kegiatan seperti PLN atau pelabuhan dihentikan dan dipindahkan? Tentu saja tidak demikian, justru penelitian ini memberikan peringatan kepada seluruh
pengguna teluk agar seluruh aktivitas yang dilakukan hendaknya tidak mengesampingkan nilai kelestarian lingkungan, termasuk kesadaran menjaga
kebersihan lingkungan teluk. Oleh karena itu usulan penetapan zona baik untuk menjaga kelestarian sumber daya lingkungan perairan maupun untuk pemanfaatan
lain coba diberikan dalam penelitian ini, agar dikemudian hari gambaran kondisi
Demikian juga dengan beberapa upaya strategis yang diusulkan guna pengendalian kualitas lingkungan perairan teluk terhadap peningkatan
pencemaran laut.
8.2.2 Pembuatan Zonasi TAD
8.2.2.1 Kriteria Pembuatan Zonasi TAD
Penyusunan zonasi TAD dilakukan berdasarkan pendekatan kriteria- kriteria yang sudah ditetapkan. Berikut ini akan disampaikan kriteria penetapan
kawasan lindung : 1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
2. Kawasan perlindung setempat terdiri dari : a kawasan sempadan pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, minimal
100 m dari pasang tertinggi ke arah darat; b kawasan sekitar sumber air atau DAS. Pada daerah pesisir, kawasan sumber air yang perlu dilindungi
terutama di pulau kecil. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya dilakukan untuk melindungi
keanekaragaman biota, ekosistem tertentu, gejalan dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nuftah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya. 3. Kawasan bencana alam, dan
4. Kawasan lindung lain berdasarkan katagori IUCN International Union for Conservation of Nature and Natural Resources :
• Misalnya kawasan perlindungan bagi pengelolaan sumber daya pesisir demi keberlanjutan pemanfaatan ekosistem pesisir.
Selanjutnya berdasarkan perencanaan TTR pesisir dan pulau pulau kecil Kepmen K P nomor : KEP 34MEN2002 Bab VII, maka ada juga kriteria
khusus penentuan kawasan lindung yang terdiri atas 3 kriteria yaitu : kriteria sosial, ekologis dan ekonomi. Masing-masing kriteria memiliki persyaratan
sendiri-sendiri antara lain : i. Kriteria sosial, terdiri atas 10 unsur meliputi : tingkat dukungan masyarakat
terhadap kawasan lindung yang direncanakan; kesehatan masyarakat : sejauh mana keberadaan kawasan lindung dapat mengurangi dampak polusi atau
faktor penyakit yang dapat mengancam kesehatan masyarakat; rekreasi: sejauh mana keberadaan kawasan lindung dapat digunakan sebagai tempat rekreasi
masyarakat; budaya ;estetika; konflik kepentingan; keamanan; aksesibilitas; penelitian dan pendidikan sejauh mana kekayaan karakteristik ekologis dapat
digunakan sebagai sumber penelitian dan Iptek; kesadaran publik. ii. Kriteria Ekologis, terdiri atas 8 unsur meliputi: keragaman hayati; kealamian;
ketergantungan spesies terhadap lokasi; keterwakilan; keunikan; integritas; produktivitas; kerentanan.
iii. Kriteria Ekonomi, terdiri atas 5 unsur meliputi: spesies penting; kepentingan perikanan; bentuk ancaman; manfaat ekonomi dan pariwisata.
Mengacu pada pertimbangan kriteria-kriteria ini, maka berdasarkan hasil penelitian bahwa kemungkinan penurunan kualitas lingkungan tidak hanya
berdampak terhadap kondisi kualitas air saja akan tetapi juga terhadap ekosistem perairan teluk secara keseluruhan dan kehidupan berbagai komunitas yang
berkembang di dalam teluk ini. Keunikan ekosistem terbatas ini membuatnya banyak dimanfaatkan
sebagai tempat pendidikan dan penelitian, rekreasi dan budidaya perikanan. Oleh karena itu, kehadiran beberapa komuditi bernilai ekonomis penting mengharuskan
untuk melindungi wilayah ini dari kerusakan yang lebih parah. Prospek pengembangan wilayah teluk adalah untuk usaha-usaha perikanan serta untuk
parawisata yaitu dengan memanfaatkan panorama teluk. Kedua hal ini memiliki potensi ekonomi yang dapat menjadi sumber pendapatan daerah maupun
masyarakat. Selain itu kemudahan akses ke teluk juga menjadi pertimbangan untuk membuat kawasan lindung di wilayah perairan TAD.
Selanjutnya pengusulan wilayah pemanfaatan juga dibuat berdasarkan beberapa kriteria sesuai peruntukannya, antara lain:
1. Kriteria kawasan budidaya perikanan, misalnya keramba jaring apung untuk budidaya kerapu, kakap dan beronang dibuat dengan beberapa pertimbangan
meliputi: faktor keamanan, arus pantai dan arus pasang surut, salinitas, suhu, oksigen terlarut, kandungan logam berat dan berbagai bahan pencemaran lain
yang berbahaya, arah angin, batimetri, substrat, kecerahan, mudah dijangkau dengan alat transportasi dan akses pasar yang mudah dijangkau.