Thailand juga concern dengan pembangunan tambak berkelanjutan. Kriteria usaha budidaya berkelanjutan sebagai tambak yang mempunyai
produktivitas tinggi, low problem cost, berdampak rendah terhadap lingkungan. Hasilnya adalah tambak yang mempunyai luas kecil, usaha keluarga dengan
dengan tandon, kolam pemeliharaan dengan kedalaman 1.5 m - 1.7 m dan kolam pengolah limbah. Pembudidaya menggunakan pakan komersial buatan
Thailand, penggunaan kapur sebelum ditanam, rendah FCR, ada periode pengeringan kolam, menerima penyuluhan dari petugas penyuluh. Berlokasi di
daerah mangrove, sehingga permasalahan dengan sedimen, salinitas, dan air relatif rendah.
6.3. Blok Perdagangan Udang Segar
Hasil studi Keefe 2002 menunjukkan bahwa dalam perdagangan udang dunia terjadi substitusi antar satu produk segar, beku, olahan dengan
produk lainnya pada tingkat substitusi berbeda-beda. Udang segar umumnya diperdagangkan untuk diekspor kembali. Belanda, contohnya, mere-ekspor
udang segar dalam rangka memperoleh nilai tambah. Dari total impor senilai US 459 juta pada tahun 2010. Belanda merupakan importir utama dunia
dengan nilai US 52 juta, disusul Belgia US 45 juta, dan Perancis US 35 juta. Di Asia, importir utama yaitu Singapura dengan nilai US 46 juta.
Eksportir utama juga diduduki oleh Belanda dengan nilai US 133 juta, disusul China US 110 juta, dan Malaysia US 47 juta.
Salah satu bentuk udang segar yang diekspor yaitu udang organik yang dikembangkan di beberapa daerah seperti di Sidoarjo dan di sekitar Delta
Mahakam Kalimantan Timur dengan tujuan ekspor ke Jepang. Dewasa ini,
pengembangan udang organik masih belum optimal. Berikut disajikan pembahasan kondisi penawaran dan permintaan berdasarkan tujuan ekspor
yaitu pasar Jepang, AS, dan UE-27.
6.3.1. Pasar Jepang
Hasil pembahasan pada Bab V, Indonesia tidak mempunyai keunggulan komparatif dalam mengekspor udang segar ke pasar Jepang pada periode 2004-
2008. Hasil estimasi pada persamaan penawaran, harga, dan permintaan impor udang segar dicantumkan pada Tabel 26. Berdasarkan Tabel 26 hal tersebut
diindikasikan oleh penurunan jumlah ekspor, penurunan harga ekspor, dan penurunan permintaan. Terjadi tren penurunan jumlah ekspor dan signifikan
pada selang kepercayaan 7. Harga ekspor juga menurun yang nilainya lebih besar dibandingkan tren penurunan harga ekspor udang segar Thailand.
Pengaruh harga ekspor Indonesia kurang responsif dibandingkan dengan pengaruh harga ekspor Thailand ke Jepang. Indonesia hanya market follower
dalam perdagangan udang segar sehingga eksportir perlu memantau perkembangan harga dunia.
Pertama, pengaruh harga ekspor udang segar Indonesia jangka pendek dan jangka panjang tidak responsif terhadap jumlah ekspor. Jumlah ekspor
udang segar Indonesia juga dipengaruhi oleh selisih harga udang segar Thailand di pasar Jepang.
Tabel 26. Hasil Estimasi pada Persamaan Jumlah Ekspor, Harga Ekspor, dan Permintaan Impor Udang Segar Jepang
Variabel Parameter
Dugaan Elastisitas
Prob [ t ]
Endogen Eksogen
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Jumlah ekspor
udang segar Indonesia ke
Jepang QXSIJ
Intersep 0.689240
0.0837 Harga ekspor udang segar
Indonesia ke Jepang 0.015461
0.2992 0.3426
0.2383 Selisih harga ekspor
Thailand ke Jepang -0.00444
-0.0031 -0.0036
0.4137 Produksi udang segar
Indonesia 0.000342
0.2798 0.3204
0.4093 Dummy D_LAW
0.098432 0.3408
Trend waktu -0.054890
0.0734 Jumlah ekspor udang segar
Indonesia beda kala 0.126892
0.3146
R2 = 79.79 Fhitung= 0.0013 Durbin-h stat tidak terdefinisikan
Jumlah ekspor
udang segar Thailand ke
Jepang QXSTJ
Intersep 0.321829
0.0972 Harga udang segar Thailand
ke Jepang beda kala 0.000585
0.0217 0.4839
Harga ekspor udang beku Thailand ke Jepang
-0.00177 -0.0657
0.4507 Dummy penerapan LAW
-0.37324 0.0016
Tren waktu 0.018058
0.0542
R2 = 61.20 Fhitung= 0.0070 DW = 2.655282
Harga ekspor
udang segar Indonesia ke
Jepang PXSIJ
Intersep 1.298599
0.4473 Rasio harga udang segar
dunia terhadap harga beku dunia
2.751579 0.3562
0.6452 0.2964
Nilai tukar RpUS 0.000372
0.2605 0.4718
0.2247 Permintaan udang segar
domestik 0.002523
0.1041 0.1886
0.4435 Tren waktu
-0.27234 0.1886
Harga ekspor udang segar Indonesia ke Jepang beda
kala 0.447904
0.0377
R2 = 49.01 Fhitung= 0.0852 Durbin-h stat tidak terdefinisikan
Harga ekspor
udang segar Thailand ke
Jepang PXSTJ
Intersep 13.51359
0.0011 Rasio harga udang segar
dunia terhadap harga beku dunia
1.158349 0.1370
0.3632 Selisih nilai tukar BahtUS
0.048442 0.0036
0.2694 Trend waktu
-0.40212 0.0010
R2 = 54.902 Fhitung= 0.0064 DW = 1.4630808
Jumlah impor udang
segar Jepang dari
Dunia QMSJD
Intersep -9.43254
0.2264 Harga udang beku dunia
terhadap harga udang segar dunia
1.751793 0.4953
0.7890 0.2050
Jumlah GDP Jepang 0.11496
4.0462 6.4451
0.1931 Tren waktu
-0.15842 0.1345
Jumlah impor udang segar Jepang dari dunia beda kala
0.372196 0.0906
R2 = 50.07 Fhitung= 0.0349 Durbin-h stat tidak terdefinisikan
Peningkatan selisih harga udang segar Thailand tahun berjalan dibandingkan tahun sebelumnya, menurunkan kuantitas ekspor udang segar
Indonesia ke pasar Jepang. Kondisi tersebut diduga karena udang segar merupakan porsi kecil dari ekspor udang Indonesia dan Thailand. Indonesia
dan Thailand kurang berperan dalam perdagangan udang segar dunia. Kedua, pengaruh ketersediaan bahan baku juga tidak responsif. Kondisi
tersebut diduga karena udang segar ke Jepang relatif terbatas. Berdasarkan data UNComtrade tahun 2010, udang segar yang diimpor oleh Jepang
mayoritas berasal dari China dan Philipina. Ketiga, dari sisi permintaan, udang segar Jepang dipengaruhi secara
responsif oleh pendapatan yang diproxy oleh GDP. Peningkatan 1 pendapatan akan meningkatkan permintaan udang segar 4.04 dalam jangka
pendek dan 6.44 jangka panjang. Hal tersebut sejalan dengan studi Keefe 2002, udang segar di Jepang elastis terhadap pendapatan.
Pemenuhan akan persyaratan mutu untuk Indonesia bernilai positif. Hal tersebut diduga karena importir sering melakukan pengecekan langsung.
Dengan demikian, penurunan harga dan penurunan kuantitas eskpor diduga karena pengaruh komposisi produk. Semula mayoritas ekspor udang segar
adalah windu menjadi vaname yang relatif berukuran lebih kecil. Menurut Suryana 1989 harga yang rata-rata lebih tinggi di pasar Jepang disebabkan
kualitas lebih tinggi antara lain ukuran udangnya lebih besar.
6.3.2. Pasar AS
Hasil estimasi pada persamaan jumlah, harga ekspor, permintaan udang segar dari Indonesia dan Thailand ke pasar AS disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Estimasi pada Persamaan Jumlah Ekspor, Harga Ekspor, dan Permintaan Impor Udang Segar AS
Variabel Parameter
Dugaan Elastisitas
Prob [ t ]
Endogen Eksogen
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Jumlah ekspor
udang segar Indonesia ke
AS QXSIA
Intersep 0.313205
0.2169 Harga ekspor udang segar
Indonesia ke AS beda kala 0.010356
0.3096 0.2287
Harga ekspor udang segar Thailand ke AS
-0.03318 -1.1398
0.1164 Produksi udang segar
Indonesia beda kala 0.000379
0.5490 0.3932
Dummy penerapan HACCP 0.162817
0.1478 Tren waktu
-0.00798 0.4141
R2 = 66.19 Fhitung 0.0084 DW=2.248408
Jumlah ekspor
udang segar Thailand ke
AS QXSTA
Intersep -0.23229
0.2075 Harga ekspor udang segar
Thailand ke AS 0.061312
1.5366 0.0041
Selisih harga ekspor udang beku Thailand ke AS
-0.0353 -0.0397
0.1025 Dummy penerapan HACCP
-0.15523 0.0895
Tren waktu 0.011926
0.1581
R2 = 70.10 Fhitung 0.00130 DW = 2.461712
Harga ekspor
udang segar Indonesia ke
AS PXSIA
Intersep -19.2216
0.0542 Harga udang segar dunia
0.464413 0.7265
0.1647 Nilai tukar RpUS
0.001664 1.3992
0.0033 Permintaan udang segar
domestik 0.050524
2.5041 0.0172
Trend waktu -0.89197
0.0241
R2 = 52.60 Fhitung 0.0252 DW = 2.093277
Harga ekspor
udang segar Thailand ke
AS PXSTA
Intersep 8.153858
0.0011 Rasio harga udang segar
dunia terhadap harga udang beku dunia
5.085056 0.7007
0.0102 Selisih nilai tukar BahtUS
0.049712 0.0043
0.1511 Tren waktu
-0.49973 .0001
R2 = 81.13 Fhitung 0.0001 DW=2.671223
Jumlah impor udang
segar AS dari Dunia
QMSAD Intersep
3.270071 0.2477
Harga udang segar dunia beda kala
-0.09349 -0.4031
0.2964 Harga udang beku dunia
0.26262 0.8963
0.2203 Trend waktu
-0.16159 0.1180
R2 = 59.58 Fhitung= 0.0029 DW = 1.083267
Pertama, pengaruh harga ekspor udang segar Thailand ke AS lebih responsif dibandingkan dengan pengaruh harga ekspor udang segar Indonesia.
Peningkatan 1 harga ekspor udang segar Indonesia beda kala meningkatkan jumlah ekspor 0.03096, dan setiap peningkatan harga ekspor udang segar
Thailand 1 akan menurunkan jumlah ekspor Indonesia sebesar 1.1398. Sebaliknya, jumlah ekspor Thailand ke AS secara responsif dalam jangka
pendek dipengaruhi oleh harga ekspor riil Thailand dengan nilai elastisitas 1.5366. Dengan demikian, Thailand dapat menggunakan harga jual untuk
meningkatkan pangsa pasar, sedangkan harga ekspor Indonesia kurang responsif sehingga untuk meningkatkan pangsa pasar diperlukan diferensiasi
produk. Kedua, harga ekspor Indonesia responsif terhadap permintaan udang
segar domestik. Artinya bahwa ketersediaan bahan baku menjadi penting untuk ekspor ke AS. Menurut Keefe 2002, secara umum ketersediaan bahan
baku menjadi penting karena penurunan 30 penawaran akan meningkatkan harga udang dunia 29.2.
Ketiga, dummy persyaratan mutu Indonesia ke AS bernilai positif, artinya Indonesia dapat beradaptasi dengan persyaratan mutu oleh pasar AS.
Hal tersebut diduga karena HACCP telah diterapkan relatif lama yaitu sejak tahun 1996. Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia antara
lain dengan membentuk otoritas kompeten yang mensinergikan mutu dan keamanan hasil produk perikanan sejak kegiatan primer sampai dengan
pengolahan. Pada tingkat pembudidaya, kegiatan yang dilakukan antara lain penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik. Namun demikian, hasilnya belum
optimal. Sampai dengan tahun 2011 baru sekitar 800-an dari ribuan pembudidaya baik untuk perikanan tawar, payau, maupun laut yang
memperoleh sertifikat CBIB.
6.3.3. Pasar UE-27
Hasil estimasi pada persamaan jumlah dan harga ekspor udang segar Indonesia dan Thailand ke UE-27 disajikan pada Tabel 28. Berdasarkan Tabel
28, pengaruh harga ekspor Indonesia terhadap jumlah ekspor ke UE tidak responsif. Permintaan udang segar oleh UE dalam jangka panjang dipengaruhi
oleh harga udang segar beda kala. Pengaruh dummy penerapan mutu bernilai negatif untuk Indonesia di
pasar UE-27. Pada periode 1999-2002, daftar peringatan dini untuk pangan dan pakan Rapid Alert Sistem for Food and FeedRASFF asal Indonesia ke pasar
UE meningkat dari 79 menjadi 94, 112, dan 217 kasus. Pada periode 2004- 2008 terjadi penurunan berturut-turut dari 59 kasus menjadi 49, 34, 17, dan 3
kasus. Khusus untuk udang, RASFF periode 2003-2006 berturut-turut adalah 12, 16, 8, dan 4 kasus Simangunsong, 2008.
Kondisi tersebut diduga karena faktor jarak mempengaruhi dan ketidaksiapan infrastruktur pendukung.
Terkait infrastruktur, contohnya, menurut
Chiang dan Liao 1985 dalam Ling et al., 1996 pada periode 1989-1991 Taiwan mempunyai keunggulan komparatif mengekspor udang bermutu
seperti udang hidup ke Jepang dengan nilai RCA 17.2 - 19.1 dan bentuk peeled fresh ke AS karena memadainya jaringan pengapalanpengiriman,
kemasan, dan transportasi. Dengan lama perjalanan sampai 15 jam, tingkat kelangsungan hidup udang mencapai di atas 80. Di Indonesia penggunaan
kapal pengangkut khusus, masih terbatas pada ekspor ikan hidup terutama ikan kerapu dan lobster. Australia mempunyai keunggulan dalam menjual udang
lobster hidup karena menggunakan pesawat Goodrick et al. 1993.
Tabel 28. Hasil Estimasi pada Persamaan Jumlah Ekspor, Harga Ekspor, dan Permintaan Impor Udang Segar UE-27
Variabel Parameter
Dugaan Elastisitas
Prob [ t ]
Endogen Eksogen
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Jumlah ekspor
udang segar Indonesia ke
UE-27 QXSIU
Intersep 0.331714
0.0060 Selisih harga ekspor udang
segar Indonesia ke UE-27 0.046655
0.0054 0.0829
Dummy penerapan MRL -0.00946
0.4616 Tren waktu
-0.01012 0.4479
Produksi udang segar Indonesia
0.000051 0.46155
0.2041
R2 = 49.97 Fhitung= 0.0358 DW= 2.731438
Jumlah ekspor
udang segar Thailand ke
UE-27 QXSTU
Intersep 0.043619
0.4104 Rasio harga ekspor udang
segar Thailand terhadap harga ekspor udang segar
Indonesia ke UE-27 0.048374
0.4346 0.6865
0.2416 Dummy penerapan MRL
0.030801 0.3464
Tren waktu -0.00237
0.3909 Jumlah ekspor udang segar
Thailand ke UE-27 beda kala
0.366888 0.1027
R2 = 23.49 Fhitung 0.4057 Durbin-h stat tidak terdefinisikan
Harga ekspor
udang segar Indonesia ke
UE-27 PXSIU
Intersep -0.86622
0.3462 Harga udang segar dunia
beda kala 0.111618
0.2887 0.8507
0.1004 Nilai tukar riil RpUS beda
kala 0.000064
0.0886 0.2610
0.2707 Permintaan udang segar
domestik beda kala 0.001859
0.1421 0.4187
0.2080 Harga udang segar Indonesia
ke UE-27 beda kala 0.66058
0.0011
R2 = 59.32 Fhitung 0.0095 Durbin-h = 2.668498
Harga ekspor
udang segar Thailand ke
UE-27 PXSTU
Intersep 9.320629
0.0013 Rasio harga udang segar
dunia terhadap harga udang beku
0.102881 0.0165
0.4826 Selisih nilai tukar BahtUS
0.014955 0.0015
0.3943 Tren waktu
-0.15331 0.0323
R2 = 27.06 Fhitung 0.1807 DW = 1.706386
Jumlah impor udang
segar UE-27 dari Dunia
QMSUD Intersep
7.622035 0.2969
Selisih harga udang segar dunia terhadap harga beku
dunia -2.99104
-0.3771 -1.0305
0.3862 Jumlah impor udang segar
UE-27 dari dunia, beda kala 0.634033
0.0038
R2 = 45.65 Fhitung= 0.0076 Durbin-h = -0.085062
Dummy persyaratan mutu ekspor Thailand ke UE bernilai positif atau udangnya sudah memenuhi persyaratan mutu. Upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Thailand pada tingkat pembudidaya jauh lebih maju, CBIB atau GAP sampai dengan tahun 2006 telah menjangkau sekitar 34 000 petambak,
dan yang memiliki sertifikat Code of Conduct CoC sebanyak 491 petambak. Selain itu, menurut Manarungsan et al., 2005, pada periode 1998-2002
Thailand juga mengeluarkan biaya rata-rata US 9.95ton untuk pengujian antibitotika chloramphenicol dan nitrofurans di laboratorium, dan US 4.3
juta untuk pembelian alat-alat laboratorium. Dalam rangka mengatasi permasalahan mutu, menurut Simangunsong
2008 pendekatan end process saat ini sudah tidak mencukupi, tetapi memerlukan pendekatan in process. Pengujian pada produk akhir kurang
mencegah terjadinya kontaminan pada produk pangan dibandingkan program in process. Akan tetapi, penerapan HACCPPMMT tidak mudah diaplikasikan
pada tiap tahapan kegiatan, khususnya ditingkat produksi primer. Agar terjadi keefektifan penggunaan Program tersebut ditiap rantai pasokan, maka perlu
kombinasi dengan program lainnya. Selain itu, kontrol keamanan hasil produk perikanan tidak akan berhasil tanpa dukungan pemerintah dan pihak swasta.
Faktor lainnya yang diduga berpengaruh terhadap daya saing adalah jumlah total ekspor seluruh barang Indonesia ke pasar tertentu dan jumlah
ekspor dari seluruh negara ke pasar tersebut. Faktor tersebut merupakan variabel eksogen dalam Model. Dalam kasus udang segar ini, pertumbuhan
ekspor total seluruh barang asal Indonesia ke Jepang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya sehingga RCA menjadi lebih rendah. Artinya udang segar
tersebut tidak menjadi spesialisasi untuk diperdagangkan, atau kurang diprioritaskan. Kondisi di atas cukup menjelaskan mengapa terjadi penurunan
keunggulan komparatif untuk udang segar Indonesia
6.4. Blok Perdagangan Udang Beku