to scale dan increasing return to scale. Pada kondisi tersebut, yang dapat bertahan dalam ketatnya persaingan adalah perusahaan yang melakukan integrasi vertikal
Briggs et al., 2005. Menurut Goss et al., 2000 kecenderungan berupa tingginya tingkat integrasi vertikal itulah yang terjadi dewasa ini pada industri udang.
Dengan demikian, secara umum rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana daya saing udang tambak Indonesia di pasar internasional.
Secara khusus yaitu: 1. Bagaimana posisi daya saing udang Indonesia di pasar internasional
dibandingkan dengan Thailand, setelah pergantian varietas udang yang dibudidayakan dari udang windu ke udang vaname?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan daya saing udang tambak Indonesia di pasar internasional terkait dengan produktivitas
dan mutu? 3. Bagaimana rumusan strategi kebijakan peningkatan ekspor udang Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan umum penelitian adalah menganalisis daya saing ekspor udang tambak Indonesia di pasar internasional, secara khusus bertujuan:
1. Menganalisis posisi daya saing udang Indonesia di pasar internasional dibandingkan dengan Thailand, setelah pergantian varietas udang yang
dibudidayakan dari udang windu ke udang vaname. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan
daya saing udang Indonesia di pasar internasional terkait dengan produktivitas dan mutu.
3. Menganalisis dampak alternatif kebijakan terhadap daya saing sebagai dasar strategi peningkatan ekspor udang Indonesia.
1.4. Kegunaan Penelitian
Upaya mempelajari keragaan sistem produksi akan membantu pembudidaya udang meningkatkan efisiensi sehingga dapat mempertahankan atau
bahkan meningkatkan keunggulan komparatif. Kajian keragaan pemasaran udang di pasar internasional akan bermanfaat bagi para eksportir dalam pengambilan
keputusan sehingga lebih mampu berkompetisi dari eksportir negara lain. Hasil studi diharapkan berguna sebagai bahan informasi dan pertimbangan menyusun
kebijakan produksi, pengembangan ekspor, pemasaran udang Indonesia, dan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian daya saing udang dilakukan pada tingkat nasional menggunakan analisis ekonometrika dan hasilnya dikonfirmasi berupa studi kasus pada tingkat
lapang. Hasil konfirmasi ditingkat lapang tersebut digunakan untuk memperkaya analisis ditingkat nasional terkait produktivitas udang tambak dan mutu. Pada
aspek perdagangan, produk udang didisagregasi menjadi tiga jenis berdasarkan kode Harmonized System HS-1992 6-dijit yaitu: HS 030613 beku, 030623
segar, dan 160520 olahan dengan tujuan ekspor ke AS, Jepang, dan UE-27 serta dibandingkan dengan pesaing utama yaitu Thailand.
Beberapa keterbatasan dari studi ini yaitu: 1. Produksi udang berasal dari hasil budidaya dan hasil penangkapan, namun
analisis produktivitas hanya dilakukan pada udang tambak. Keterbatasan
lainnya yaitu data udang hasil penangkapan tidak memperhitungkan IUU Illegal, Unreported, Unregulated. Menurut DKP 2006, secara keseluruhan
kerugian negara akibat illegal fishing dari segi ekonomi antara Rp 27 sampai dengan Rp 54 triliun per tahun.
2. Analisis daya saing dilakukan pada tingkat produk yaitu udang dengan tujuan ekspor ke tiga pasar utama yaitu: Jepang, AS, dan UE menggunakan indikator
pangsa pasar. Analisis produktivitas hanya dilakukan untuk udang budidaya dengan studi kasus tambak udang di Provinsi Jawa Timur dibandingkan
dengan non Jawa Timur Lampung, NTB, Sulsel, dan Jabar. 3. Perbandingan analisis daya saing dengan Thailand hanya dilakukan pada
aspek perdagangan, sedangkan aspek produksi tidak dilakukan karena keterbatasan data. Implikasinya pada aspek produksi faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing kurang tergali. 4. Harga udang ekspor dan impor diproxy dari harga rata-rata nilai ekspor
dibagi kuantitas ekspor karena kesulitan memperoleh data. Secara umum data perdagangan misalnya UNComtrade tidak menyebutkan ukuran udang,
dilain pihak data harga yang tersedia misalnya Infofish dibuat berdasarkan jenis, ukuran, dan asal. Studi ini menggunakan harga rata-rata tidak tertimbang
dari seluruh ekspor udang bentuk tertentu misalnya beku dari berbagai jenis, ukuran, kualitas, dan asal. Rata-rata harga tersebut diperoleh dengan membagi
nilai eskpor dengan volumenya seperti yang dilakukan studi Suryana et al., 1989.
5. Data perdagangan yang lebih rinci yaitu menggunakan data HS-10 dijit, akan tetapi ketersediaan data HS-10 dijit untuk periode pengamatan sejak tahun
1989-2008 tidak tersedia secara lengkap yaitu hanya tersedia untuk pasar AS, maka studi ini menggunakan data HS 6-dijit. Implikasinya, komposisi produk
yang diekspor akan sangat berpengaruh terhadap hasil studi. 6. Analisis mutu pada tingkat nasional diproxy dari dummy persayaratan mutu
karena data jumlah penolakan produk oleh negara importir tidak tersedia secara lengkap hanya tersedia sejak tahun 1999. Negara yang mempunyai
diferensiasikeragaman produk lebih lebih tinggi diasumsikan mempunyai mutu udang lebih baik.
7. Pakan merupakan penyumbang biaya terbesar pada sistem budidaya udang intensif dan semi-intensif, namun data pakan selama periode penelitian tidak
tersedia lengkap baik pada Statistik Perikanan Budidaya tersedia sejak tahun 2007, maupun dari asosiasi pakan GPPMT. Data tersebut diperlukan untuk
menghitung TFP dan sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat produksi udang tambak. Data penggunaan jumlah pakan pada tingkat nasional
menggunakan data BPS survey perusahaan perikanan sehinga hasilnya dapat menjadi bias.
8. Jumlah pupuk dan obat-obatan yang digunakan pembudidaya udang bervariasi jenisnya. Pada analisis mengenai produktivitas di tingkat lapangan, dilakukan
simplifikasi menjadi obat-obatan. Implikasinya kalau dirata-ratakan tingkat penggunaan fisikHa diduga terjadi bias ke atas ataupun ke bawah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan Produksi Udang Indonesia
Udang berasal dari hasil budidaya di tambak, hasil penangkapan di laut dan hasil penangkapan di perairan umum. Perkembangan kuantitas produksi
udang berdasarkan sumbernya disajikan pada Gambar 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Berdasarkan Gambar 3, terjadi peningkatan cukup signifikan pada udang hasil
budidaya, sedangkan udang hasil tangkapan relatif stagnan.
50000 100000
150000 200000
250000 300000
350000 400000
450000
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
Sumber: Statistik Perikanan Budidaya dan Statistik Perikanan Tangkap berbagai edisi
Gambar 3. Perkembangan Produksi Udang Indonesia Hasil Budidaya di Tambak dan Hasil Penangkapan,Tahun 2000-2010
Udang budidaya
Udang penangkapan
ton