Beban Pencemaran Agro-industri Analisis Beban Pencemaran dari Beberapa Sumber di Darat

Tabel 47 Penentuan indeks pencemaran PI untuk baku mutu X pada air laut Parameter Air Laut Ci L ix Ci Lix M Ci Lix 2 M Ci Lix R Ci Lix 2 R PI j TSS 0,03 50 0,000523 0,0000003 0,001 2,7E-07 0,0162 Suhu 28,45 28-32 0,889062 0,7904321 0,948 9,0E-01 1,6243 pH 8,15 7-8,5 0,958823 0,9193426 1,051 1,1E+00 1,7537 DO 7,10 5 1,420000 2,0164000 1,420 2,0E+00 2,3351 BOD 2,24 20 0,111883 0,0125179 0,112 1,3E-02 0,3700 NO 3 0,11 0,008 13,745454 188,9375207 13,745 1,9E+02 19,7894 PO 4 0,02 0,015 1,021310 1,0430747 1,021 1,0E+00 1,7628 Kecerahan 7,01 5 1,402272 1,9663688 1,402 2,0E+00 2,3098 Minyak Lemak 18,49 1 18,488636 341,8296746 18,489 3,4E+02 26,4981 pAH 0,04 0,003 12,273933 150,6494447 12,274 1,5E+02 17,7080 74,1673 Keterangan: Baku mutu X yang dipakai adalah baku mutu Kepmen LH No.512004 Demikian halnya dengan evaluasi nilai index pencemaran PI terhadap kualitas air sungai Tabel 48 juga berkisar dari kondisi baik hingga tercemar berat. Secara keseluruhan nilai evaluasi PI untuk perairan sungai termasuk kategori tercemar berat. Hasil evaluasi status ini ternyata memberikan gambaran yang sama yaitu baik perairan sungai maupun laut, akibat tingginya aktivitas pada atau sekitar lokasi ini, berpotensi merubah kondisi perairan ini. Selain itu baik perairan laut maupun sungai mempresentasikan nilai NO 3 yang lebih besar 10 dan termasuk yang tertinggi dibandingkan parameter lainnya. Tabel 48 Penentuan indeks pencemaran PI untuk baku mutu X pada air sungai Parameter Air Sungai Ci L ix Ci Lix M Ci Lix 2 M Ci Lix R Ci Lix 2 R PI j TSS 0,0352 50 0,000704 4,9632E-07 0,0007045 4,9632E-07 0,0007 Suhu 29,02 28-32 0,90685546 0,822386841 0,9673125 0,935693473 0,9375 pH 7,75 7-8,5 0,91224264 0,832186647 1,000524194 1,001048662 0,9574 DO 7,929 5 1,58589886 2,515075202 1,585898863 2,515075202 1,5858 BOD 2,140 20 0,1070122 0,011451622 0,10701225 0,011451622 0,1070 NO 3 0,143 0,008 17,9226562 321,2216071 17,92265625 321,2216071 17,9226 PO 4 0,0888 0,015 5,9171 35,01207241 5,9171 35,01207241 5,9171 27,4283

6.6 Pendugaan Angka Kerusakan Hutan Mangrove di TAD

Dalam kaitan dengan penelitian ini, maka analisis tentang pencemaran, sedimentasi atau aktivitas masyarakat yang merusak sumber daya alam juga dikembangkan hingga pengamatan terhadap kondisi komunitas-komunitas yang berada pada ekosistem perairan teluk yaitu untuk melihat dampak akibat intensitas kegiatan yang terus meningkat. Salah satu pengamatan tersebut ditujukan kepada komunitas mangrove. Hasil penelitian Pulumahuny 1989 ditemukan bahwa produktivitas mangrove di TAD adalah sebesar 17,5 tonhatahun, dan kontribusi komunitas mangrove terhadap perairan teluk ini adalah sebesar 866,25 ton kering serasah mangrove per tahun atau kira-kira 3,9 x 10 kcal energi per tahun. Angka ini ekuivalen dengan 780 ton protein. Kenyataan ini menunjukkan menjaga atau memelihara hutan mangrove sama dengan menjaga sumber produktivitas primernya dalam ekosistem perairan teluk secara keseluruhan. Oleh karena itu keberadaan hutan mangrove seyogyanya dijaga dan dipelihara demi kesinambungan kehidupan sumber daya yang hidup di dalamnya dan secara khusus kelestarian sumber daya mangrove sendiri. Hal ini tentu harus didukung oleh kesadaran semua pihak akan pentingnya menjaga ekosistem ini dari kerusakan yang lebih parah. Kondisi tingginya intensitas pemanfaatan seperti dijelaskan sebelumnya, maka dampak yang secara langsung, seperti penebangan hutan mangrove untuk pemukiman, kerusakan akar-akar mangrove akibat eksploitasi sumber daya fauna bentos seperti kerang-kerangan, atau dampak secara tidak langsung, seperti pencemaran dari buangan limbah minyak ataupun sampah limbah domestik atau limbah rumah tangga, sangat mempengaruhi keberlanjutan komunitas mangrove untuk masa akan datang. Dilihat dari kondisi fisik lingkungannya semestinya keberadaan komunitas ini akan tumbuh baik, oleh karena daerah ini terlindung dari pukulan ombak, serta didukung oleh sumbangan sedimen dari aliran sungai Waitonahitu Passo, Waiheru, Waerekan Lateri. Akibat tingginya laju sedimentasi yang mengandung pasir dan lumpur, meningkat pula laju akresi pantai. Kondisi ini justru sangat menguntungkan bagi berkembangnya hutan mangrove di daerah ini. Namun kenyataannya hasil penelitian ini menemukan bahwa bila estimasi kerusakan berdasarkan nilai kerapatan dan persen penutupan untuk pohon mangrove, maka untuk masing-masing lokasi didapatkan bahwa kondisi hutan mangrovenya dikategorikan sebagai hutan yang jarang dan rusak. Hal ini ditunjukkan oleh persen penutupan pohon mangrove yang berkisar antara 5,28 – 20 itu berarti