi
0,011 0,188
3 - Birokrasi
0,010 0,087
4
Jumlah 0,087
1,000 4
Kriteria Memberdayakan - Komunikasi
0,033 0,328
2 - Sumberdaya
0,102 0,338
1 - Disposisi
0,032 0,148
4 - Birokrasi
0,058 0,186
3
Jumlah 0,225
1,000 TOTAL
1,000 4,000
Sumber : Hasil Analisis Hasil perhitungan lengkap bobot prioritas pengelolaan sampah di Kota
Bandung dengan mempergunakan metoda Analityc Hierarchy Process dengan alat bantu software Expert Choice disajikan beserta hasil pembobotan alternatif
penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung ditampilkan dalam Gambar 9.
107
Level 0 GOAL
Level 1 FAKTOR
Level 2 KRITERIA
Level 3 SUB
KRITERIA Level 4
Hasil Analisis Faktor
Komunikasi 1 Komunikasi 3
Komunikasi 4 Komunikasi 5
Sumberdaya 1 Sumberdaya 2
Disposisi 3 Disposisi 5
Disposisi 6
Birokrasi 3 Birokrasi 4
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 9 Struktur Hirarki Analitik Strength Penyusunan Prioritas
Pengelolaan Sampah di Kota Bandung
Gambar 9 memperlihatkan suatu interpretasi bahwa berdasarkan bobot tertinggi strength kekuatan dalam pelaksanaan persoalan pengelolaan sampah di
Kota Bandung secara menyeluruh dan umum perlu dilakukan dengan kecenderungan mengupayakan mengurangi 0,203. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengupayakan pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah dalam hal komunikasi dan merupakan kekuatan pada organisasi PD Kebersihan Kota
Bandung yang bertugas untuk pengelolaan sampah dengan cara mengurangi, Hasil ini didasarkan pada penilaian umum yang menjadi acuan prioritas
pengelolaan sampah di Kota Bandung. Namun berdasarkan bobot alternatif penanganan pengelolaan ini,
diperoleh nilai bobot yang hampir seimbang terutama dalam penanganan pengelolaan sampah dalam hal
menggunakan kembali 0,125 dan
memberdayakan 0,139, yang mengindikasikan bahwa alternatif penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung hampir seluruhnya dapat dilakukan. Model
prioritas pengelolaan sampah di Kota Bandung disajikan dalam Gambar 10.
Prioritas Pelaksanaan
Kebijakan Persampahan
Kekuatan 0,506
Menggunakan Kembali
0,125 Mendaur Ulang
0,039 Ancaman
0,150 Peluang
0,092 Memberdayakan
0,139 Mengurangi
0,203 Komunikasi
0,370
Sumberdaya 0,298
Disposisi 0,141
Birokrasi 0,191
Kelemahan 0,252
108
Level 0 GOAL
Level 1 FAKTOR
Level 2 KRITERIA
Level 3 SUB KRITERIA
Level 4 Hasil Analisis
Faktor
Komunikasi 1 Komunikasi 3
Komunikasi 4 Komunikasi 5
Sumberdaya 1 Sumberdaya 2
Disposisi 3 Disposisi 5
Disposisi 6
Birokrasi 3 Birokrasi 4
Sumber : Hasil Analisis Gambar 10 Struktur Hirarki Analitik
Weakness Penyusunan Prioritas Pengelolaan Sampah di Kota Bandung
Gambar 10 memperlihatkan suatu interpretasi bahwa berdasarkan bobot tertinggi weakness kelemahan dalam pelaksanaan persoalan pengelolaan sampah
di Kota Bandung secara menyeluruh dan umum perlu dilakukan dengan kecenderungan mengupayakan mengurangi 0,143. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengupayakan pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah dalam hal komunikasi dan merupakan kekuatan pada organisasi PD Kebersihan Kota
Bandung yang bertugas untuk pengelolaan sampah dengan cara mengurangi, Hasil ini didasarkan pada penilaian umum yang menjadi acuan prioritas
pengelolaan sampah di Kota Bandung. Namun berdasarkan bobot alternatif penanganan pengelolaan ini, diperoleh nilai bobot yang hampir seimbang
terutama dalam penanganan pengelolaan sampah dalam hal menggunakan kembali 0,041 dan memberdayakan 0,048, yang mengindikasikan bahwa alternatif
penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung hampir seluruhnya dapat dilakukan. Model prioritas pengelolaan sampah di Kota Bandung ditampilkan
pada Gambar 11.
Prioritas Pelaksanaan
Kebijakan Persampahan
Kekuatan 0,506
Menggunakan Kembali
0,041 Mendaur Ulang
0,020 Ancaman
0,150 Peluang
0,092 Memberdayakan
0,048 Mengurangi
0,143 Komunikasi
0,401 Sumberdaya
0,387 Disposisi
0,131 Birokrasi
0,081 Kelemahan
0,252
109
Level 0 GOAL
Level 1 FAKTOR
Level 2 KRITERIA
Level 3 SUB
KRITERIA Level 4
Hasil Analisis Faktor
Komunikasi 1 Komunikasi 3
Komunikasi 4 Komunikasi 5
Sumberdaya 1 Sumberdaya 2
Disposisi 3 Disposisi 5
Disposisi 6
Birokrasi 3 Birokrasi 4
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 11 Struktur Hirarki Analitik Opportunities Penyusunan Prioritas
Pengelolaan Sampah di Kota Bandung
Gambar 11 memperlihatkan suatu interpretasi bahwa berdasarkan bobot tertinggi opportunities peluang dalam pelaksanaan persoalan pengelolaan
sampah di Kota Bandung secara menyeluruh dan umum perlu dilakukan dengan kecenderungan mengupayakan mengurangi 0,052. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengupayakan pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah dalam hal komunikasi dan merupakan kekuatan pada organisasi PD Kebersihan Kota
Bandung yang bertugas untuk pengelolaan sampah dengan cara mengurangi. Hasil ini didasarkan pada penilaian umum yang menjadi acuan prioritas
pengelolaan sampah di Kota Bandung. Namun berdasarkan bobot alternatif penanganan pengelolaan ini,
diperoleh nilai bobot yang hampir seimbang terutama dalam penanganan pengelolaan sampah dalam hal reuse 0,025 dan empower 0,011, yang
mengindikasikan bahwa alternatif penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung hampir seluruhnya dapat dilakukan. Model prioritas pengelolaan sampah
di Kota Bandung ditampilkan pada Gambar 12.
Prioritas Pelaksanaan
Kebijakan Persampahan
Kekuatan 0,506
Menggunakan Kembali
0,021 Mendaur Ulang
0,008 Ancaman
0,150 Peluang
0,092 Memberdayakan
0,011 Mengurangi
0,052 Komunikasi
0,428
Sumberdaya 0,297
Disposisi 0,188
Birokrasi 0,087
Kelemahan 0,203
110
Level 0 GOAL
Level 1 FAKTOR
Level 2 KRITERIA
Level 3 SUB
KRITERIA Level 4
Hasil Analisis Faktor
Komunikasi 1 Komunikasi 3
Komunikasi 4 Komunikasi 5
Sumberdaya 1 Sumberdaya 2
Disposisi 3 Disposisi 5
Disposisi 6
Birokrasi 3 Birokrasi 4
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 12 Struktur Hirarki Analitik Threats Penyusunan Prioritas
Pengelolaan Sampah di Kota Bandung
Gambar 12 memperlihatkan suatu interpretasi bahwa berdasarkan bobot tertinggi threats ancaman dalam pelaksanaan persoalan pengelolaan sampah di
Kota Bandung secara menyeluruh dan umum perlu dilakukan dengan kecenderungan mengupayakan mengurangi 0,075. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengupayakan pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Sampah dalam hal komunikasi dan merupakan kekuatan pada organisasi PD Kebersihan Kota
Bandung yang bertugas untuk pengelolaan sampah dengan cara mengurangi, Hasil ini didasarkan pada penilaian umum yang menjadi acuan prioritas
pengelolaan sampah di Kota Bandung. Namun berdasarkan bobot alternatif penanganan pengelolaan ini,
diperoleh nilai bobot yang hampir seimbang terutama dalam penanganan pengelolaan sampah dalam hal
menggunakan kembali 0,028 dan
memberdayakan 0,027, yang mengindikasikan bahwa alternatif penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung hampir seluruhnya dapat dilakukan.
Prioritas Pelaksanaan
Kebijakan Persampahan
Kekuatan 0,506
Menggunakan Kembali
0,028 Mendaur Ulang
0,020 Ancaman
0,150 Peluang
0,092 Memberdayakan
0,027 Mengurangi
0,075 Komunikasi
0,328
Sumberdaya 0,338
Disposisi 0,148
Birokrasi 0,186
Kelemahan 0,203
111 Berdasarkan AWOT prioritas kebijakan yang harus dilakukan jika dilihat
dari kekuatan,kelemahan, dan peluang ternyata faktor komunikasi perlu diperkuat, namun dari sudut ancaman perlu memperhatikan sumberdaya.
Dengan demikian prioritas kebijakan dalam mengurangi sampah di kota bandung adalah dengan melakukan : Sosialisai, Pemberdayaan masyarakat,
Pemanfaatan media komunikasi secara optimal dan menambah sumberdaya manusia maupun sarana.
5.4 Rumusan Kebijakan Pengelolaan Sampah Perkotaan