Kebijakan Pemerintah Terkait Peningkatan Produktivitas Tambak Indonesia

Sumber: UNComtrade 2011 diolah Gambar 10. Pangsa Pasar Ekspor Udang Olahan di Ketiga Pasar, Tahun 2010

2.4. Kebijakan Pemerintah Terkait Peningkatan Produktivitas Tambak Indonesia

Secara umum, industri udang di negara eksportir mendapat keuntungan dari kebijakan pemerintah Diop et al., 1999. Di Indonesia, udang merupakan salah satu komoditas Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan RP2K dan Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan produktivitas dan mutu udang. Program pemerintah terkait peningkatan produktivitas antara lain Intensifikasi Tambak Intam yang diluncurkan tahun 19841985. Paket teknologi yang dianjurkan adalah: U 1 teknologi sederhana, U 2 teknologi madya, dan U 3 Pangsa Pasar - 10.0 20.0 30.0 40.0 Lainnya Indonesia Vietnam Greenland Maroko Canada Thailand PANGSA PASAR - 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Lainnya India Indonesia China Vietnam Thailand Pangsa Pasar - 20.00 40.00 60.00 80.00 Lainnya Kanada Indonesia Vietnam China Thailand PANGSA PASAR Pasar AS Pasar Jepang Pasar UE-27 Pangsa Pasar Pangsa Pasar teknologi maju. Melalui Program tersebut, luas area budidaya udang di tambak yang pada tahun 19841985 hanya 20 Ha di tiga propinsi, maka pada tahun 19981999 telah berkembang menjadi 95 311 Ha di 14 propinsi Hasibuan, 2003. Peserta dibentuk kelompok, terdapat tambak percontohan, fasilitas kredit, pembangunan dan pemeliharan saluran irigasi, serta dibentuknya kelembagaan pendukung seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A. Program Intam tersebut selanjutnya berubah nama menjadi Intensifikasi Pembudidayaan Ikan Inbudkan pada tahun 2002 yang menitikberatkan pada teknologi anjuran. Pada tahun 2005 berubah lagi menjadi Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya untuk Ekspor Propekan. Termasuk didalamnya berupa kegiatan Pengembangan Kawasan, Pembangunan Broodstock Center calon induk udang vaname di Situbondo dan udang windu di Jepara, Bantuan Langsung Penguatan Modal, dan Bantuan Selisih Harga Benih Ikan BSHBI kepada pembudidaya ikan skala kecil. Besarnya bantuan senilai Rp24.97 milyar pada tahun 2006, Rp23.45 milyar tahun 2007, tahun 2008 sebesar Rp35.3 milyar, dan tahun 2009 Rp60 milyar untuk komoditas Udang, Nila, Patin, Kakap Putih, Mas, Lele, Gurame, Bandeng, dan Rumput Laut KKP, 2009a. Selanjutnya terkait infrastruktur, telah dilakukan juga kegiatan pembangunan dan rehabilitasi irigasi saluran tambak guna mendukung sarana dan prasarana tambak. Alokasi dana yang relatif besar terjadi pada kegiatan pembangunanrehabilitasi tambak dengan sumber dana berasal dari SPL-JBIC pada tahun 1998-2000. Benur unggul hanya dapat diproduksi dari induk yang secara genetik unggul, disamping pengaruh kualitas air dan pakan juga penting dalam pemeliharaannya. Kebijakan terkait penggunaan benur unggul antara lain Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.41Men2001 tanggal 12 Juli 2001 tentang Pelepasan Varietas Udang Vaname Sebagai Varietas Unggul yang Tahan Terhadap WSSV dengan produksi 9-10 tonHa. Selanjutnya, Kep.15Men2002 tanggal 12 Juli 2001, tentang Pelepasan Varietas udang Rostris sebagai varietas unggul yang tahan terhadap TSV dan WSV, dengan produksi 7.5- 11.7 tonHa dan mempunyai FCR 1.28-1.65. Kebijakan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Rekayasa Breeding Programe udang vaname di BBAP Situbondo dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen Perikanan Budidaya No.6375DPB.1 PB.1102003, tanggal 23 Desember 2003 tentang Penetapan Pusat Pengembangan Induk dan Bibit ikan Udang, Nila, Rumput Laut, dan Kerapu. Tujuan kegiatan Rekayasa Breeding Programe yaitu memperoleh induk unggul, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas induk, mengurangi ketergantungan dari negara lain, dan untuk menekan biaya operasional dalam budidaya udang. Program lainnya yaitu Intensifikasi Pembudidayaan Ikan Inbudkan sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.09Men2002 tanggal 26 Februari 2002. Inbudkan menitikberatkan pada gerakan bersama dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha pembudidayaan ikan, yang dilaksanakan atas dasar kerjasama antar anggota kelompok pembudidaya ikan sebagai peserta program di dalam kawasan, yang menerapkan teknologi yang dianjurkan untuk meningkatkan mutu produksi dan produktivitas usaha pembudidayaan ikan secara efisien dan berkelanjutan. Nomor KEP.14 MEN2007 tentang Pembentukan Satgas Revitalisasi Perikanan Budidaya Berdasarkan rencana pada RP2K, pada tahun 2009 produksi udang ditargetkan 540 ribu ton dan lapangan pekerjaan ditargetkan tersedia bagi 985 ribu orang. Luas lahan yang dibutuhkan yaitu 42 800 Ha untuk udang windu dan 113 500 Ha untuk udang vaname. Guna mencapai target tersebut, kebutuhan dana pemerintah periode 2006-2009 sekitar satu trilyun rupiah. Dana tersebut dibutuhkan untuk rehabilitasi saluran irigasi, optimasi hatchery, laboratorium, penyuluhan, pengembangan luas area budidaya, tenaga kerja pendamping teknologi, dan stimulus modal kerja. Pihak swasta diharapkan menyumbang dana sebesar Rp4.19 trilyun DKP, 2005.

2.5. Kebijakan Pemerintah Terkait Peningkatan Mutu Udang