66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer, Laboratorium Fisika Terpadu dan Laboratorium Kimia Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam,
Departemen Kimia,
Universitas Sumatera
Utara, Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara,
Laboratorium Penelitian serta Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan sebagai matriks adalah polipropilena daur ulang yang berasal dari plastik bekas kemasan gelas PBKG. Penyerasi yang
digunakan adalah maleat anhidrida - g - polipropilena MAPP yang disintesa dengan menggunakan bahan baku berupa maleat anhidrida C
4
H
2
O
3
, xilena C
8
H
10
, polipropilena C
3
H
6 n
, benzoil peroksida C
14
H
10
O
4
, aseton CH
3
COCH
3
, minyak goreng dan aquadest H
2
O. Sementara pengisi yang digunakan adalah serbuk serat kaca tipe - E dan serbuk serat ampas tebu yang
dimodifikasi dengan bahan natrium hidroksida NaOH 1, asam asetat CH
3
COOH dan aquadest H
2
O.
3.2.2 Peralatan
3.2.2.1 Peralatan Proses
Peralatan proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Ekstruder
2.
Ball mill
3.
Ayakan 100 mesh
4.
Labu leher tiga
5.
Hot plate
Universitas Sumatera Utara
67 6.
Magnetic stirrer
7.
Refluks kondensor
8.
Termometer
9.
Karet sumbat
10. Mixer
11.
Selang
12.
Oven
13.
Corong gelas
14.
Spatula
15.
Kertas saring
16.
Kertas lakmus biru
17.
Neraca analitik
18.
Beaker glass
19.
Erlenmeyer
20.
Gelas ukur
21.
Panci
3.2.2.2 Peralatan Analisa
Peralatan analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Hot press 2.
Alat Uji Tarik 3.
Alat Uji Bentur 4.
Mikrometer Sekrup Digital Mitutoyo 5.
Aluminium Foil 6.
Dumble Cutter 7.
Fourier Transform Infra - Red FTIR 8.
Scanning Electron Microscopy SEM
Universitas Sumatera Utara
68
3.3 VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No. PBKG
SSAT SSK
MAPP Modifikasi Kimia
pada SSAT
1. 100
Tidak ada 2.
88 10
2 Ada
3. 88
10 2
Tidak ada 4.
80 10
10 Ada
5. 78
10 10
2 Ada
6. 70
20 10
Ada 7.
68 20
10 2
Ada 8.
60 30
10 Ada
9. 58
30 10
2 Ada
10. 50
40 10
Ada 11.
48 40
10 2
Ada
Keterangan :
Ukuran serbuk serat ampas tebu termodifikasi dan serbuk serat kaca yang digunakan adalah 100 mesh.
PBKG
= Plastik Bekas Kemasan Gelas
SSAT = Serbuk Serat Ampas Tebu
SSK
= Serbuk Serat Kaca
MAPP = Maleat Anhidrida - g - Polipropilena
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Penyediaan Matriks Komposit
Matriks komposit berupa polipropilena daur ulang disediakan berdasarkan prosedur berikut :
1. Polipropilena daur ulang yang diperoleh dari plastik bekas kemasan gelas
PBKG dicuci. 2.
PBKG dipotong. 3.
Potongan PBKG ini disediakan sebanyak ± 2 kg. 4.
Potongan PBKG dianalisa dengan FTIR. Gambar 3.1 menunjukkan flowchart prosedur penyediaan matriks komposit,
yaitu polipropilena daur ulang yang diperoleh dari PBKG.
Universitas Sumatera Utara
69
Mulai Plastik Bekas Kemasan Gelas
PBKG dicuci Dipotong dan ditimbang
Apakah massa potongan PBKG sudah mencapai ± 2 kg?
Tidak
Ya
Selesai Potongan PBKG dianalisa dengan FTIR
Gambar 3.1 Flowchart Penyediaan Matriks Komposit
3.4.2 Penyediaan Pengisi Serbuk Serat Kaca Tipe - E
Pengisi komposit berupa serbuk serat kaca tipe - E disediakan berdasarkan prosedur berikut :
1. Serat kaca tipe - E digiling dengan ball mill hingga serat berubah menjadi
serbuk. 2.
Serbuk serat kaca tipe - E diayak dengan ayakan 100 mesh. 3.
Serbuk serat kaca tipe - E disediakan sebanyak ± 100 g. 4.
Serbuk serat kaca dianalisa dengan FTIR.
Gambar 3.2 menunjukkan flowchart prosedur penyediaan pengisi komposit, yaitu serbuk serat kaca tipe - E.
Universitas Sumatera Utara
70
Mulai Serat kaca tipe - E digiling
dengan ball mill
Serbuk serat kaca tipe - E diayak dengan ayakan 100 mesh dan ditimbang
Apakah massa serbuk serat kaca tipe - E ukuran 100 mesh
sudah mencapai ± 100 g? Ya
Ya Apakah serat kaca sudah
berubah menjadi serbuk? Tidak
Tidak
Serbuk serat kaca dianalisa dengan FTIR
Selesai
Gambar 3.2 Flowchart Penyediaan Pengisi Serbuk Serat Kaca Tipe - E
3.4.3 Penyediaan Pengisi Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi
Pengisi komposit berupa serbuk serat ampas tebu termodifikasi disediakan berdasarkan prosedur berikut [16] :
1. Ampas tebu dijemur dibawah sinar matahari selama 3 hari.
2. Ampas tebu dipotong.
Universitas Sumatera Utara
71 3.
Ampas tebu diblender. 4.
Serbuk serat ampas tebu diayak dengan ayakan 100 mesh. 5.
Serbuk serat ampas tebu disediakan sebanyak ± 250 g. 6.
Serbuk serat ampas tebu direndam di dalam larutan natrium hidroksida NaOH 1 pada suhu 30
o
C selama 2 jam dengan perbandingan cairan 20 : 1.
7. Serbuk serat ampas tebu dicuci beberapa kali dengan aquadest untuk
menghilangkan sisa natrium hidroksida NaOH yang melekat pada permukaan serat.
8. Serbuk serat ampas tebu dinetralisir dengan menggunakan asam asetat
CH
3
COOH 0,1 M. 9.
Serbuk serat ampas tebu dicuci dengan aquadest lagi. 10.
Serbuk serat ampas tebu dikeringkan di dalam oven pada 70
o
C selama 72 jam.
11. Serbuk serat ampas tebu termodifikasi dianalisa dengan FTIR.
Gambar 3.3 menunjukkan flowchart prosedur penyediaan pengisi komposit, yaitu serbuk serat ampas tebu.
Universitas Sumatera Utara
72
Mulai
Apakah serat ampas tebu sudah berubah menjadi serbuk?
Tidak
Ya Serbuk serat ampas tebu diayak dengan
ayakan 100 mesh dan ditimbang
Apakah massa serbuk serat ampas tebu ukuran 100 mesh
sudah mencapai ± 250 g?
Direndam di dalam larutan natrium hidroksida NaOH 1
pada suhu 30
o
C selama 2 jam dengan perbandingan cairan 20 : 1
Ya
A Dicuci beberapa kali dengan air
Tidak Dijemur dibawah sinar matahari
selama 3 hari Dipotong
Diblender
Universitas Sumatera Utara
73
Dinetralisir dengan menggunakan asam asetat CH
3
COOH 0,1 M
Apakah pH serbuk serat ampas tebu sudah netral?
Tidak
Ya Dikeringkan di dalam oven pada
70
o
C selama 72 jam A
Dicuci dengan aquadest
Selesai Serbuk serat ampas tebu
termodifikasi dianalisa dengan FTIR
Gambar 3.3 Flowchart Penyediaan Pengisi Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi
3.4.4 Penyediaan Penyerasi Komposit
Penyerasi komposit berupa MAPP disediakan berdasarkan prosedur berikut [57] :
1. 1 g maleat anhidrida ditambahkan 90 ml xilena dan 10 g polipropilena
dalam rangkaian alat refluks selama 20 menit pada temperatur 135
o
C. 2.
0,1 g benzoil peroksida yang telah dilarutkan ke dalam 10 ml xilena ditambahkan ke dalam campuran dan kemudian direaksikan selama 10
menit. 3.
Hasil reaksi dicuci dengan aseton selama 1 jam untuk mengendapkan MAPP.
Universitas Sumatera Utara
74 4.
MAPP disaring dengan menggunakan kertas saring. 5.
MAPP dicuci dengan aquadest hingga pH nya netral. 6.
MAPP disaring dengan menggunakan kertas saring. 7.
MAPP dikeringkan di dalam blower selama 24 jam. 8.
MAPP dianalisa dengan FTIR. Gambar 3.4 menunjukkan flowchart prosedur penyediaan penyerasi
komposit, yaitu maleat anhidrida - g - polipropilena MAPP.
Mulai
1 g maleat anhidrida ditambahkan 90 ml xilena dan 10 g polipropilena
dalam rangkaian alat refluks selama 20 menit pada temperatur 135
o
C
0,1 g benzoil peroksida yang telah dilarutkan ke dalam 10 ml xilena
ditambahkan ke dalam campuran dan kemudian direaksikan selama 10 menit
Hasil reaksi dicuci dengan aseton selama 1 jam
MAPP disaring dengan menggunakan kertas saring
MAPP dicuci dengan aquadest
Apakah pH MAPP sudah netral?
Tidak
A Ya
Universitas Sumatera Utara
75
MAPP dikeringkan di dalam blower selama 24 jam
Selesai MAPP dianalisa dengan FTIR
MAPP disaring dengan menggunakan kertas saring
A
Gambar 3.4 Flowchart Penyediaan Penyerasi Komposit
3.4.5 Proses Pembuatan Komposit
Komposit PBKG - serbuk serat kaca - serbuk serat ampas tebu dengan penyerasi MAPP dibuat berdasarkan prosedur berikut :
1. 100 g potongan PBKG dimasukkan ke dalam ekstruder yang telah diatur
suhunya yaitu pada 180
o
C. Proses ini bertujuan untuk mencuci ekstruder
dari kontaminan yang tertinggal akibat proses ekstrusi sebelumnya.
2. Potongan PBKG, serbuk serat kaca, serbuk serat ampas tebu dan penyerasi
MAPP total 100 g dicampur secara merata sesuai dengan komposisi yang
telah ditentukan.
3. Campuran dimasukkan ke dalam ekstruder pada suhu 180
o
C.
4. Ekstrudat akan keluar dari ujung die ekstruder dan kemudian memadat
setelah didinginkan di water bath. Padatan ekstrudat kemudian disusun ke dalam cetakan besi yang telah dibentuk sesuai standar uji kekuatan tarik
tensile strength ASTM D 638 Tipe IV, uji kekuatan lentur flexural strength ASTM D 790 dan uji kekuatan bentur impact strength ASTM D
4812 - 11.
5. Di press dengan menggunakan hot press pada suhu 180
o
C selama 10 menit.
6. Komposit yang sudah kering dilepas dari cetakan kemudian bagian
dihaluskan bagian - bagian permukaannya dengan alat kikir dan amplas.
7.
Dilakukan pengujian terhadap komposit.
Universitas Sumatera Utara
76 Gambar 3.5 Ekstruder
Gambar 3.6 Alat Hot Press
Gambar 3.7 Cetakan Besi untuk Uji Kekuatan Tarik
Universitas Sumatera Utara
77 Gambar 3.8 Cetakan Besi untuk Uji Kekuatan Lentur
Gambar 3.9 Cetakan Besi untuk Uji Kekuatan Bentur
Universitas Sumatera Utara
78 Gambar 3.10 menunjukkan flowchart prosedur proses pembuatan komposit.
Mulai
Potongan PBKG, serbuk serat kaca, serbuk serat ampas tebu dan penyerasi MAPP dicampur secara
merata sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan.
Di press dengan menggunakan hot press pada suhu 180
o
C selama 10 menit Campuran dimasukkan ke dalam ekstruder yang
telah diatur suhunya yaitu pada 180
o
C 100 g potongan PBKG dimasukkan ke dalam ekstruder
yang telah diatur suhunya yaitu pada 180
o
C.
Padatan ekstrudat yang keluar dari ujung die ekstruder disusun ke dalam cetakan besi yang telah dibentuk sesuai standar uji
kekuatan tarik tensile strength ASTM D 638 - 10 Tipe IV, uji kekuatan lentur flexural strength ASTM D 790 dan uji
kekuatan bentur impact strength ASTM D 4812 - 11.
Apakah masih ada variasi komposisi lain?
Selesai Tidak
Ya Komposit yang sudah kering dilepas dari cetakan
kemudian bagian dihaluskan bagian - bagian permukaannya dengan alat kikir dan amplas
Dilakukan pengujian terhadap komposit
Gambar 3.10 Flowchart Proses Pembuatan Komposit
Universitas Sumatera Utara
79
3.4.6 Pengujian Komposit
3.4.6.1 Uji Kekuatan Tarik Tensile Strength dengan ASTM D 638 - 10 Tipe IV
Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik
t
menggunakan alat tensometer. Secara praktis kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban maksimum F
maks
yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas penampang bahan.
13 mm 76 mm
19 mm 4 mm
57 mm 115 mm
165 mm
Gambar 3.11 Sketsa Spesimen Uji Tarik dengan ASTM D 638 - 10 Tipe IV
Komposit hasil spesimen dipilih dan dipotong membentuk spesimen untuk pengujian kekuatan tarik uji tarik sesuai dengan standar ASTM D 638 - 10 Tipe
IV. Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan tensometer terhadap tiap spesimen dengan ketebalan 4 mm. Tensometer terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100
kgf dengan kecepatan 50 mmmenit, kemudian dijepit kuat dengan penjepit yang ada pada alat. Mesin dihidupkan dan spesimen akan tertarik ke atas spesimen
diamati sampai putus, dicatat tegangan maksimum dan regangannya.
3.4.6.2 Uji Kekuatan Lentur Flexural Strength dengan ASTM D 790
Komposit hasil spesimen dipilih dan dipotong membentuk spesimen untuk pengujian kekuatan lentur uji lentur sesuai dengan standar ASTM D 790.
Spesimen yang akan diuji kekuatan lenturnya memiliki bentuk slab dan pengujian dilakukan dengan perlakuan uji tiga titik tekuk three point bend test.
Universitas Sumatera Utara
80
6 mm 3 mm
12 cm
Gambar 3.12 Ukuran Dimensi Spesimen Kekuatan Lentur dengan ASTM D 790
3.4.6.3 Uji Kekuatan Bentur Impact Strength dengan ASTM D 4812 - 11
Komposit hasil spesimen dipilih dan dipotong membentuk spesimen untuk pengujian kekuatan bentur uji bentur sesuai dengan standar ASTM D 4812 - 11.
Spesimen yang akan diuji bentur mengikuti metoda Unnotched Izod.
12,5 mm
60,5 mm 3,4 mm
Gambar 3.13 Ukuran Dimensi Spesimen Metoda Izod dengan ASTM D 4812 - 11
3.4.6.4 Penyerapan Air Water Absorption dengan ASTM D 570
Karakterisasi penyerapan air dari komposit hibrid PBKG berpengisi serbuk serat kaca dan serbuk serat ampas tebu diuji dengan memasukkan komposit
dengan spesimen tes berbentuk 25 mm x 25 mm sesuai ASTM D 570 ke dalam oven dengan temperatur 50
5
o
C selama 24 jam dan kemudian didinginkan di dalam desikator selama 24 jam. Setelah itu, dilakukan perendaman komposit
dalam air pada suhu ruangan setiap 24 jam hingga bahan komposit tidak lagi menyerap air jenuh. Setiap rentang waktu pencelupan, maka sampel diambil dan
dibersihkan dengan kertas tisu untuk menyerap air. Sampel kemudian ditimbang dan dihitung dengan persamaan :
100 x
Wo Wo
We Wg
3.1
Universitas Sumatera Utara
81 Dimana :
Wg = Persentase pertambahan massa komposit We = Massa komposit setelah perendaman g
Wo = Massa komposit sebelum perendaman g
3.4.6.5 Pengukuran Fraksi Volume Serat dalam Komposit V
F
Densitas komposit dan fraksi volume serat pada matriks dapat dihitung berdasarkan persamaan - persamaan seperti berikut:
Perhitungan Densitas Komposit o
Masing - masing komposit ditimbang satu per satu menggunakan timbangan digital untuk dicatat massanya M
C
o Patahan komposit dimasukkan ke dalam beaker glass berisi air dengan
volume tertentu. o
Dengan mengunakan pipet tetes diambil volume air yang merupakan volume komposit dari beaker glass yang naik.
o Data - data yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung
densitas komposit dengan menggunakan persamaan : V
M ρ
C C
3.2
Dimana : ρ
C
= densitas komposit gml
M
C
= massa komposit g V = volume yang ditunjukkan beaker glass sesudah
pencelupan komposit - volume sebelum pencelupan komposit ml
Perhitungan Fraksi Volume Komposit Bila densitas resin
ρ
R
, dan massa resin M
R
telah diketahui maka untuk mencari fraksi volume resin V
R
diberikan dalam persamaan berikut:
R C
C R
R
ρ ρ
M M
V
3.3
Universitas Sumatera Utara
82 Maka untuk menghitung fraksi volume serat V
F
dan densitas serat ρ
F
dihitung berdasarkan persamaan berikut :
R F
V 1
V
3.4
F C
C F
F
V ρ
M M
ρ
3.5
3.4.6.6 Karakterisasi Fourier Transform Infra - Red FTIR
Sampel yang akan dianalisa dengan Fourier Transform Infra - Red yaitu berupa :
1. PBKG
2. Serbuk serat ampas tebu
3. Serbuk serat ampas tebu termodifikasi
4. Serbuk serat kaca
5. Penyerasi MAPP
6. Komposit hibrid PBKG berpengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi
dan serbuk serat kaca dengan penyerasi MAPP yang memiliki sifat mekanik paling baik diantara keempat variabel lainnya.
Tujuan dilakukannya analisa ini adalah untuk melihat ada atau tidak terbentuknya grafting maleat anhidrida pada polipropilena pada penyerasi MAPP,
serta gugus baru yang terbentuk pada komposit hibrid PBKG - serbuk serat kaca - serbuk serat ampas tebu. Analisa FTIR dilakukan di Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.4.6.7 Analisa Scanning Electron Microscopy SEM
Sampel yang akan dianalisa dengan Scanning Electron Microscopy yaitu berupa :
1. Patahan hasil uji bentur komposit hibrid PBKG berpengisi serbuk serat
ampas tebu termodifikasi dan serbuk serat kaca dengan penyerasi MAPP yang memiliki sifat mekanik paling baik diantara keempat variabel lainnya.
2. Patahan hasil uji bentur komposit hibrid PBKG yang memiliki komposisi
serbuk serat ampas tebu termodifikasi dan serbuk serat kaca yang sama dengan sampel No.1 tanpa penyerasi MAPP.
Universitas Sumatera Utara
83 3.
Patahan hasil uji bentur komposit hibrid PBKG yang memiliki komposisi PBKG, serbuk serat ampas tebu termodifikasi, serbuk serat kaca dan
penyerasi MAPP dengan rasio 8010100 dan rasio 4840102. Tujuan dilakukannya analisa ini adalah untuk melihat distribusi penyebaran
kedua pengisi di dalam matriks dengan penambahan penyerasi. Analisa SEM dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
84
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.12 KARAKTERISASI FOURIER TRANSFORM INFRA - RED FTIR
PLASTIK BEKAS
KEMASAN GELAS
PBKG JENIS
POLIPROPILENA Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra - Red plastik bekas kemasan
gelas PBKG jenis polipropilena PP dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari PBKG. Karakterisasi FTIR dari PBKG jenis PP dapat dilihat pada
Gambar 4.1 di bawah ini.
Keterangan analisa gugus fungsi [58] : -
2931,80 cm
-1
: regang gugus alkana C –H
- 1465,90 cm
-1
: regang gugus metilen –CH
2
- 1372,13 cm
-1
: regang gugus metil –CH
3
Gambar 4.1 Karakterisasi FTIR Plastik Bekas Kemasan Gelas Jenis Polipropilena
2931,80 1465,90
1372,13 PBKG Jenis PP
PP Murni 300
250 200
150 100
50
4000 3500
3000 2500
2000 1500
1000 500
Panjang Gelombang cm
-1
T r
a n
sm it
a n
si
Universitas Sumatera Utara
85 Dari hasil FTIR plastik bekas kemasan gelas PBKG jenis PP, dapat dilihat
munculnya puncak serapan pada panjang gelombang 2931,80 cm
-1
yang menunjukkan keberadaan gugus alkana C
–H. Disamping itu, terdapat munculnya puncak serapan pada panjang gelombang 1465,90 cm
-1
dan 1372,13 cm
-1
yang menunjukkan keberadaan gugus C –H dari –CH
2
metilen dan gugus C
–H dari –CH
3
metil. Hasil spektrum FTIR jelas menunjukkan terbentuknya gugus - gugus yang mendukung PBKG jenis PP yang memiliki struktur seperti
Gambar 4.2 dibawah ini. Selain itu, hasil spektrum FTIR PBKG jenis PP juga memiliki kesamaan dengan hasil spektrum FTIR PP murni.
C C
CH
3
H
H H
n
Gambar 4.2 Struktur Polipropilena
Selain itu, dari hasil FTIR juga dapat dilihat bahwa puncak serapan gugus alkana, metilen dan metilen pada PBKG tidak setajam puncak serapan pada PP
murni. Hal ini disebabkan karena PBKG merupakan jenis PP yang telah diproses dengan melibatkan penggunaan senyawa aditif, seperti antistatik, antioksidan, dan
lain sebagainya. Kehadiran senyawa tambahan ini juga menyebabkan perubahan puncak serapan yang terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
86
4.13 KARAKTERISASI FOURIER TRANSFORM INFRA - RED FTIR