Prosedur Mengajukan PKPU Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

1 Ada utang, 2 Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, 3 Ada satu kreditur, dan 4 Kreditur memperkirakan bahwa debitur tidak dapat melanjutkan pembayaran utangnya. Syarat substansial ini bersifat kumulatif, yang berarti seluruh syarat substansial ini harus dapat dibuktikan pemohon PKPU. Jika salah satu syarat tidak dapat dibuktikan, maka permohonan ditolak. Perbedaan antara PKPU yang diajukan oleh debitur dan kreditur terletak pada jumlah krediturnya. PKPU yang diajukan debitur harus ada dua atau lebih kreditur, sedangkan PKPU yang diajukan kreditur cukup satau kreditur yang sekaligus bertindak sebagai pemohon. 39

C. Prosedur Mengajukan PKPU

Secara khusus, UUK-PKPU menentukan tata cara prosedur yang harus ditempuh untuk mengajukan permohonan PKPU. Prosedur tersebut terdapat dalam ketentuan Pasal 224 UUK-PKPU yang berbunyi: 40 1 Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokatnya. 2 Dalam hal pemohon adalah Debitor, permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti secukupnya. 39 Syamsuddin M Sinaga, Op.Cit., hlm. 261. 40 Pasal 224 UUK-PKPU. 3 Dalam hal pemohon adalah Kreditor, Pengadilan wajib memanggil Debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 tujuh hari sebelum sidang. 4 Pada sidang sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Debitor mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti secukupnya dan, bila ada, rencana perdamaian. 5 Pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222. 6 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Menurut Pasal 224 ayat 1 UUK-PKPU permohonan PKPU sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokatnya. Pengajuan dilakukan kepada Pengadilan Niaga berdasarkan kedudukan hukum debitur, dengan ketentuan: 41 1. Dalam hal debitur telah meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia, pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan pernyataaan PKPU adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitur. 2. Dalam hal Debitur adalah pesero atau firma, maka pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga berwenang memutuskan. 3. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia, pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang 41 Pasal 3 UUK-PKPU. daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitur menjalankan profesi atau usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia. 4. Dalam hal debitur merupakan badan hukum, tempat kedudukannya adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya. Pasal 224 ayat 2 UUK-PKPU menentukan bahwa dalam hal pemohon adalah debitur, permohonan PKPU harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya. Pasal 224 ayat 3 UUK-PKPU menyatakan, dalam hal pemohon adalah kreditur, pengadilan wajib memanggil debitur melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat tujuh hari sebelum sidang. Selanjutnya, Pasal 224 ayat 4 UUK-PKPU menyatakan, pada saat sidang sebagaimana dimaksud ayat 3, debitur mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya dan, bila ada rencana perdamaian. Daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya sebagaimana yang dikatakan Pasal 224 ayat 2 dan Pasal 224 ayat 4 harus dipenuhi. Hal ini perlu dilakukan agar dari surat-surat tersebut dapat diketahui apakah ada harapan bahwa debitur di kemudian hari dapat memuaskan kreditur-krediturnya. Disamping itu informasi mengenai nama dan tempat kedudukan atau domisili para kreditur diperlukan untuk dilakukan pemanggilan kreditur. 42 Pasal 224 ayat 5 UUK-PKPU menyatakan, pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilampirkan rencana perdamaian 42 Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit., hlm. 341. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222. Klausula dapat disini berarti tidak diwajibkan untuk melampirkan rencana perdamaian pada surat permohonan. Namun seyogianya apabila pengajuan permohonan PKPU sekaligus dilampirkan rencana perdamaian, agar para kreditur dapat mengambil sikap untuk menerima atau menolak permohonan PKPU tersebut, sebagaimana tujuan dari PKPU adalah untuk mencapai perdamaian. 43 Ketentuan sebagaimanan dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5, menurut Pasal 224 ayat 6 UUK-PKPU berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan permohonan PKPU sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Permohonan PKPU tersebut dapat diajukan oleh debitur baik sebelum permohonan pernyataan pailit diajukan maupun setelah permohonan pernyataan pailit diajukan. Hal ini sehubungan dengan ketentuan Pasal 222 jo Pasal 229 ayat 4 UUK-PKPU. 44 Dalam hal permohonan PKPU yang diajukan setelah Pengadilan Niaga menerima permohonan pernyataan pailit, maka dapat terjadi kemungkinan: 45 1. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh Pengadilan Niaga tetapi belum diperiksa, dan sementara permohonan pernyataan pailit itu belum diperiksa, Pengadilan Niaga menerima pula permohonan PKPU dari debitur atau dari kreditur yang bukan pemohon kepailitan. 2. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga, dan sementara permohonan pernyataan pailit sedang diperiksa oleh pengadilan 43 Ibid.,hlm.341. 44 Ibid., hlm. 338 45 Ibid. niaga, debitur atau kreditur yang bukan pemohon kepailitan mengajukan PKPU. Sesuai ketentuan Pasal 229 ayat 3 UUK-PKPU, dalam hal terjadi keadaan tersebut, maka permohonan PKPU harus diperiksa terlebih dahulu sebelum permohonan pernyataan pailit. Apabila permohonan pernyataan pailit sedang diperiksa dan kemudian diajukan permohonan PKPU oleh debitur atau salah satu kreditur yang bukan pemohon, maka pemeriksaan permohonan pailit tersebut harus ditunda.

D. PKPU Sementara dan PKPU Tetap.

Dokumen yang terkait

Penerapan Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus Putusan MA No 156 PK/Pdt.Sus/2012)

4 97 96

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Restrukturisasi Utang Untuk Mencegah Kepailitan

5 96 50

Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan (Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang)

2 122 433

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

PELAKSANAAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) DI PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT.

0 1 6

ANALISIS HOMOLOGASI DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) SEBAGAI UPAYA PENCEGAH TERJADINYA KEPAILITAN (Studi Putusan No.59/Pdt.Sus-PKPU.PN.Niaga.Jkt.Pst)

0 0 9

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA A. Pengertian PKPU - Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

0 1 23

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

0 0 19

BAB II FILOSOFI KEWENANGAN KREDITOR DALAM PENGAJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 2.1. Hakikat dan Tujuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 34