PENGARUH KOMPOSISI SERBUK SERAT AMPAS TEBU TERMODIFIKASI TERHADAP KEKUATAN TARIK

91

4.16 PENGARUH KOMPOSISI SERBUK SERAT AMPAS TEBU TERMODIFIKASI TERHADAP KEKUATAN TARIK

TENSILE STRENGTH KOMPOSIT HIBRID PLASTIK BEKAS KEMASAN GELAS PBKG JENIS POLIPROPILENA Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh komposisi pengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi terhadap kekuatan tarik tensile strength komposit hibrid plastik bekas kemasan gelas PBKG jenis polipropilena berpengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi SSAT dan serbuk serat kaca SSK dengan dan tanpa penambahan bahan penyerasi maleat anhidrida - g - polipropilena MAPP. Keterangan : - abcd = perbandingan komposisi PBKGSSATSSKMAPP Gambar 4.9 Pengaruh Komposisi Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi Terhadap Kekuatan Tarik Tensile Strength Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG Jenis Polipropilena Dari hasil uji tarik komposit hibrid PBKG berpengisi SSAT dan SSK dengan penyerasi MAPP diperoleh bahwa kekuatan tarik bahan komposit meningkat secara signifikan dengan naiknya komposisi pengisi alami, yaitu 23,8 MPa rasio 7810102 ; 26,7 MPa rasio 6820102 ; dan kemudian menurun menjadi 24,3 MPa rasio 5830102 dan 21,8 MPa rasio 4840102. Pada komposit hibrid PBKG berpengisi SSAT dan SSK tanpa penyerasi MAPP 19,1 21,2 30,3 17,9 23,8 16,3 26,7 14,3 24,3 11,2 21,8 5 10 15 20 25 30 35 K ek u at an T ar ik M P a Perbandingan Matriks, Pengisi dan Penyerasi Universitas Sumatera Utara 92 diperoleh penurunan kekuatan tarik dengan bertambahnya komposisi pengisi alami, yaitu 17,9 MPa rasio 8010100 ; 16,3 MPa rasio 7020100 ; 14,3 MPa rasio 6030100 ; dan 11,2 MPa rasio 5040100. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada komposit PBKG berpengisi serat kaca yang menggunakan bahan penyerasi MAPP, yaitu 30,3 MPa. Kekuatan tarik adalah sebuah parameter yang menunjukkan seberapa banyak tegangan berupa tarikan yang dapat diterima material sebelum pada akhirnya putus. Pada komposit hibrid yang tidak menggunakan penyerasi MAPP, terjadi penurunan sifat kekuatan tarik seiring dengan bertambahnya komposisi pengisi alami. Nilai kekuatan tarik yang diperoleh lebih rendah daripada matriks PBKG murni tanpa pengisi. Hal ini disebabkan oleh ikatan interfasa yang buruk antara matriks dan pengisi yang mengakibatkan hanya sedikit tegangan yang dapat dipindahkan dari matriks ke pengisi [61]. Bertambahnya jumlah pengisi mengakibatkan perpindahan tegangan dari matriks ke pengisi semakin sulit karena bertambahnya kontak antar pengisi. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Anand R. Sanadi, dkk 1995 [63] dan Chuai, dkk 2001 [64] bahwa penambahan jumlah pengisi dapat menurunkan kekuatan tarik komposit tanpa menggunakan penyerasi. Penambahan serat kaca juga memberikan peranan dalam meningkatkan kekuatan tarik. Hal ini dapat dilihat pada komposit hibrid dengan rasio 881002 diperoleh kekuatan tarik 21,2 MPa. Penambahan serat kaca meningkatkan kekuatan tarik komposit hibrid dengan rasio 7810102 menjadi 23,8 MPa. Adanya peningkatan sebesar 12,3 ini disebabkan oleh sifat serat kaca yang memang memiliki kekuatan tarik tinggi 1,7 - 3,5 GPa [26]. Sebaliknya, penambahan pengisi SSAT pada komposit serat kaca menurunkan kekuatan tarik dari komposit tersebut. Hal ini dapat dilihat pada komposit hibrid dengan rasio 880102 diperoleh kekuatan tarik 30,3 MPa. Penambahan SSAT menurunkan kekuatan tarik komposit hibrid dengan rasio 7810102 menjadi 23,8 MPa. Adanya penurunan sebesar 21,4 ini disebabkan oleh sifat SSAT yang memiliki kekuatan tarik 140 MPa [42] lebih rendah dari serat kaca. Sifat kekuatan tarik komposit hibrid bergantung pada sifat masing - masing pengisi, dispersi pengisi dan adhesi antara matriks dan pengisi [62]. Universitas Sumatera Utara 93 Peningkatan kekuatan tarik seiring bertambahnya komposisi pengisi alami dengan penggunaan MAPP menunjukkan bahwa ada pengaruh penambahan pengisi alami dalam peningkatan sifat kekuatan tarik komposit. Hal ini menunjukkan bahwa adanya ikatan yang baik antara matriks dan pengisi pada daerah interfasa [26]. Peningkatan ikatan interfasa disebabkan oleh adanya reaksi antara maleat anhidrida pada MAPP dengan gugus hidroksil –OH pada selulosa dan hemiselulosa komposisi utama SSAT yang menghasilkan senyawa ester. Pada reaksi esterifikasi ini, rantai polipropilena yang terdapat pada MAPP terekspos pada permukaan SSAT. Rantai polipropilena yang terekspos ini kemudian terdifusi ke dalam matriks PBKG jenis polipropilena. Pada proses ini, terbentuklah suatu „jembatan‟ pada daerah interfasa yang menghubungkan SSAT dan matriks PBKG jenis polipropilena. Mekanisme yang sama juga terjadi pada reaksi MAPP dengan serat kaca yang dominan dengan komponen silikon dioksida SiO 2 . Mekanisme pembentukan ikatan interfasa dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut. C C CH 3 H H O O O + Serat OH C C CH 3 H H O CH 2 CH C O Serat O OH C MAPP MBF C C CH 3 H H C C CH 3 H H O CH 2 CH C O Serat O OH C C C CH 3 H H O CH 2 CH C O Serat O C OH H C C CH 3 H H H Matriks PBKG Jenis Polipropilena a Universitas Sumatera Utara 94 C C CH 3 H H O O O + Serat Si C C CH 3 H H O CH 2 CH C O Serat O C MAPP SSK O Si O O O Si O Si O O O C C CH 3 H H C C CH 3 H H O CH 2 CH C O Serat O C H Matriks PBKG Jenis Polipropilena Si O Si O O O C C CH 3 H H O CH 2 CH C O Serat O C C C CH 3 H H H Si O Si O O O b Gambar 4.10 a Mekanisme Pembentukan Ikatan Interfasa oleh MAPP dengan SSAT b Mekanisme Pembentukan Ikatan Interfasa oleh MAPP dengan SSK Penurunan kekuatan tarik terjadi pada komposit hibrid dengan rasio 4840102. Hal ini disebabkan oleh karena peningkatan jumlah pengisi SSAT yang kemudian meningkatkan kontak antar sesama pengisi sehingga menurunkan kemampuan pengisi untuk menahan tegangan yang dipindahkan dari matriks [59]. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Karmarkar, dkk 2007 [60] dan Arbelaiz, dkk 2005 [61] bahwa penambahan jumlah pengisi dapat meningkatkan kekuatan tarik komposit pada penggunaan penyerasi MAPP. Penggunaan MAPP Universitas Sumatera Utara 95 memberikan efek nyata untuk meningkatkan hubungan interfasa yang baik antara matriks dan pengisi yang dapat meningkatkan sifat kekuatan tarik komposit. 4.17 PENGARUH KOMPOSISI SERBUK SERAT AMPAS TEBU TERMODIFIKASI TERHADAP SIFAT PEMANJANGAN SAAT PUTUS ELONGATION AT BREAK KOMPOSIT HIBRID PLASTIK BEKAS KEMASAN GELAS PBKG JENIS POLIPROPILENA Gambar 4.11 menunjukkan pengaruh komposisi pengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi terhadap sifat pemanjangan saat putus elongation at break komposit hibrid plastik bekas kemasan gelas PBKG jenis polipropilena berpengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi SSAT dan serbuk serat kaca SSK dengan dan tanpa penambahan bahan penyerasi maleat anhidrida - g - polipropilena MAPP. Keterangan : - abcd = perbandingan komposisi PBKGSSATSSKMAPP Gambar 4.11 Pengaruh Komposisi Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi Terhadap Sifat Pemanjangan Saat Putus Elongation at Break Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG Jenis Polipropilena Dari hasil uji sifat pemanjangan saat putus komposit hibrid PBKG berpengisi SSAT dan SSK dengan penyerasi MAPP diperoleh bahwa nilai 7,1 5,9 2,4 4,4 4,0 3,9 3,6 3,2 2,7 2,8 2,6 1 2 3 4 5 6 7 8 P em an jangan S aat P u tus Perbandingan Matriks, Pengisi dan Penyerasi Universitas Sumatera Utara 96 pemanjangan saat putus bahan komposit semakin menurun dengan naiknya komposisi pengisi alami, yaitu 4,0 rasio 7810102 ; 3,6 rasio 6820102 ; 2,7 rasio 5830102 ; dan 2,6 rasio 4840102. Hal yang sama juga diperoleh pada komposit hibrid PBKG berpengisi SSAT dan SSK tanpa penyerasi MAPP yaitu dari 4,4 rasio 8010100 ; 3,9 rasio 7020100 ; 3,2 rasio 6030100 ; dan 2,8 rasio 5040100. Nilai pemanjangan saat putus tertinggi terdapat pada PBKG tanpa pengisi yaitu 7,1. Nilai pemanjangan saat putus mengindikasikan kemampuan suatu material untuk menahan perubahan bentuk tanpa terjadinya patahan. Nilai ini merupakan rasio antara panjang awal material dengan panjang akhir material setelah putus akibat tegangan tarik diberikan. Suatu bahan yang bersifat elastis akan menghasilkan nilai pemanjangan saat putus yang lebih tinggi, dan sebaliknya suatu bahan yang bersifat kaku akan menghasilkan nilai pemanjangan saat putus yang lebih rendah. Penurunan nilai pemanjangan saat putus seiring bertambahnya komposisi pengisi alami dengan penggunaan MAPP disebabkan oleh berkurangnya kemampuan elastisitas matriks dan pengisi di daerah interfasa yang kuat. Penambahan jumlah pengisi juga dapat meningkatkan kekakuan bahan sehingga menurunkan nilai pemanjangan saat putus. Pada jumlah pengisi yang sama tanpa penggunaan MAPP diperoleh nilai pemanjangan saat putus yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh daerah interfasa komposit yang menggunakan MAPP lebih kuat sehingga menciptakan komposit yang lebih kaku dibandingkan komposit yang tidak menggunakan MAPP. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Salmah, dkk 2009 [59] bahwa penambahan jumlah pengisi dapat menurunkan nilai pemanjangan saat putus komposit baik dengan dan tanpa penggunaan penyerasi MAPP. Ia juga melaporkan bahwa komposit yang tidak menggunakan MAPP memiliki nilai pemanjangan saat putus yang lebih tinggi daripada komposit yang menggunakan MAPP pada jumlah pengisi yang sama. Penambahan serat kaca juga memberikan peranan dalam menurunkan nilai pemanjangan saat putus. Hal ini dapat dilihat pada komposit hibrid dengan rasio 881002 diperoleh nilai pemanjangan saat putus 5,9. Penambahan serat kaca menurunkan nilai pemanjangan saat putus komposit hibrid dengan rasio 7810102 menjadi 4. Adanya penurunan sebesar 32,2 ini disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara 97 sifat serat kaca yang memang memiliki sifat pemanjangan saat putus yang rendah. Serat kaca yang memiliki nilai pemanjangan saat putus rendah lebih tidak mampu menahan tegangan daripada pengisi alami yang memiliki sifat kelenturan yang lebih tinggi [26]. Sebaliknya, penambahan pengisi SSAT pada komposit serat kaca meningkatkan nilai pemanjangan saat putus dari komposit tersebut. Hal ini dapat dilihat pada komposit hibrid dengan rasio 880102 diperoleh nilai pemanjangan saat putus 2,4. Penambahan SSAT meningkatkan nilai pemanjangan saat putus komposit hibrid dengan rasio 7810102 menjadi 4,0. Adanya penurunan sebesar 40 ini disebabkan oleh sifat SSAT yang memiliki kelenturan lebih tinggi dari serat kaca. Universitas Sumatera Utara 98 4.18 PENGARUH KOMPOSISI SERBUK SERAT AMPAS TEBU TERMODIFIKASI TERHADAP MODULUS YOUNG KOMPOSIT HIBRID PLASTIK BEKAS KEMASAN GELAS PBKG JENIS POLIPROPILENA Gambar 4.12 menunjukkan pengaruh komposisi pengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi terhadap modulus Young komposit hibrid plastik bekas kemasan gelas PBKG jenis polipropilena berpengisi serbuk serat ampas tebu termodifikasi SSAT dan serbuk serat kaca SSK dengan dan tanpa penambahan bahan penyerasi maleat anhidrida - g - polipropilena MAPP. Keterangan : - abcd = perbandingan komposisi PBKGSSATSSKMAPP Gambar 4.12 Pengaruh Komposisi Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi Terhadap Modulus Young Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG Jenis Polipropilena Dari hasil uji modulus Young komposit hibrid PBKG berpengisi SSAT dan SSK dengan penyerasi MAPP diperoleh bahwa modulus Young bahan komposit semakin meningkat dengan naiknya komposisi pengisi alami, yaitu 361,2 MPa rasio 7810102 ; 389,2 MPa rasio 6820102 ; 436,8 MPa rasio 5830102 ; dan 455,4 MPa rasio 4840102. Hal yang sama juga diperoleh pada komposit hibrid PBKG berpengisi SSAT dan SSK tanpa penyerasi MAPP yaitu dari 281,2 218,4 263,7 456,2 281,2 361,2 316,3 389,2 393,4 436,8 425,7 455,4 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 M od u lu s Y ou n g M P a Perbandingan Matriks, Pengisi dan Penyerasi Universitas Sumatera Utara 99 MPa rasio 8010100 ;316,3 MPa rasio 7020100 ; 393,4 MPa rasio 6030100 ; dan 425,7 MPa rasio 5040100. Nilai modulus Young tertinggi terdapat pada komposit PBKG berpengisi serat kaca yang menggunakan bahan penyerasi MAPP, yaitu 456,2 MPa. Modulus Young adalah rasio antara tegangan dan regangan yang menunjukkan kekakuan dari suatu material. Suatu bahan yang bersifat elastis akan menghasilkan nilai modulus Young yang lebih rendah, dan sebaliknya suatu bahan yang bersifat kaku akan menghasilkan nilai modulus Young yang lebih tinggi. Peningkatan nilai modulus Young seiring bertambahnya komposisi pengisi alami dengan penggunaan MAPP menunjukkan bahwa penambahan pengisi dapat meningkatkan kekakuan material. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kekuatan ikatan matriks dan pengisi di daerah interfasa. Pada jumlah pengisi yang sama tanpa penggunaan MAPP diperoleh nilai modulus Young yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh daerah interfasa komposit tanpa penggunaan MAPP lebih lemah sehingga menciptakan komposit yang memiliki ikatan matriks dan pengisi yang lebih lemah dibandingkan komposit yang menggunakan MAPP. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Salmah, dkk 2009 [59] bahwa penambahan jumlah pengisi dapat meningkatkan nilai modulus Young komposit baik dengan dan tanpa penggunaan penyerasi MAPP. Ia juga melaporkan bahwa komposit yang tidak menggunakan MAPP memiliki nilai modulus Young yang lebih rendah daripada komposit yang menggunakan MAPP pada jumlah pengisi yang sama. Penambahan serat kaca juga memberikan peranan dalam meningkatkan nilai modulus Young. Hal ini dapat dilihat pada komposit hibrid dengan rasio 881002 diperoleh modulus Young 263,7 MPa. Penambahan serat kaca meningkatkan nilai modulus Young komposit hibrid dengan rasio 7810102 menjadi 281,2 MPa. Adanya peningkatan sebesar 6,6 ini disebabkan oleh serat kaca yang memiliki modulus Young yang tinggi 66 - 72 GPa [26]. Sebaliknya, penambahan pengisi SSAT pada komposit serat kaca menurunkan nilai modulus Young dari komposit tersebut. Hal ini dapat dilihat pada komposit hibrid dengan rasio 880102 diperoleh modulus Young 456,2 MPa. Penambahan SSAT menurunkan nilai modulus Young komposit hibrid dengan rasio 7810102 menjadi 361,2 MPa. Universitas Sumatera Utara 100 Adanya penurunan sebesar 20,8 ini disebabkan oleh sifat SSAT yang memiliki kelenturan lebih tinggi dari serat kaca.

4.19 PENGARUH KOMPOSISI SERBUK SERAT AMPAS TEBU TERMODIFIKASI TERHADAP KEKUATAN LENTUR

Dokumen yang terkait

Pembuatan Komposit Biodegradabel dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) dan Polipropilena dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida dan Divinil Benzena Sebagai Agen Pengikat Silang

5 67 113

Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena Tereftalat (PET) Sebagai Matrik Komposit Dengan Bahan Penguat Kaca Serat

2 34 51

Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca

5 55 54

Pembuatan Komposit Polipropilena Dengan Penguat Serat Polipropilena Terorientasi Dan Bahan Pengikat Anhidrida Maleat

0 36 90

Daur Ulang Limbah Plastik Bekas Kemasan Gelas (PBKG) dan Limbah Lignoselulosa dari Serat Tandan Kosong Sawit (STKS) sebagai Bahan Baku Komposit Termodifikasi

0 0 131

Pemanfaatan Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi sebagai Pengisi Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas/Serat Ampas Tebu/Serat Kaca dengan Penambahan Bahan Penyerasi Maleat Anhidrida - g - Polipropilena

0 0 19

Pemanfaatan Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi sebagai Pengisi Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas/Serat Ampas Tebu/Serat Kaca dengan Penambahan Bahan Penyerasi Maleat Anhidrida - g - Polipropilena

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pemanfaatan Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi sebagai Pengisi Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas/Serat Ampas Tebu/Serat Kaca dengan Penambahan Bahan Penyerasi Maleat Anhidrida - g - Polipropilena

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN - Pemanfaatan Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi sebagai Pengisi Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas/Serat Ampas Tebu/Serat Kaca dengan Penambahan Bahan Penyerasi Maleat Anhidrida - g - Polipropilena

0 0 5

Pemanfaatan Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi sebagai Pengisi Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas/Serat Ampas Tebu/Serat Kaca dengan Penambahan Bahan Penyerasi Maleat Anhidrida - g - Polipropilena

0 0 24