Hasil Validasi Model Daya Saing Udang Indonesia

IX. DAMPAK KEBIJAKAN DOMESTIK TERHADAP DAYA SAING SEBAGAI DASAR STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR Berikut disajikan pembahasan untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga yaitu menganalisis dampak alternatif kebijakan terhadap daya saing sebagai dasar strategi peningkatan ekspor udang Indonesia.

9.1. Hasil Validasi Model Daya Saing Udang Indonesia

Validasi Model Daya Saing Udang Indonesia secara historis periode tahun 2004-2008 dilakukan menggunakan kriteria statistik RMSPE, dan Theil’s Inequality U-Theils. Hasil validasi menunjukkan bahwa terdapat 53 persamaan dari 86 persamaan memiliki nilai RMSPE dibawah 30, dan Nilai U-Theils rata-rata 0.3782. Walaupun beberapa persamaan memiliki validasi yang lemah, namun dekomposisi U-Theils BiasUM, RegUR, dan VarUS mendekati nol. Dengan demikian, Model Daya Saing Udang Indonesia yang dibangun dianggap layak dan mempunyai daya prediksi yang cukup valid untuk melakukan simulasi historis. 9.2. Evaluasi Dampak Alternatif Simulasi Kebijakan Domestik Periode Historis Tahun 2004-2008 terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Simulasi alternatif kebijakan domestik dilakukan melalui kebijakan fiskal subsidi dan moneter penurunan tingkat suku bunga. Evaluasi kebijakan dilakukan dengan membandingkan dampak yang ditimbulkan oleh alternatif kebijakan simulasi kebijakan dengan tanpa alternatif kebijakan simulasi dasar. Alternatif kebijakan yang dipilih didasarkan pada kondisi pengamatan tahun 2004-2008 dengan pertimbangan pada periode tersebut terjadi pergantian udang windu dengan udang vaname, sejalan dengan pembahasan pada Bab V. Dengan demikian, hasil simulasi yang disajikan merupakan kondisi relatif terhadap kondisi yang terjadi pada periode 2004- 2008. Hasil evaluasi tersebut dapat diharapkan menjadi landasan dalam rangka mencari strategi peningkatan kinerja ekspor. Dampak berbagai alternatif kebijakan terhadap beberapa variabel penting disajikan pada Tabel 45 sampai dengan Tabel 53, dan secara lengkap disajikan pada Lampiran 8.

9.2.1. Tingkat Pendidikan Meningkat Sebesar 40 Persen

Kebijakan peningkatan pendidikan bertujuan mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerja, yang dalam Model Daya Saing Udang Indonesia dicirikan dengan peningkatan pertumbuhan TFP. Pertumbuhan TFP mempengaruhi produksi udang tambak, mendorong ketersediaan bahan baku udang segar dan beku, dan mendorong kuantitas ekspor. Salah satu kegiatan terkait hal tersebut yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan BPSDM KP yaitu pemberian beasiswa pendidikan terhadap anak pelaku utama nelayanpembudidaya. Hasil simulasi dampak peningkatan tingkat pendidikan sebesar 40 disajikan pada Tabel 45. Berdasarkan Tabel 45, peningkatan pendidikan menyebabkan pertumbuhan TFP sebesar 0.5736 dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan TFP periode sebelumnya, dan produksi udang tambak meningkat 1.0101. Peningkatan produksi udang tambak mendorong peningkatan produksi udang segar 0.5989 dan terjadi kelebihan penawaran sehingga harga udang domestik turun 0.0046. Peningkatan bahan baku berupa udang segar mendorong peningkatan ekspor udang segar ke Jepang 1.081 dan ke UE-27 0.1196. Tabel 45. Dampak Kebijakan Peningkatan Tingkat Pendidikan Sebesar 40 Persen terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar Pertumbuhan TFP 1.011 0.5736 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 1.0101 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 0.5989 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 -0.0062 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 1.0801 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 0.0000 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 0.1196 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 -0.0090 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 -0.0162 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 -0.0102 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 1.0480 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 -0.0100 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0000 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 0.0496 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 0.4645 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 0.1808 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 0.2479 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 0.0000 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.0247 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0000 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 0.0136 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 0.0000 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.0114 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0000 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 -0.0013 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0048 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0009 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0002 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0000 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 0.0000 Peningkatan produksi udang 1.048 menyebabkan penurunan harga udang beku domestik 0.01, serta mendorong peningkatan kuantitas ekspor udang beku ke Jepang, AS, dan UE-27 masing-masing 0.0946, 0.469, dan 0.180. Berdasarkan kuantitas, peningkatan terbesar terjadi pada ekspor udang beku ke AS sebesar 0.1295 ribu ton. Hal tersebut diduga karena pada periode pengamatan 2004-2008, mayoritas ekspor Indonesia dalam bentuk udang beku. Berdasarkan prosentase perubahan, peningkatan terbesar yaitu ekspor udang segar ke Jepang mencapai 1.081. Berdasarkan tujuan ekspor, peningkatan kuantitas ekspor udang beku ke AS lebih besar dibandingkan kedua pasar lainnya, disebabkan elastisitas permintaan udang oleh AS lebih tinggi dibandingkan dua pasar lainnya. Kurangnya daya dorong dari pengaruh pertumbuhan TFP terhadap produksi diduga karena pada periode pengamatan 2004-2008 terjadi stagnasi kemajuan teknologi akibat permasalahan penyakit belum dapat diatasi. Secara umum, kebijakan ini juga kurang berpengaruh terhadap permintaan dan harga udang segar, beku, maupun olahan. Meskipun demikian, hasil studi menunjukkan bahwa penting pengembangan sumberdaya manusia. Usaha budidaya udang di tambak memerlukan keahlian dan keterampilan khusus sehingga kebijakan peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan menjadi penting. Studi Tajerin 2007 yang menggunakan fungsi produksi stochastic frontier memperoleh efisiensi teknis udang Indonesia sekitar 56. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih terbuka peluang peningkatan efisiensi yang salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan dan pengalaman pembudidaya udang. Data hasil survey sosek perikanan tahun 2005 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas pembudidaya udang hanyalah tamatan SD tidak tamat sekolah sebanyak 3.2, tamatan SD sebanyak 43.6 DJPB, 2005. Angka tersebut tidak tidak jauh beda berdasarkan survey NACA terhadap 134 pembudidaya diperoleh data yaitu 35.1 berpendidikan SD, 23.1 SMP, dan hanya 2.2. lulusan perguruna tinggi NACA, 2010. Di Thailand, studi Sriwichailamphan 2007 dari 350 orang responden pembudidaya sebanyak 28.7 berpendidikan sarjana dan master 2.6. Pengembangan kompetensi pembudidaya dapat dilakukan melalui pemanfaatan Unit Pelaksana Teknis UPT baik lingkup BPSDM, DJPB, dan Badan Litbang KP untuk lebih banyak melakukan pelatihan pada keahlian tertentu. Keahlian dan keterampilan khusus yang diperlukan antara lain untuk mengatasi permasalahan penyakit, manajemen pakan, dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, kebijakan peningkatan tingkat pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas tenaga menjadi penting dan pada tataran praktis hal tersebut dapat diarahkan untuk keahlian khusus, dengan prioritas antara lain mengenai penanganan masalah penyakit.

9.2.2. Peningkatan Anggaran Irigasi Pemerintah Sebesar 7.48 Kali

Tujuan simulasi kebijakan peningkatan anggaran irigasi melalui APBN sebesar 7.48 kali untuk meningkatkan ketersediaan air baik untuk saluran pasok maupun saluran buang. Permasalahan utama terkait irigasi yaitu pendangkalan akibat sedimentasi, baik dari hulu sungai maupun dari hilir saat pasang naik. Permasalahan lain yaitu terbatasnya kelembagaan pengelola seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A pada jaringandaerah irigasi. Selain itu, p embenahan saluran irigasi juga biasanya terkendala oleh penolakan masyarakat karena sengketa kepemilikan lahan dan akan merubah lay out lahan. Padahal pemisahan saluran pasok dan saluran pembuangan merupakan bagian dari penerapan CBIB. Sejalan dengan hasil simulasi pada skenario pertama, penambahan anggaran irigasi mempengaruhi produktivitas. Dengan tersedianya kebutuhan air laut maupun air tawar, memungkinkan pembudidaya merubah sistem usaha budidaya dari sebelumnya non-intensif menjadi semi-intensif atau intensif. Dalam Model, anggaran irigasi berpengaruh terhadap pertumbuhan TFP selanjutnya berpengaruh terhadap produksi. Dampak simulasi kebijakan disajikan pada Tabel 46. Hasil simulasi, peningkatan anggaran pemerintah untuk pembangunan rehabilitasi irigasi sebanyak 7.48 kali meningkatkan produktivitas yang diukur dari pertumbuhan TFP sebesar 0.1676 dan produksi udang tambak 0.3157. Peningkatan produksi menyebabkan ketersediaan bahan baku meningkat dan mempengaruhi jumlah ekspor. Kuantitas ekspor meningkat 0.2700 yaitu untuk udang segar ke Jepang, disusul oleh ekspor udang beku ke AS sebesar 0.1357. Sejalan dengan skenario pertama, perubahan kuantitas pada ekspor udang beku lebih besar dibandingkan dua produk lainnya. Hal tersebut karena pada periode pengamatan tahun 2004-2008 komposisi ekspor udang Indonesia didominasi udang beku. Tabel 46. Dampak Kebijakan Peningkatan Anggaran Irigasi 7.46 Kali terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar Pertumbuhan TFP 1.011 0.1676 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 0.3157 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 0.1872 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 -0.0021 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 0.2700 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 0.0000 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 0.0598 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 -0.0045 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 0.0000 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 -0.0038 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 0.3309 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 -0.0100 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0000 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 0.0119 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 0.1357 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 0.0531 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 0.0826 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 0.0000 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.0000 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0000 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 0.0068 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 0.0000 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.0043 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0000 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0016 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0004 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0000 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0000 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 0.0000 Rendahnya daya dorong dampak peningkatan anggaran irigasi terhadap produksi diduga disebabkan studi ini fokus pada anggaran pembangunan rehabilitasi saluran tambak dari pemerintah yang relatif terbatas. Anggaran pemerintah terkait pembangunan saluran irigasi selama Pelita II untuk tambak seluas 15 247 Ha senilai Rp359 juta, Pelita III seluas 14 127 Ha senilai Rp951 juta, Pelita IV seluas 24 181 Ha senilai Rp21.3 milyar, Pelita V seluas 12 421 Ha senilai 9.2 milyar, Pelita VI seluas 26 633 Ha senilai Rp20.9 milyar. Kegiatan cukup besar yaitu melalui kegiatan Rehabilitasi Peningkatan Tambak Dana Stimulus Fiskal Prasarana Tambak TA 2009 seluas 64 826 Ha senilai Rp308 milyar di 16 provinsi Direktorat Rawa dan Pantai, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, 2009. Pembangunanrehabilitasi saluran tambak terutama untuk mendukung tambak-tambak semi-intensif dan ekstensif yang produktivitasnya rendah. Tambak intensif yang dikelola swasta umumnya membangun saluran pemasukan dan pembuangan dengan anggaran sendiri. Berdasarkan kondisi di atas, pembangunan atau rehabilitasi irigasi memerlukan anggaran relatif besar, di lain pihak anggaran Kementerian terbatas, sehingga pembangunan irigasi kurang mendapat prioritas. Selain itu, kewajiban untuk saluran irigasi primer dan sekunder masih menjadi tanggung jawab Kementerian PU. Implikasi dari studi ini bahwa penting untuk melanjutkan kerjasama dengan instansi lain seperti Kementerian PU dalam rehabilitasipembangunan saluran tambak. Guna mendukung hal tersebut, programkegiatan pemerintah terkait saluran irigasi berupa pengadaan alat beratbachoe ke beberapa kabupaten terpilih. Namun kegiatan tersebut belum optimal karena pelaksanaannya terkendala oleh kelembagaan pengelola dan kewajiban PNBP sehingga beberapa daerah mengalami kesulitan. Secara ringkas, kebijakan infrastruktur berupa penambahan anggaran irigasi sangat diperlukan. Akan tetapi, berdasarkan periode pengamatan 2004- 2008 kurang memberikan daya dorong yang kuat disebabkan alokasi anggaran irigasi melalui APBN pada periode tersebut masih terbatas.

9.2.3. Subsidi Harga Pakan Sebesar 11 Persen

Pakan merupakan penyumbang terbesar biaya variabel pada budidaya udang yang menggunakan teknologi intensif dan semi-intensif sekitar 40- 60 sehingga pengurangan biaya pakan menjadi penting. Pakan di Indonesia relatif lebih mahal, yaitu dua kali dibandingkan Panama, 15 lebih tinggi dibandingkan Thailand, dan 40 lebih tinggi dibandingkan China IFC, 2006. Selain itu, pakan juga merupakan faktor paling berpengaruh terhadap efisiensi Gunaratne dan Leung, 1996. Peningkatan daya saing dari sisi biaya produksi akan mengalami kesulitan jika harga input naik terus, sedangkan harga output relatif stagnan. Untuk itu, kebijakan ini diharapkan mampu mengurangi biaya produksi. Dalam Model yang dibangun, pengurangan biaya pakan mendorong penggunaan pakan sehingga kuantitas produksi udang meningkat. Peningkatan produksi udang meningkatkan ketersediaan bahan baku berupa udang segar untuk industri udang beku, dan udang beku untuk industri udang olahan. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 47. Tabel 47. Dampak Kebijakan Subsidi Harga Pakan sebesar 11 Persen terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar Pertumbuhan TFP 1.011 0.0000 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 14.2992 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 8.4784 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 -0.0906 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 15.5716 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 -0.1155 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 1.3756 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 -0.1085 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 -0.2265 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 -0.1458 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 15.0028 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 -0.1499 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0000 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 0.6550 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 6.5564 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 2.5432 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 2.7273 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 0.0000 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.1233 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0217 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 0.2236 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 0.0323 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.1525 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0000 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 -0.0239 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0706 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 -0.0087 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0092 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0003 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0198 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 -0.0013 Berdasarkan hasil simulasi, subsidi harga pakan sebesar 11 menyebabkan produksi udang tambak meningkat sebesar 14.2992 dan produksi udang segar meningkat 8.4748. Ketersediaan bahan baku udang segar mendorong kuantitas ekspor udang segar ke Jepang yaitu 15.5716. produksi udang beku meningkat 15.0028 dan mendorong peningkatan ekspor udang beku AS sebesar 5.5564. Hasil dampak kebijakan subsidi harga pakan menunjukkan bahwa budidaya udang masih berada pada kondisi increasing return to scale karena mayoritas tambak dikelola menggunakan teknologi semi-intensif dan tradisional. Dari aspek penawaran, kebijakan subsidi pakan menyebabkan peningkatan produksi udang tambak 8.4784. Akibatnya harga udang domestik menurun -0.0906 untuk udang segar, dan -0.01499 untuk udang beku. Dari sisi permintaan, subsidi pakan menyebabkan penurunan harga udang beku dunia -0.1525 sehingga kuantitas impor udang beku Jepang, AS, dan UE-27 meningkat. Kuantitas impor udang olahan dari ketiga importir utama tersebut relatif tidak mengalami perubahan. Hal tersebut disebabkan mayoritas ekspor Indonesia pada periode pengamatan yaitu tahun 2004-2008 masih didominasi oleh udang beku. 1. Hasil simulasi menunjukkan pentingnya pengurangan biaya pakan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi mahalnya harga pakan yaitu kegiatan pembuatan pabrik pakan mini di beberapa kabupaten. Ketersediaan bahan baku lokal dan kelembagaan pengelolaan di dinas kelautan dan perikanan kabupaten menyebabkan pembanfaatan pabrik pakan mini tersebut kurang optimal. Upaya lain yang dilakukan pemerintah yaitu Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah PPN-DTP terhadap bahan baku pakanpakan impor PPN barang strategis sebesar 10 yaitu untuk tahun 2008 sebesar 132 milyar dan tahun 2009 sebesar 150 milyar. Terkait dengan pakan, selain penyediaan bahan baku berupa jagung, upaya penelitian mencari pengganti tepung ikan yang lebih murah, misalnya menggunakan sumber protein nabati menjadi penting. Diperlukan juga sinergitas kegiatan dengan Kementerian Pertanian terkait penyediaan jagung dan kedelai sebagai bahan baku pakan.

9.2.4. Subsidi Harga BBM sebesar 30 Persen

Biaya BBM menyumbang sekitar 15 dari biaya produksi pada pemeliharaan udang dengan sistem intensif dan semi-intensif. Penurunan biaya BBM berdasarkan pengalaman pada tambak yang dikelola oleh CP Prima 2006 dilakukan dengan menggunakan kincir jenis tertentu sehingga terjadi penghematan energi sebesar 26. Dampak subsidi harga BBM meningkatkan penggunaan BBM sehingga produksi udang tambak dan udang hasil penangkapan meningkat. Keduanya berpengaruh terhadap produksi udang segar sebagai bahan baku untuk industri udang beku, dan udang beku sebagai bahan baku untuk industri udang olahan. Hasil simulasi kebijakan disajikan pada Tabel 48. Berdasarkan Tabel 48 dampak kebijakan subsidi harga BBM relatif sama dengan kebijakan subsidi pakan, yang membedakan adalah besaran perubahannya. Produksi udang tambak meningkat 0.6944, harga udang segar domestik menurun 0.0042 dan kuantitas ekspor udang beku ke AS meningkat sebesar 0.3197. Tabel 48. Dampak Kebijakan Subsidi Harga BBM sebesar 30 Persen terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar Pertumbuhan TFP 1.011 0.0000 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 0.6944 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 0.4305 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 -0.0042 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 0.7201 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 0.0000 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 0.0598 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 -0.0045 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 -0.0081 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 -0.0064 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 0.7170 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 -0.0100 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0000 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 0.0417 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 0.3197 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 0.1293 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 0.1653 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 0.0000 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.0000 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0000 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 0.0136 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 0.0000 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.0071 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0000 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 -0.0013 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0032 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0004 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0002 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0000 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 0.0000

9.2.5. Penurunan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Sebesar 30 Persen

Usaha budidaya atau penangkapan udang termasuk kedalam usaha padat modal sehingga dipengaruhi tingkat suku bunga pinjaman. Tingkat suku bunga pinjaman di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman di Thailand. Penurunan tingkat suku bunga menggambarkan instrumen kebijakan moneter yang diharapkan mendorong peningkatan investasi, sebagai insentif dalam mendorong industri pengolahan. Dalam Model Daya Saing Udang Indonesia, penurunan tingkat suku bunga pinjaman meningkatkan produksi udang budidaya dan hasil penangkapan. Peningkatan produksi tersebut mengakibatkan bahan baku untuk industri udang beku dan industri udang olahan meningkat sehingga kuantitas ekspor meningkat. Penurunan tingkat suku bunga juga menjadi insentif bagi peningkatan produksi industri udang olahan. Hasil simulasi dampak kebijakan penurunan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 30 disajikan pada Tabel 49. Berdasarkan Tabel 49, penurunan tingkat suku bunga sebesar 30 dari rata-rata tingkat suku bunga pinjaman yang ada maka produksi udang beku meningkat 0.7170 dan permintaan udang beku oleh industri udang olahan meningkat 0.0748. Relatif rendahnya peningkatan permintaan udang beku oleh industri olahan disebabkan pada periode 2004-2008 ekspor udang Indonesia masih dominan dalam bentuk udang beku. Tabel 49. Dampak Kebijakan Penurunan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Sebesar 30 Persen terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar 1 Pertumbuhan TFP 1.011 0.0000 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 0.0000 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 0.0000 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 0.0050 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 0.0000 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 0.0000 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 0.0000 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 0.0045 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 -0.0081 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 0.0128 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 0.7170 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 0.0100 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0667 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 -0.5501 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 0.2794 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 0.2236 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 -0.0826 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 -0.0488 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.0000 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0000 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 -0.0068 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 -0.0065 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.0057 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0748 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0747 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 0.0340 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0385 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 0.0544 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0338 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0002 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0198 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 -0.0013 9.2.6. Kombinasi Skenario 3 Subsidi Harga Pakan 11 persen dan Skenario 2 Peningkatan Anggaran Irigasi 7.46 kali Berdasarkan hasil simulasi sebelumnya, alternatif kebijakan yang mempunyai daya dorong terbesar terhadap penawaran dan permintaan yaitu subsidi harga pakan. Oleh karena itu, simulasi ini merupakan gabungan antara kebijakan subsidi pakan, dan peningkatan anggaran irigasi. Rehabilitasi pembangunan irigasi yag dialkukan yaitu di saluran tersier karena kewajiban untuk saluran primer dan sekunder menjadi tanggung jawab Kementerian PU. Dampak kebijakan dua skenario tersebut hasilnya diringkas pada Tabel 50. Berdasarkan Tabel 50, hasil skenario kebijakan tersebut meningkatkan produksi udang 14.6149. Produksi udang segar meningkat 8.6468, produksi udang beku meningkat 15.2785 sehingga berpengaruh terhadap jumlah ekspor masing-masing produk udang tersebut. Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang dan UE-27 meningkat lebih besar dibandingkan ke pasar AS. Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS lebih besar dibandingkan ke Jepang dan UE-27. Sebaliknya, di UE-27 terjadi peningkatan udang beku lebih besar dibandingkan dua produk udang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil estimasi yaitu penawaran ekspor udang beku ke UE-27 lebih responsif dibandingkan ke pasar lainnya. Perubahan ekspor untuk udang olahan terbesar terjadi di pasar AS, disusul UE- 27 dan Jepang. Hal tersebut sesuai dengan hasil estimasi bahwa perubahan ekspor ke AS lebih elastis. Tabel 50. Dampak Kebijakan Subsidi Pakan dan Peningkatan Anggaran Irigasi terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar Pertumbuhan TFP 1.011 0.1676 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 14.6149 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 8.6468 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 -0.0923 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 15.9316 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 -0.1155 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 1.4354 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 -0.1131 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 -0.2265 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 -0.1484 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 15.2785 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 -0.1599 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0000 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 0.6666 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 6.6921 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 2.5963 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 2.8099 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 0.0000 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.1233 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0217 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 0.2304 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 0.0323 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.1554 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0000 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 -0.0239 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0722 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 -0.0087 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0096 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0003 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0198 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 -0.0013

9.2.7. Kombinasi Skenario 3 Subsidi Harga Pakan 11 persen dan Subsidi Harga Benur 40 persen

Dewasa ini petambak tradisional mengalami kesulitan memperoleh benur bermutu. Berdasarkan data lapangan, perbedaan harga benur antara udang vaname nusantara dengan induk F-1 dari Hawaii sekitar Rp14ekor. Subsidi harga pakan dan subsidi harga benur merupakan kebijakan internal Kementerian Kelautan dan Perikanan, sehingga tidak tergantung pada intansi lain. Tujuan kebijakan dalam rangka meningkatkan produksi dengan membantu petambak semi intensif memanfaatkan tambak idle. Subsidi pakan juga diharapkan mendorong petambak tradisional berubah menjadi tradisional plus, dan mendukung petambak yang menggunakan teknologi semi intensif. Hal ini penting mengingat mayoritas pembudidaya di Indonesia adalah tradisional dan semi intensif. Dampak kebijakan dua skenario tersebut hasilnya diringkas pada Tabel 51. Berdasarkan Tabel, skenario kebijakan tersebut meningkatkan produksi udang tambak 14.3308. Produksi udang segar meningkat 8.4971 dan produksi udang beku meningkat 15.0028. Sejalan dengan skenario sebelumnya, kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang dan UE-27 meningkat lebih besar dibandingkan ke pasar AS. Kuantitas ekspor udang beku dan olahan Indonesia ke AS lebih besar dibandingkan ke Jepang dan UE-27. Hal tersebut sesuai dengan hasil estimasi bahwa perubahan ekspor ke AS lebih elastis. Tabel 51. Dampak Kebijakan Subsidi Harga Pakan 11 persen dan subsidi harga benur 40 persen terhadap Penawaran dan Permintaan Udang Indonesia Variabel Endogen Nilai Dasar Pertumbuhan TFP 1.011 0.0000 Produksi udang tambak ribu ton 316.800 14.3308 Total produksi udang segar Indonesia ribu ton 534.300 8.4971 Harga udang segar domestik ribu Rpkg 24.064 -0.0906 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke Jepang ribu ton 0.111 15.6616 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke AS ribu ton 0.346 -0.1155 Kuantitas ekspor udang segar Indonesia ke UE-27 ribu ton 0.167 1.3756 Kuantitas impor udang segar Jepang dari dunia ribu ton 2.211 -0.1085 Kuantitas impor udang segar AS dari dunia ribu ton 1.236 -0.2265 Kuantitas impor udang segar UE-27 dari dunia ribu ton 7.817 -0.1458 Permintaan udang segar oleh industri udang beku ribu ton 298.000 0.0000 Total Produksi udang beku Indonesia ribu ton 181.300 15.0028 Harga udang beku domestik ribu Rpkg 45.455 -0.1499 Permintaan udang beku domestik ribu ton 57.248 0.0000 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke Jepang ribu ton 42.902 0.6562 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke AS ribu ton 38.470 6.5694 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke UE-27 ribu ton 19.412 2.5484 Kuantitas ekspor udang beku Indonesia ke dunia ribu ton 121.000 2.7273 Kuantitas impor udang beku Jepang dari dunia ribu ton 205.000 0.0000 Kuantitas impor udang beku AS dari dunia ribu ton 405.500 0.1233 Kuantitas impor udang beku UE-27 dari dunia ribu ton 461.000 0.0217 Total ekspor udang beku dunia ribu ton 1,476.000 0.2236 Total impor udang beku dunia ribu ton 1,548.100 0.0323 Harga riil udang beku dunia USkg 7.015 -0.1525 Permintaan udang beku oleh industri udang olahan ribu ton 51.077 0.0000 Produksi udang olahan Indonesia ribu ton 25.569 0.0000 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke Jepang ribu ton 7.939 -0.0239 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke AS ribu ton 6.234 0.0706 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke UE-27 ribu ton 4.596 -0.0087 Kuantitas ekspor udang olahan Indonesia ke dunia ribu ton 22.809 0.0092 Kuantitas impor udang olahan Jepang dari dunia ribu ton 59.460 0.0003 Kuantitas impor udang olahan AS dari dunia ribu ton 132.500 0.0000 Kuantitas impor udang olahan UE-27 dari dunia ribu ton 113.000 0.0000 Total ekspor udang olahan dunia ribu ton 505.200 0.0198 Total impor udang olahan dunia ribu ton 583.000 0.0000 Harga riil udang olahan dunia USkg 7.982 -0.0013 9.3. Evaluasi Dampak Alternatif Simulasi Kebijakan Domestik Periode Historis Tahun 2004-2008 terhadap Daya Saing Udang Indonesia Dampak alternatif kebijakan terhadap daya saing dianalisis berdasarkan perubahan pangsa pasar hanya menggunakan indeks RCA, sedangkan penggunaan CMSA tidak dilakukan. Pertimbangannya yaitu Model yang dibangun, tidak mengakomodir harga impor baik sebagai variabel endogen maupun variabel eksogen sehingga tidak diketahui pangsa impor dari masing- masing importir. Pada priode tersebut terjadi perubahan komposisi ekspor, yang semula udang windu yang relatif berukuran besar menjadi udang vaname yang berukuran relatif kecil. Dengan demikian, analisis CMSA berdasarkan kuantitas menjadi kurang relevan akibat keragaman produk tinggi. Oleh karena itu analisis daya saing hanya didasarkan pada indeks RCA Tabel 52. Analisis menggunakan model CMSA pada Bab V hasilnya berbeda jika menggunakan perubahan nilai ekspor dibandingkan dengan perubahan kuantitas ekspor, terutama pada dekomposisi tahap kedua. Mengingat yang dilakukan adalah simulasi historis berdasarkan periode 2004-2008, maka diduga hasilnya akan sejalan dengan hasil pembahasan pada Bab V yaitu bahwa daya saing ekspor Indonesia lebih disebabkan efek daya saing spesifik yaitu mengekspor spesifik produk udang beku ke spesifik pasar Jepang dan AS. Tabel 52. Dampak Alternatif Kebijakan Domestik terhadap Daya Saing Udang Indonesia No. Variabel Nilai Dasar 1 2 3 4 5 6 7 1 Indeks RCA udang segar Indonesia ke Jepang 0.40 1.0997 0.2999 15.7711 0.7498 -0.0250 16.0960 15.8210 2 Indeks RCA udang segar Indonesia ke AS 8.02 -0.0075 -0.0025 -0.1034 -0.0050 -0.0324 -0.1059 -0.1034 3 Indeks RCA udang segar Indonesia ke UE-27 2.95 0.0983 0.0305 1.3832 0.0678 0.0034 1.4104 1.3832 4 Indeks RCA udang segar Thailand ke Jepang 1.41 0.0071 0.0000 0.0497 0.0071 0.0142 0.0497 0.0497 5 Indeks RCA udang segar Thailand ke AS 4.55 0.0264 0.0066 0.3734 0.0154 0.0857 0.3800 0.3734 6 Indeks RCA udang segar Thailand ke UE-27 3.17 0.0000 0.0000 0.0063 0.0000 0.0000 0.0063 0.0063 7 Indeks RCA udang beku Indonesia ke Jepang 4.57 0.0350 0.0066 0.4356 0.0306 -0.6042 0.4422 0.4378 8 Indeks RCA udang beku Indonesia ke AS 12.71 0.4517 0.1283 6.3707 0.3014 -0.1786 6.4990 6.3833 9 Indeks RCA udang beku Indonesia ke UE-27 3.35 0.1700 0.0477 2.4003 0.1163 0.0447 2.4510 2.4062 10 Indeks RCA udang beku Thailand ke Jepang 3.45 -0.0145 -0.0058 -0.2113 -0.0116 -0.0232 -0.2171 -0.2113 11 Indeks RCA udang beku Thailand ke AS 15.24 -0.0197 -0.0059 -0.2808 -0.0125 -0.0269 -0.2867 -0.2814 12 Indeks RCA udang beku Thailand ke UE-27 1.47 0.0000 0.0000 -0.0679 0.0000 -0.0068 -0.0679 -0.0679 13 Indeks RCA udang olahan Indonesia ke Jepang 2.19 0.0091 0.0046 0.1690 0.0046 0.0183 0.1736 0.1690 14 Indeks RCA udang olahan Indonesia ke AS 5.64 0.0177 0.0053 0.2693 0.0106 0.0248 0.2746 0.2711 15 Indeks RCA udang olahan Indonesia ke UE-27 4.50 0.0044 0.0000 0.0578 0.0022 0.0534 0.0578 0.0578 16 Indeks RCA udang olahan Thailand ke Jepang 11.33 0.0194 0.0053 0.2701 0.0115 -0.0247 0.2754 0.2710 17 Indeks RCA udang olahan Thailand ke AS 39.33 0.0201 0.0058 0.2871 0.0125 0.0224 0.2929 0.2876 18 Indeks RCA udang olahan Thailand ke UE-27 4.58 0.0175 0.0044 0.2469 0.0109 -0.0022 0.2512 0.2469 Skenario: 1. Tingkat pendidikan meningkat sebesar 40 persen 2. Anggaran irigasi meningkat 7.48 kali 3. Subsidi Harga Pakan 11 persen 4. Subsidi Harga BBM 30 persen 5. Penurunan tingkat suku bunga 30 persen 6. Kombinasi skenario 3 dan 2 7. Kombinasi skenario 3 dan subsidi harga benur 40 persen 263 Berdasarkan Tabel 52 hasilnya dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, hasil simulasi berbagai kebijakan belum mampu meningkatkan ekspor udang segar Indoensia ke Jepang yang sebelumnya tidak memiliki keunggulan komparatif. Kondisi tersebut disebabkan posisi awal dengan nilai dasar indeks RCA 0.40 sebelum simulasi, terlalu jauh untuk ditingkatkan. Dalam Model Daya Saing, jumlah ekspor terutama ditentukan oleh ketersediaan bahan baku, dan hasil estimasi untuk ekspor udang segar ke Jepang elastisitasnya relatif kecil. Dengan demikian, untuk udang segar diduga terdapat faktor-faktor lain yang tidak tertangkap dalam Model. Faktor lain tersebut antara lain kesiapan insftrastruktur seperti alat pengangkutan. Kedua, secara individu maka kebijakan subsidi harga pakan mendorong peningkatan lebih besar dibandingkan kebijakan lainnya. Jika dilakukan kombinasi kebijakan, maka kebijakan yang melibatkan subsidi harga pakan skenario 3, 6, dan 7 memberikan daya dorong lebih besar dibandingkan alternatif kebijakan lainnya. Peningkatan daya saing udang beku ke AS meningkat sebesar 6.3707 skenario 3, 6.499 skenario 6, dan 6.3833 skenario 7. Hal tersebut sesuai dengan hasil estimasi bahwa pada periode tahun 2004-2008 sebagai nilai dasar, mayoritas ekspor udang Indonesia dalam bentuk udang beku dan mempunyai nilai elastisitas relatif lebih besar. Dibandingkan dengan Jepang, perubahan yang terjadi di pasar UE-27 relatif lebih besar diduga karena elastisitas permintaan untuk UE-27 dibandingkan dengan Jepang lebih tinggi. Ketiga, dalam rangka peningkatan daya saing udang olahan, kebijakan moneter berupa penurunan tingkat suku bunga menghasilkan perubahan lebih 264 baik dibandingkan alternatif kebijakan lainnya. Sebagai gambaran, indeks RCA udang olahan Indonesia ke Jepang sebesar 0.0183 sedangkan dengan kebijakan peningkatan tingkat pendidikan hanya meningkatkan 0.091. Apabila dilakukan kombinasi kebijakan yang melibatkan subsidi harga pakan skenario 3, 6, dan 7 hasilnya lebih besar. Untuk peningkatan industri udang olahan juga diperlukan kebijakan-kebijakan lain seperti kemudahan investasi, yang tidak tertangkap dalam Model ini. Perbaikan mutu produk perikanan juga akan menuntut perbaikan kualitas sumber daya manusiaseperti dengan pelatihan bagi pelaku usaha dan petugas pembinaan atau pengawasan mutu. Keempat, dalam rangka peningkatan daya saing ekspor ke Jepang, kebijakan subsidi pakan dan penurunan tingkat suku bunga skenario 6 menghasilkan perubahan lebih baik untuk ketiga produk dibandingkan dengan skenario 3 dan 7 yang melibatkan pakan dan skenario lainnya. Kelima, dalam rangka peningkatan daya saing di pasar AS kebijakan untuk peningkatan ketersediaan bahan baku antara lain berupa kegiatan yang melibatkan subsidi harga pakan skenario 3, 6, dan7 mempunyai dampak lebih besar dibandingkan alternatif kebijakan lainnya. Hal tersebut diduga karena pada periode pengamatan 2004-2008, mayoritas ekspor adalah udang beku dan ekspor ke AS memiliki elastisitas yang lebih besar.

9.4. Strategi Peningkatan Ekspor