Analisis hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi limbah sebagai dasar pengelolaan kualitas lingkungan perairan Teluk Ambon Dalam

(1)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN

PENCEMARAN DAN KONSENTRASI LIMBAH

SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KUALITAS

LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Hubungan antara Beban Pencemaran dan Konsentrasi Limbah sebagai Dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2009

Debby Amelia Jemima Selanno


(3)

ABSTRACT

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO. The Analysis Between the Pollution Load and The Concentration of Pollution as a Basic Management of Aquatic Environmental Quality of Ambon Bay. Under supervisior of ENAN M. ADIWILAGA, ROKHMIN DAHURI, ISMUDI MUCHSIN, and HEFNI EFFENDI.

Population growth and an increasing development intensity have brought about the changes of space function on land as well as on coastal water, what we called multiple uses. Inner Ambon Bay (TAD) is one of the place which has such a problem. In the situation like this we predicted the water quality in the bay tends to be contaminated by effluent or loading material both from land and sea. The aim of this study was to analize the pollution load and establish the pollution status of TAD, the pattern and level of sedimentation, to calculate the assimilation capacity, to propose the zonation management of TAD, and to make management strategy of pollution in TAD. Data analysis methods for pollution load were: rapit assesment, assimilation capacity, flushing time; for pollution status were: storet method and pollution index; for spatial distribution and zonation were GIS; for sedimentation pattern were: river debit and sedimentation debit; for estimation of pollution impact were: the level of biology communities damage (mangrove, seagrass and macrofauna benthos). The relation between pollution load and organic matter consentration with indicator parameters of NO3, PO4, BOD, COD, TSS and TOM showed a significant relation. This means all things (waste) that came from those rivers might influence the TAD water qualities. According to pollution index and storet methods, TAD waters were contaminated by organic matters, especially NO3, PAHs, oil and greese where its values was higher than their threshold for marine biotas and could be danger for any organisms. The flushing time was 0.25 hours it means that freshwater flowing from sorrounding rivers were fastly flushed by sea water. The assimilation capacity also already pass the capacity level due to NO3 and PO4 indicators. The ecological study from the biology communities showed that both mangrove and seagrass in rare untill damage condition. In addition, the education level of the people did not greatly effect the mainset of people living nearby TAD in environmental management. Finally, from the multiples uses in the TAD waters showed that they only pay attention to the utilization without caring their environmental water qualities caused by the high intensity of their activities in TAD. In order to manage TAD, this reseaches proposed preservation, utilization and buffer zones.


(4)

RINGKASAN

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO. Analisis Hubungan antara Beban Pencemaran dan Konsentrasi Limbah sebagai dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam. Dibimbing oleh ENAN M. ADIWILAGA, ROKHMIN DAHURI, ISMUDI MUCHSIN, dan HEFNI EFFENDI.

Sebelum abad-20 manusia menganggap laut mempunyai kemampuan tak terbatas dalam menyerap (menetralisir) semua limbah yang masuk ke dalamnya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa dengan luas dan volume air laut yang luar biasa besar, maka laut akan mampu mengencerkan semua jenis limbah berapapun jumlahnya. Sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk dunia, meningkat pula kegiatan pembangunan dan kebutuhan masyarakat, demikian juga dengan tingkat perubahan atau pergeseran fungsi ruang baik darat maupun laut, maka semakin beragam jenis limbah dengan volume yang semakin besar dibuang ke laut. Oleh karena tingginya intensitas aktivitas para pengguna (pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa) di perairan teluk selama ini, baik yang bersumber dari darat maupun dari laut, tentu memiliki keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan Teluk Ambon Dalam (TAD). Aktivitas-aktivitas masyarakat baik di darat maupun di laut tersebut, pengaruhnya perlahan tapi pasti akan menambah beban pencemaran di perairan TAD. Perubahan kualitas perairan TAD akibat masuknya beban pencemaran kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol atau dikendalikan secara baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisa beban pencemaran dan menentukan status pencemaran TAD; 2) menganalisa pola dan tingkat sedimentasi; 3) menghitung kapasitas asimilasi; 4) membuat zonasi pemanfaatan TAD dan 5) menyusun strategi pengelolaan pencemaran TAD.

Untuk menjawab tujuan di atas maka beberapa pendekatan dipakai yaitu sebagai berikut: untuk analisis beban pencemaran dipakai pendekatan rapit assesment yaitu perhitungan beban pencemaran dari setiap sumber pencemaran; untuk menganalisis kapasitas asimilasi didasarkan pada metode hubungan antara konsentrasi limbah dengan beban limbah; untuk menentukan status mutu air dipakai Pollution Index (PI) atau Indeks Pencemaran dan metode Indeks Storet; untuk menganalisis pola dan tingkat sedimentasi yang terjadi di teluk dihitung debit aliran sungai, debit sedimen dan nilai Koefisien air larian (C); untuk mengestimasi dampak akibat pencemaran diamati pada beberapa indeks ekologi dari komunitas mangrove, lamun dan fauna bentos ; untuk membuat zona kelola TAD dianalisis berdasarkan zonasi wilayah yang tercemar, kriteria peruntukan serta status TAD; untuk sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan dengan sosialisasi, wawancara dan kuesioner; dan untuk data hukum dan kelembagaan dipakai pendekatan wawancara narasumber serta pengumpulan data sekunder; dan untuk menyusun strategi pengelolaan pencemaran dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis beban limbah untuk NO3 pada tiap musim tidak terlalu bervariasi nilainya, kecuali pada musim barat variasi nilainya besar sekali yaitu 0,132–100,655 ton/tahun. Berdasarkan analisis hubungan antara beban pencemaran dengan konsentrasi limbah indikator NO3 yang ada di perairan laut, ternyata tiap musim menunjukkan keeratan hubungan


(5)

yang berbeda-beda. Untuk menjelaskan hubungan ini, hanya musim timurlah yang menunjukkan hubungan yang signifikan yaitu Y=0.0049X+0.0383 dengan R2=0.8286. Hasil analisis beban pencemaran PO4 dari tiap sungai menunjukkan bahwa untuk musim timur, pancaroba I dan II, tidak terlalu bervariasi kecuali pada musim barat, sedangkan hasil analisis hubungan beban pencemaran dengan

konsentrasi fosfat di laut menunjukkan

hubungan signifikan lebih nampak pada musim pancaroba I denganY=0.0051X+0 .019 dan R2= 0.7191. Selanjutnya hasil analisis beban pencemaran bahan organik dengan indikator BOD tiap musim sangat bervariasi. Beban pencemaran tertinggi ditemukan pada musim barat berkisar antara 3,903–283,216 ton/tahun. Berdasarkan analisis hubungan antara beban pencemaran bahan organik dengan konsentrasi limbah indikator BOD di laut, ternyata hubungan yang signifikan ditemukan pada musim barat dan pancaroba I yaitu Y=0,002X+1,7522 dengan R2=0.8215 dan Y=0.0294X+0.8197 dengan R2=0.8545. COD merupakan komponen kimia yang memiliki sumbangan beban pencemaran dari sungai yang bervariasi dari beban terkecil 5,563 ton/tahun hingga 8806,287 ton/tahun. Distribusi beban pencemaran indikator COD di musim timur, pancaroba II, dan musim barat relatif tinggi, dan nilai tertinggi ditemukan pada musim barat. Hasil analisis hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi limbah organik di laut dengan indikator COD, dijelaskan oleh Y=-0.0037X+53.209 dengan R2=0.6503. Sumbangan beban limbah bahan organik dari sungai yang bermuara di teluk dapat dilihat bahwa sungai Waetonahitu masih yang tertinggi dibandingkan dengan sumbangan sungai lainnya. Perhitungan beban limbah Total Suspended Solid dari sungai yang masuk laut berkisar antara 0,003–7,628 ton/tahun. Musim yang memberi kontribusi beban limbah TSS terbesar adalah musim pancaroba I, dikuti musim barat. Tingginya curah hujan berpotensi menjadi faktor berpengaruh secara fisik yang mendorong tingginya beban limbah di perairan laut. Analisis hubungan beban limbah TSS dari sungai dengan konsentrasi TSS di laut, menunjukkan hubungan yang signifikasi pada musim timur dan pancaroba I yaitu Y=-0.0066X+0.0268 dengan R2 = 0.9208, dan Y=0.0002X+0.0342 dengan R2 =0.7339. Hal ini mengindikasikan bahwa konsentrasi TSS di perairan laut berhubungan dengan masukan beban limbah indikator TSS dari sungai. Hasil analisis hubungan beban pencemaran bahan organik di sungai dengan konsentrasi limbah di laut indikator TOM, dijelaskan oleh hubungan yang signifikan pada musim timur Y=0.0164X+14.311 dengan R2=0.8011 dan Y=-0.0137X+2.9333 dengan R2=0.6027 pada musim pancaroba II. Hal ini menggambarkan kontribusi beban pencemaran organik dari sungai terhadap konsentrasi limbah organik yang ada di laut adalah sekitar 60-80%.

Berdasarkan analisis total beban pencemaran indikator COD, diikuti TOM dan BOD merupakan beban pencemaran yang sangat dominan masuk ke teluk Ambon. Kontribusi beban pencemaran COD mengindikasikan kehadiran bahan-bahan organik yang tidak dapat diuraikan secara biologis. Hasil analisis beban pencemaran dengan indikator NO3 dan PO4 ternyata lebih besar dari baku mutu itu berarti bahwa masukan beban limbah organik dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas asimilasi. Berdasarkan analisis beban limbah padat kota yang diperkirakan masuk ke Teluk Ambon bahwa dari ±75775 jiwa yang berdiam di wilayah batas daerah aliran sungai pada TAD seluas 9,16043 km2 atau 916,043


(6)

ha, telah menghasilkan sekitar 11366250 kg/thn atau sekitar 11366,25 ton/tahun (15359,80 m3/tahun).

Selanjutnya hasil penelitian ini menemukan bahwa estimasi kerusakan berdasarkan nilai kerapatan dan persen penutupan pohon mangrove untuk masing-masing lokasi didapatkan bahwa kondisi hutan mangrovenya dikategorikan sebagai hutan yang jarang dan rusak. Hal ini bila dikaitkan dengan persen penutupan pohon mangrove yang berkisar antara 5,28–20,00% itu berarti lebih kecil dari 50% ketentuan kriteria. Penelitian ini juga memberi gambaran sementara keadaan komunitas lamun di perairan Teluk Ambon. Dengan menggunakan pendekatan persen penutupan seperti yang tertuang dalam Kepmen LH No.200 Tahun 2004, dapat dilihat status padang lamun di perairan TAD yaitu bahwa semua lokasi berada dalam kondisi rusak. Kenyataan ini membuktikan bahwa kemungkinan telah terjadinya sedimentasi ataupun berbagai aktivitas di sekitar perairan ini yang secara langsung berdampak ke ekosistem lamun. Gambaran kondisi kurang kaya atau kurang sehat sampai miskin mestinya sudah memberi peringatan tentang apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan keberadaan ekosistem lamun dalam teluk, bagi keberlanjutan sumberdaya biota laut yang hidupnya tergantung pada ekosistem lamun. Selanjutnya dengan pendekatan nilai ekologis yaitu berdasarkan nilai indeks keragaman jenis fauna bentos yang dihitung dengan Shannon-Wiener, dikatakan bahwa status kualitas air di perairan TAD berkisar dari tercemar sangat ringan sampai tercemar ringan. Berdasarkan hasil analisis, nilai waktu dirus dari ke empat sungai yang ada di teluk adalah 1.02 jam, sedangkan rata-ratanya adalah 0.25 jam. Dengan demikian dalam waktu ¼ jam massa air laut dapat membilas massa air tawar dari sungai-sungai tersebut. Nilai waktu dirus sungai-sungai Air Besar Halong ditemukan sangat kecil (0,03 jam) dibanding sungai-sungai lainnya, diikuti sungai Waeheru (0,11 jam). Dengan waktu dirus atau bilas yang kecil tersebut, maka penyebaran bahan-bahan buangan yang berasal dari setiap muara sungai ke laut akan cepat sekali. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran nilai tertinggi maupun terendah parameter yang diukur ternyata menyebar pada beberapa tempat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter NO3 dan PO4 kapasitas asimilasinya lebih besar itu berarti bahwa masukan beban limbah dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas TAD. Selain itu baku mutu NO3 untuk biota laut lebih kecil dari konsentrasi sebenarnya parameter terukur. Grafik analisis kapasitas asimilasi dengan pendekatan beban limbah BOD, COD, dan TSS, menggambarkan bahwa dengan garis prediksi baku mutu menunjukkan ketiga parameter ini kapasitas asimilasinya masih dibawah. Hal ini berarti proses fisik, kimia dan biologi juga turut mempengaruhi kondisi ini.

Hasil analisis metode indeks Storet terhadap parameter air di perairan laut menunjukkan bahwa berdasarkan skor yang didapatkan jumlah skor nilai adalah sebesar -106. Hal ini berarti kualitas air di perairan TAD sudah termasuk kelas D, dengan kategori buruk atau telah tercemar berat, karena skornya telah >-31. Hasil analisis terhadap beberapa parameter air laut yang dikategorikan ke dalam ketentuan evaluasi nilai PI, secara keseluruhan parameter-parameter tersebut mengindikasikan bahwa perairan TAD kondisinya berkisar dari baik hingga cemar berat. Sedangkan berdasarkan evaluasi nilai rata-rata keseluruhan parameter tersebut maka perairan TAD dikondisikan telah tercemar sedang. Parameter yang sudah termasuk kategori cemar berat adalah NO3, minyak dan lemak, serta PAH


(7)

karena nilai PI-nya sudah melampaui 10. Luas area tercemar berdasarkan indikator beberapa parameter serta status kualitas perairan yang dikaitkan dengan kriteria peruntukan maka agar kedepan perairan TAD tetap dapat dipergunakan secara baik, maka diusulkan dua kawasan lindung dengan enam kawasan pemanfaatan dan kawasan penyangga.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perairan TAD baik dari analisis pendekatan secara kimia maupun biologi menunjukkan bahwa perairan ini telah tercemar. Demikian juga dengan analisis hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi limbah organik semua indikator menunjukkan hubungan yang signifikan dan status perairan TAD yang tercemar.

Kata kunci:TAD, Beban pencemaran, kapasitas asimilasi, pengelolaan, kualitas air


(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(9)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN

PENCEMARAN DAN KONSENTRASI LIMBAH

SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KUALITAS

LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(10)

Judul Tesis : Struktur Tegakan dan Sebaran Spasial Jenis Pohon Torem (Manilkara kanosiensis, H.J. Lam & B.J.D. Meeuse) di Pulau Yamdena Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Nama : Aryanto Boreel

NRP : E151070041

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. Ketua

Dr. Ir. Istomo, M.S. Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Hariadi Kartodiharjo, M.S.


(11)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN

PENCEMARAN DAN KONSENTRASI LIMBAH

SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KUALITAS

LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Hubungan antara Beban Pencemaran dan Konsentrasi Limbah sebagai Dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2009

Debby Amelia Jemima Selanno


(13)

ABSTRACT

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO. The Analysis Between the Pollution Load and The Concentration of Pollution as a Basic Management of Aquatic Environmental Quality of Ambon Bay. Under supervisior of ENAN M. ADIWILAGA, ROKHMIN DAHURI, ISMUDI MUCHSIN, and HEFNI EFFENDI.

Population growth and an increasing development intensity have brought about the changes of space function on land as well as on coastal water, what we called multiple uses. Inner Ambon Bay (TAD) is one of the place which has such a problem. In the situation like this we predicted the water quality in the bay tends to be contaminated by effluent or loading material both from land and sea. The aim of this study was to analize the pollution load and establish the pollution status of TAD, the pattern and level of sedimentation, to calculate the assimilation capacity, to propose the zonation management of TAD, and to make management strategy of pollution in TAD. Data analysis methods for pollution load were: rapit assesment, assimilation capacity, flushing time; for pollution status were: storet method and pollution index; for spatial distribution and zonation were GIS; for sedimentation pattern were: river debit and sedimentation debit; for estimation of pollution impact were: the level of biology communities damage (mangrove, seagrass and macrofauna benthos). The relation between pollution load and organic matter consentration with indicator parameters of NO3, PO4, BOD, COD, TSS and TOM showed a significant relation. This means all things (waste) that came from those rivers might influence the TAD water qualities. According to pollution index and storet methods, TAD waters were contaminated by organic matters, especially NO3, PAHs, oil and greese where its values was higher than their threshold for marine biotas and could be danger for any organisms. The flushing time was 0.25 hours it means that freshwater flowing from sorrounding rivers were fastly flushed by sea water. The assimilation capacity also already pass the capacity level due to NO3 and PO4 indicators. The ecological study from the biology communities showed that both mangrove and seagrass in rare untill damage condition. In addition, the education level of the people did not greatly effect the mainset of people living nearby TAD in environmental management. Finally, from the multiples uses in the TAD waters showed that they only pay attention to the utilization without caring their environmental water qualities caused by the high intensity of their activities in TAD. In order to manage TAD, this reseaches proposed preservation, utilization and buffer zones.


(14)

RINGKASAN

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO. Analisis Hubungan antara Beban Pencemaran dan Konsentrasi Limbah sebagai dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam. Dibimbing oleh ENAN M. ADIWILAGA, ROKHMIN DAHURI, ISMUDI MUCHSIN, dan HEFNI EFFENDI.

Sebelum abad-20 manusia menganggap laut mempunyai kemampuan tak terbatas dalam menyerap (menetralisir) semua limbah yang masuk ke dalamnya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa dengan luas dan volume air laut yang luar biasa besar, maka laut akan mampu mengencerkan semua jenis limbah berapapun jumlahnya. Sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk dunia, meningkat pula kegiatan pembangunan dan kebutuhan masyarakat, demikian juga dengan tingkat perubahan atau pergeseran fungsi ruang baik darat maupun laut, maka semakin beragam jenis limbah dengan volume yang semakin besar dibuang ke laut. Oleh karena tingginya intensitas aktivitas para pengguna (pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa) di perairan teluk selama ini, baik yang bersumber dari darat maupun dari laut, tentu memiliki keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan Teluk Ambon Dalam (TAD). Aktivitas-aktivitas masyarakat baik di darat maupun di laut tersebut, pengaruhnya perlahan tapi pasti akan menambah beban pencemaran di perairan TAD. Perubahan kualitas perairan TAD akibat masuknya beban pencemaran kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol atau dikendalikan secara baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisa beban pencemaran dan menentukan status pencemaran TAD; 2) menganalisa pola dan tingkat sedimentasi; 3) menghitung kapasitas asimilasi; 4) membuat zonasi pemanfaatan TAD dan 5) menyusun strategi pengelolaan pencemaran TAD.

Untuk menjawab tujuan di atas maka beberapa pendekatan dipakai yaitu sebagai berikut: untuk analisis beban pencemaran dipakai pendekatan rapit assesment yaitu perhitungan beban pencemaran dari setiap sumber pencemaran; untuk menganalisis kapasitas asimilasi didasarkan pada metode hubungan antara konsentrasi limbah dengan beban limbah; untuk menentukan status mutu air dipakai Pollution Index (PI) atau Indeks Pencemaran dan metode Indeks Storet; untuk menganalisis pola dan tingkat sedimentasi yang terjadi di teluk dihitung debit aliran sungai, debit sedimen dan nilai Koefisien air larian (C); untuk mengestimasi dampak akibat pencemaran diamati pada beberapa indeks ekologi dari komunitas mangrove, lamun dan fauna bentos ; untuk membuat zona kelola TAD dianalisis berdasarkan zonasi wilayah yang tercemar, kriteria peruntukan serta status TAD; untuk sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan dengan sosialisasi, wawancara dan kuesioner; dan untuk data hukum dan kelembagaan dipakai pendekatan wawancara narasumber serta pengumpulan data sekunder; dan untuk menyusun strategi pengelolaan pencemaran dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis beban limbah untuk NO3 pada tiap musim tidak terlalu bervariasi nilainya, kecuali pada musim barat variasi nilainya besar sekali yaitu 0,132–100,655 ton/tahun. Berdasarkan analisis hubungan antara beban pencemaran dengan konsentrasi limbah indikator NO3 yang ada di perairan laut, ternyata tiap musim menunjukkan keeratan hubungan


(15)

yang berbeda-beda. Untuk menjelaskan hubungan ini, hanya musim timurlah yang menunjukkan hubungan yang signifikan yaitu Y=0.0049X+0.0383 dengan R2=0.8286. Hasil analisis beban pencemaran PO4 dari tiap sungai menunjukkan bahwa untuk musim timur, pancaroba I dan II, tidak terlalu bervariasi kecuali pada musim barat, sedangkan hasil analisis hubungan beban pencemaran dengan

konsentrasi fosfat di laut menunjukkan

hubungan signifikan lebih nampak pada musim pancaroba I denganY=0.0051X+0 .019 dan R2= 0.7191. Selanjutnya hasil analisis beban pencemaran bahan organik dengan indikator BOD tiap musim sangat bervariasi. Beban pencemaran tertinggi ditemukan pada musim barat berkisar antara 3,903–283,216 ton/tahun. Berdasarkan analisis hubungan antara beban pencemaran bahan organik dengan konsentrasi limbah indikator BOD di laut, ternyata hubungan yang signifikan ditemukan pada musim barat dan pancaroba I yaitu Y=0,002X+1,7522 dengan R2=0.8215 dan Y=0.0294X+0.8197 dengan R2=0.8545. COD merupakan komponen kimia yang memiliki sumbangan beban pencemaran dari sungai yang bervariasi dari beban terkecil 5,563 ton/tahun hingga 8806,287 ton/tahun. Distribusi beban pencemaran indikator COD di musim timur, pancaroba II, dan musim barat relatif tinggi, dan nilai tertinggi ditemukan pada musim barat. Hasil analisis hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi limbah organik di laut dengan indikator COD, dijelaskan oleh Y=-0.0037X+53.209 dengan R2=0.6503. Sumbangan beban limbah bahan organik dari sungai yang bermuara di teluk dapat dilihat bahwa sungai Waetonahitu masih yang tertinggi dibandingkan dengan sumbangan sungai lainnya. Perhitungan beban limbah Total Suspended Solid dari sungai yang masuk laut berkisar antara 0,003–7,628 ton/tahun. Musim yang memberi kontribusi beban limbah TSS terbesar adalah musim pancaroba I, dikuti musim barat. Tingginya curah hujan berpotensi menjadi faktor berpengaruh secara fisik yang mendorong tingginya beban limbah di perairan laut. Analisis hubungan beban limbah TSS dari sungai dengan konsentrasi TSS di laut, menunjukkan hubungan yang signifikasi pada musim timur dan pancaroba I yaitu Y=-0.0066X+0.0268 dengan R2 = 0.9208, dan Y=0.0002X+0.0342 dengan R2 =0.7339. Hal ini mengindikasikan bahwa konsentrasi TSS di perairan laut berhubungan dengan masukan beban limbah indikator TSS dari sungai. Hasil analisis hubungan beban pencemaran bahan organik di sungai dengan konsentrasi limbah di laut indikator TOM, dijelaskan oleh hubungan yang signifikan pada musim timur Y=0.0164X+14.311 dengan R2=0.8011 dan Y=-0.0137X+2.9333 dengan R2=0.6027 pada musim pancaroba II. Hal ini menggambarkan kontribusi beban pencemaran organik dari sungai terhadap konsentrasi limbah organik yang ada di laut adalah sekitar 60-80%.

Berdasarkan analisis total beban pencemaran indikator COD, diikuti TOM dan BOD merupakan beban pencemaran yang sangat dominan masuk ke teluk Ambon. Kontribusi beban pencemaran COD mengindikasikan kehadiran bahan-bahan organik yang tidak dapat diuraikan secara biologis. Hasil analisis beban pencemaran dengan indikator NO3 dan PO4 ternyata lebih besar dari baku mutu itu berarti bahwa masukan beban limbah organik dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas asimilasi. Berdasarkan analisis beban limbah padat kota yang diperkirakan masuk ke Teluk Ambon bahwa dari ±75775 jiwa yang berdiam di wilayah batas daerah aliran sungai pada TAD seluas 9,16043 km2 atau 916,043


(16)

ha, telah menghasilkan sekitar 11366250 kg/thn atau sekitar 11366,25 ton/tahun (15359,80 m3/tahun).

Selanjutnya hasil penelitian ini menemukan bahwa estimasi kerusakan berdasarkan nilai kerapatan dan persen penutupan pohon mangrove untuk masing-masing lokasi didapatkan bahwa kondisi hutan mangrovenya dikategorikan sebagai hutan yang jarang dan rusak. Hal ini bila dikaitkan dengan persen penutupan pohon mangrove yang berkisar antara 5,28–20,00% itu berarti lebih kecil dari 50% ketentuan kriteria. Penelitian ini juga memberi gambaran sementara keadaan komunitas lamun di perairan Teluk Ambon. Dengan menggunakan pendekatan persen penutupan seperti yang tertuang dalam Kepmen LH No.200 Tahun 2004, dapat dilihat status padang lamun di perairan TAD yaitu bahwa semua lokasi berada dalam kondisi rusak. Kenyataan ini membuktikan bahwa kemungkinan telah terjadinya sedimentasi ataupun berbagai aktivitas di sekitar perairan ini yang secara langsung berdampak ke ekosistem lamun. Gambaran kondisi kurang kaya atau kurang sehat sampai miskin mestinya sudah memberi peringatan tentang apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan keberadaan ekosistem lamun dalam teluk, bagi keberlanjutan sumberdaya biota laut yang hidupnya tergantung pada ekosistem lamun. Selanjutnya dengan pendekatan nilai ekologis yaitu berdasarkan nilai indeks keragaman jenis fauna bentos yang dihitung dengan Shannon-Wiener, dikatakan bahwa status kualitas air di perairan TAD berkisar dari tercemar sangat ringan sampai tercemar ringan. Berdasarkan hasil analisis, nilai waktu dirus dari ke empat sungai yang ada di teluk adalah 1.02 jam, sedangkan rata-ratanya adalah 0.25 jam. Dengan demikian dalam waktu ¼ jam massa air laut dapat membilas massa air tawar dari sungai-sungai tersebut. Nilai waktu dirus sungai-sungai Air Besar Halong ditemukan sangat kecil (0,03 jam) dibanding sungai-sungai lainnya, diikuti sungai Waeheru (0,11 jam). Dengan waktu dirus atau bilas yang kecil tersebut, maka penyebaran bahan-bahan buangan yang berasal dari setiap muara sungai ke laut akan cepat sekali. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran nilai tertinggi maupun terendah parameter yang diukur ternyata menyebar pada beberapa tempat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter NO3 dan PO4 kapasitas asimilasinya lebih besar itu berarti bahwa masukan beban limbah dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas TAD. Selain itu baku mutu NO3 untuk biota laut lebih kecil dari konsentrasi sebenarnya parameter terukur. Grafik analisis kapasitas asimilasi dengan pendekatan beban limbah BOD, COD, dan TSS, menggambarkan bahwa dengan garis prediksi baku mutu menunjukkan ketiga parameter ini kapasitas asimilasinya masih dibawah. Hal ini berarti proses fisik, kimia dan biologi juga turut mempengaruhi kondisi ini.

Hasil analisis metode indeks Storet terhadap parameter air di perairan laut menunjukkan bahwa berdasarkan skor yang didapatkan jumlah skor nilai adalah sebesar -106. Hal ini berarti kualitas air di perairan TAD sudah termasuk kelas D, dengan kategori buruk atau telah tercemar berat, karena skornya telah >-31. Hasil analisis terhadap beberapa parameter air laut yang dikategorikan ke dalam ketentuan evaluasi nilai PI, secara keseluruhan parameter-parameter tersebut mengindikasikan bahwa perairan TAD kondisinya berkisar dari baik hingga cemar berat. Sedangkan berdasarkan evaluasi nilai rata-rata keseluruhan parameter tersebut maka perairan TAD dikondisikan telah tercemar sedang. Parameter yang sudah termasuk kategori cemar berat adalah NO3, minyak dan lemak, serta PAH


(17)

karena nilai PI-nya sudah melampaui 10. Luas area tercemar berdasarkan indikator beberapa parameter serta status kualitas perairan yang dikaitkan dengan kriteria peruntukan maka agar kedepan perairan TAD tetap dapat dipergunakan secara baik, maka diusulkan dua kawasan lindung dengan enam kawasan pemanfaatan dan kawasan penyangga.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perairan TAD baik dari analisis pendekatan secara kimia maupun biologi menunjukkan bahwa perairan ini telah tercemar. Demikian juga dengan analisis hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi limbah organik semua indikator menunjukkan hubungan yang signifikan dan status perairan TAD yang tercemar.

Kata kunci:TAD, Beban pencemaran, kapasitas asimilasi, pengelolaan, kualitas air


(18)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(19)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN

PENCEMARAN DAN KONSENTRASI LIMBAH

SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KUALITAS

LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(20)

Judul Tesis : Struktur Tegakan dan Sebaran Spasial Jenis Pohon Torem (Manilkara kanosiensis, H.J. Lam & B.J.D. Meeuse) di Pulau Yamdena Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Nama : Aryanto Boreel

NRP : E151070041

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. Ketua

Dr. Ir. Istomo, M.S. Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Hariadi Kartodiharjo, M.S.


(21)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr.Ir. Ario Damar, M.Si

Dr.Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof.Dr.Ir.N.V.Huliselan, M.Sc Prof.Dr.Ir.Dietriech Bengen, DEA


(22)

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas pimpinan dan kasihNYA maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak Agustus 2006 ini adalah pencemaran, dengan judul : “Analisis hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi limbah sebagai dasar pengelolaan kualitas lingkungan perairan Teluk Ambon Dalam”. Disertasi ini memuat satu bab yang merupakan pengembangan dari naskah artikel yang diajukan ke Ichthyos Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan dengan judul Analisis Kualitas Air beberapa Wilayah Sungai dan DAS pada Teluk Ambon Bagian Dalam, suatu Pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut (Bab V).

Menyadari bahwa mulai dari tahap penelitian hingga tahap penulisan dan penyelesaikan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung maka, pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih atas berbagai dukungan baik material maupun moriil yang telah diberikan kepada saya selama ini.

Secara khusus terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS, Prof. Dr .Ir. Ismudi Muchsin, dan Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil, selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga di dalam menyampaikan pikiran-pikirannya sebagai bahan masukan sehingga karya ilmiah ini dapat dirampungkan. Terima kasih juga disampaikan kepada Rektor Institut Pertanian Bogor, Rektor Universitas Pattimura, Dekan Pasca sarjana IPB, Pimpinan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti Ambon, Pimpinan, staf dosen dan karyawan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Pimpinan dan staf dosen MSP IPB, khususnya Pimpinan, staf dosen dan karyawan Program Studi SPL atas semua pelayanan yang diberikan kepada saya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan LP3O Jakarta dan LIPI Ambon, pimpinan dan staf teknis Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan IPB, Pimpinan Jurusan dan Program Studi MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti dan Pemerintah daerah Kota Ambon dan Pemerintah Kecamatan Teluk Ambon Baguala yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Maluku, BPPS, Yayasan Maluku, Yayasan Damandiri, Toyota–Astra dan Mitra Bahari–Coremap2 atas semua santunan dana yang diberikan kepada penulis. Ungkapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada papi, mami, kedua mertua (alm), suami dan anak-anak tercinta (Semuel Frederik, Julian dan Frellian Tuhumury), seluruh keluarga besar Tuhumury-Selanno serta teman-teman Kanaf dan Permama atas dukungan doa, perhatian dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2009


(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Namlea pada tanggal 31 Agustus 1964 sebagai anak kedua dari tiga orang saudara dari pasangan Abner B. Selanno dan Oktovina Siahaya. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon, lulus tahun 1989. Pada tahun 1992, penulis diterima di Jurusan Fundamental Applied Marine Ecology (FAME) Fakultas Pertanian pada program pascasarjana

Vrije Universiteit Brussels Belgia dan menamatkannya pada tahun 1994. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Lautan IPB diperoleh pada tahun 2004. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti Ambon sejak tahun 1990. Bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawab adalah ekologi laut dan ekotoksikologi perairan.

Karya-karya ilmiah penulis yang telah diterbitkan pada jurnal ilmiah antara lain:

 Kajian Struktur Komunitas Moluska untuk Menentukan Kualitas Lingkungan, ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Vol.1. No. 2. 2002.

 Analisis Keseimbangan Pemanfaatan Sumberdaya Lamun di Desa Ameth, Maluku Tengah,Jurnal Triton,Jurusan MSP. Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan 2003.

 Distribusi Spasial & Referensi Limbah Domestik pada Daerah Aliran Sungai . ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Vol.3. No. 1. 2004.

 Analisa Beberapa Parameter Kualitas Air pada Teluk Ambon Dalam bagi Peruntukan Budidaya Laut. ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Vol. 4 No.1. 2005.

Karya ilmiah yang merupakan bagian dari program S3 berjudul :

 Analisis Kualitas Air beberapa Wilayah Sungai dan DAS pada Teluk Ambon Bagian Dalam, suatu Pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan. ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan. Vol.6. No. 2, edisi Juli 2007.

Analisis Tingkat Kerusakan Mangrove pada Teluk Ambon Dalam (TAD). Jurnal Perikanan Universitas Brawijaya Malang. Vol.11. No.2, Desember 2008


(24)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat yang diharapkan ... 7 1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10 2.1 Perairan Pesisir dan Tantangan Pengembangannya ... 10 2.2 Pencemaran Perairan Pesisir ... 15 2.2.1 Defenisi dan Pengertian Pencemaran ... 15 2.2.2 Jenis dan Sumber Pencemaran ... 18 2.2.3 Beban Pencemaran ... 22 2.2.4 Dampak Pencemaran ... 23 2.2.4.1 Pencemaran Sebagai Suatu Proses... 23 2.2.4.2 Bahan Organik ... 26 2.2.4.3 Sedimentasi ... 27 2.2.4.4 Dampak Ekologi Pencemaran Minyak... 34 2.2.4.5 Dampak Pencemaran terhadap Kesehatan Manusia ... 40 2.2.4.6 Dampak Pencemaran terhadap Estetika dan Pariwisata . 41 2.2.4.7 Dampak Pencemaran terhadap Ekonomi ... 41 2.3 Biota Air sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Perairan ... 42 2.4 Daya Dukung Lingkungan Alam ... 43 2.5 Kapasitas Asimilasi... 44 2.6 Nilai Manfaat Penelitian Tentang Beban Pencemaran Dalam

Pengelolaan Kualitas Lingkungan ... 45 2.7 Pengelolaan Pencemaran Pesisir dan Lautan ... 46 2.8 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 51 2.9 Kawasan Konservasi ... 53

III METODOLOGI ... 55 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 55 3.2 Kerangka Teoritis ... 55 3.3 Rancangan Penelitian ... 57 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 58

3.4.1 Kualitas Air ... 58 3.4.2 Biota ... 60 3.4.3 Sedimen ... 62 3.4.4 Karakteristik Sungai ... 62


(25)

xi 3.4.5 Pembuatan Peta ... 62 3.4.6 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya ... 63 3.5 Analisis Data... 63 3.5.1 Menganalisa Tingkat :Pencemaran ... 64 3.5.1.1 Analisis Beban Pencemaran... 64 3.5.1.2 Kapasitas Asimilasi... 65 3.5.1.3 Flushing Time (Waktu dirus)... 65 3.5.1.4 Distribusi Spasial dan Temporal Parameter Fisik Kimia

Perairan... 67 3.5.1.5 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks

STORET... 67 3.5.1.6 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks

Pencemaran (Kepmen LH. No. 115 Tahun 2003)... 68 3.5.2 Menganalisa Pola dan Tingkat Sedimentasi ... 69 3.5.2.1 Menghitung Debit Aliran Sungai ... 70 3.5.2.2 Menghitung Debit Sedimen ... 70 3.5.3 Mengestimasi Dampak Akibat Pencemaran ... 70 3.5.4 Membuat Zona Kelola TAD... 74 3.5.5 Sosial Ekonomi Budaya ... 81 3.5.6 Sistem Hukum dan Kelembagaan ... 81 3.5.7 Menyusun Strategi Pengelolaan Pencemaran TAD ... 82 3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 82 3.7 Bahan dan Alat ... 86

IV KONDISI UMUM PERAIRAN TELUK AMBON DALAM ... 88 4.1 Kondisi Fisik Perairan Laut dan Permasalahannya ... 88 4.1.1 Oseanografi ... 88 4.1.1.1 Batimetri... 88 4.1.1.2 Pola Arus Musim di Perairan TAD ... 89 4.1.2 Suhu ... 92 4.1.3 Kecerahan ... 98 4.1.4 Total Suspended Solid/ TSS ………... 104 4.1.5 Analisis Tekstur Sedimen ... 110 4.2 Kondisi Kimia Perairan Laut dan Permasalahannya ... 111 4.2.1 pH ... 111 4.2.2 Salinitas ... 119 4.2.3 Klorofil-a ... 120 4.3 Perspektif Ekologi dalam Pencemaran Pesisir dan Laut ... 126 4.3.1 Kondisi Biologi Perairan TAD ... 126 4.3.2 Komunitas Mangrove ... 127 4.3.2.1 Kerapatan Mangrove ... 127 4.3.2.2 Persen Penutupan Jenis Mangrove... 129 4.3.2.3 Nilai Penting Jenis Mangrove... 133 4.3.3 Komunitas Lamun ... 135 4.3.3.1 Jumlah Tegakan Jenis Lamun di Perairan TAD ... 135 4.3.3.2 Kerapatan Jenis Lamun di Perairan TAD ... 138 4.3.3.3 Persen Penutupan Lamun di Perairan TAD ... 138 4.3.4 Komunitas Terumbu Karang ... 140


(26)

xii 4.3.5 Komunitas Ikan ... 142 4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat ... 143 4.4.1 Kondisi Sosial dan Budaya ... 143 4.4.1.1 Tingkat Pendidikan ... 145 4.4.1.2 Persentase Lama Waktu Menetap di Desa... 146 4.4.1.3 Persepsi Masyarakat tentang Lingkungan dan

Kesehatan ... 146 4.4.2 Kondisi Ekonomi ... 150 4.4.2.1 Persentase Jenis Pekerjaan dan Angkatan Kerja ... 150

V KONDISI UMUM PERAIRAN SUNGAI ... 153 5.1 Sungai sebagai Media Alir Berbagai Limbah ... 153 5.1.1 Kualitas Fisik Sungai ... 153 5.1.2 Karakteristik Sungai ... 154 5.2 Kualitas Kimia Sungai ... 156 5.2.1 pH ... 156 5.2.2 Salinitas ... 157 5.2.3 NO3 ... 158 5.2.4 PO4 ... 158 5.2.5 Total Suspended Solid/TSS ………... 161 5.2.6 Masalah Sampah dan Sungai ... 162

VI BEBAN PENCEMARAN, PENENTUAN STATUS KUALITAS

PERAIRAN DAN PENDUGAAN ANGKA KERUSAKAN ………. 166 6.1 Konsentrasi Bahan Pencemaran ... 166 6.1.1 Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) di Perairan Laut ... 167 6.1.2 Konsentrasi NO3 dan PO4 di Perairan Laut ... 169 6.1.3 Konsentrasi Minyak dan Lemak di Perairan Laut ... 172 6.1.4 Total Organic Matter (TOM) di Perairan Laut ... 174 6.1.5 Biochemical Oxygen Demand (BOD) di

Perairan Laut ... 177 6.1.6 Chemical Oxygen Demand (COD) di

Perairan Laut ... 180 6.1.7 Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Laut……… 181 6.1.8 Konsentrasi Polycyclic Aromatic Hydrokarbon (PAH’s)

Air Laut ………. 182 6.1.9 Konsentrasi PAH’s dalam Biota dan Sedimen ………. 186 6.2 Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi

Perairan TAD ………... 189 6.2.1 NO3 ... 191 6.2.2 PO4 ……… 194 6.2.3 BOD ... 195 6.2.4 COD ... 198 6.2.5 TSS ... … 199 6.2.6 TOM ... 201 6.2.7 Analisis Total Beban Pencemaran di Perairan TAD... 203 6.2.8 Analisis Beban Pencemaran dari Beberapa Sumber Di Darat ………. 203


(27)

xiii 6.2.8.1 Beban Pencemaran Domestik Padat Kota ……… 204 6.2.8.2 Beban Pencemaran Domestik Cair Kota ……… 205 6.2.8.3 Beban Pencemaran Agro-Industri ……….... 206 6.2.8.4 Beban Pencemaran Pertanian ... 207 6.2.8.5 Beban Pencemaran Kapal di Laut ... 208 6.2.8.6 Persentase Limbah Kegiatan di Darat dan Laut ... 209 6.3 Perbandingan Volume Beban Pencemaran

dari Sumber-Sumber Utama ... 210 6.4 Sedimentasi dan Flushing Time (Waktu Dirus) ... 211 6.4.1 Pola dan Tingkat Sedimentasi …... 211

6.4.2 Flushing Time (waktu dirus) ... 217 6.4.3 Pengaruh Flushing time terhadap Sedimentasi ……… 218 6.4.4 Pengaruh Flushing time terhadap Kapasitas Asimilasi ……… 219 6.5 Penentuan Status Pencemaran ... 219 6.5.1 Metode Indeks Storet ... 219 6.5.2 Metode Indeks Pencemaran (PI) ... 221 6.6 Pendugaan Angka Kerusakan Hutan Mangrove di TAD ... 222 6.7 Pendugaan Angka Kerusakan Komunitas Lamun di TAD ... 224 6.8 Tekanan Ekologis terhadap Keanekaragaman Ekosistem TAD ... 224 6.8.1 Jumlah Jenis dan Kepadatan Fauna Bentos ... 224 6.8.2 Klaster Nilai Kepadatan Bentos ... 227 6.8.3 Keserasian dan Keanekaragaman Jenis Bentos ... 228

VII EVALUASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAD ... 233 7.1 Penataan Ruang (zonasi) ... 233

7.1.1 Gambaran Umum Rencana dan Arahan Pengelolaan

Kawasan Lindung ... 234 7.1.1.1 Zona Lindung Lokal dan Zona Penyangga Hutan

Mangrove ... 234 7.1.1.2 Kawasan Lindung Sempadan Pantai dan Sempadan

Sungai ... 239 7.1.1.3 Kawasan Lindung DAS ... 241 7.1.2 Rencana dan Arahan Pengelolaan Kawasan Budidaya

dan Penangkapan ... 243 7.1.2.1 Kawasan Perikanan Budidaya ... 243 7.1.2.2 Kawasan Perikanan Tangkap ... 245 7.1.2.3 Zona Prasarana dan Sarana Perikanan ... 245 7.1.3 Rencana dan Arahan Pengelolaan Kawasan Pariwisata

Bahari ... 246 7.1.4 Evaluasi Rencana dan Arahan Pengelolaan RTL

Kota Ambon ... 250 7.1.5 Substansi Teknis ... 252 7.1.6 Prosedur Teknis ... 253 7.1.7 Prosedur Administratif Penataan Ruang ... 254 7.1.8 Implementasi Penegakan Hukum ... 255 7.2 Pengendalian Aktivitas Konstruksi dan Pembangunan ………. 259 7.3 Pengendalian Pencemaran ………... 259 7.3.1 Baku Mutu Air Buangan Limbah (effluent standards) ... 260


(28)

xiv 7.3.2 Baku Mutu Lingkungan Perairan (ambient standards) ……… 260 7.3.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ………... 261 7.3.4 Pengolahan Sampah ……… 261

VIII STRATEGI PENGELOLAAN PENCEMARAN TAD ... 266 8.1 Pengurangan Beban Pencemaran ... 266 8.1.1 Pendekatan Teknologi ... 266 8.1.2 Pendekatan Ekonomi ... 267 8.1.3 Pendekatan Sosial Budaya ... 268

8.1.4 Pendekatan Hukum ... 268 8.1.5 Pendekatan Kelembagaan ... 269 8.2 Pemanfaatan Ruang Wilayah TAD Secara Terpadu ... 269

8.2.1 Status Kualitas Perairan sebagai Dasar Penyusunan

Zonasi TAD ... 269 8.2.2 Pembuatan Zonasi TAD ... 280 8.2.2.1 Kriteria Pembuatan Zonasi TAD ... 280 8.2.2.2 Zonasi TAD ... 283 8.2.2.3 Zonasi Lahan Atas ... 290 8.3 Arah Pengembangan Wilayah TAD ... 293 8.3.1 Penerapan Instrumen Pengendalian Lingkungan (IPL) ... 294 8.3.2 Pengendalian Limbah Rumah Tangga ... 298 8.3.3 Pengendalian Limbah Industri ... 300 8.3.4 Pengendalian Limbah Pertanian ... 302

IX KESIMPULAN DAN SARAN ... 304 9.1 Kesimpulan... 304 9.2 Saran ... 305

DAFTAR PUSTAKA ... 306


(29)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Bahan-bahan pencemar di lingkungan laut ... 19 2 Sumber-sumber pencemaran di lingkungan pesisir dan laut ... 21 3 Rangking kepekaan lingkungan laut di Indonesia terhadap minyak ... 40 4 Pengukuran luas areal jenis lamun tertentu dibandingkan dengan

total area penutupan seluruh jenis lamun menggunakan metode

Saito dan Adobe, diacu dalam Kepmen.LH.No.200/2004 ... 61 5 Tipe data dan parameter yang dianalisa... 63 6 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ... 68 7 Kriteria baku kerusakan mangrove... 71 8 Status padang lamun ... 72 9 Kriteria kualitas air berdasarkan Indeks Keanekaragaman

Shannon- Wiener ... 73 10 Diskripsi titik-titik sampling di laut ... 85 11 Posisi titik sampling Polycyclic Aromatic Hydrocarbon ... 86 12 Alat dan bahan, tipe dan kegunaan ... 86 13 Kondisi hidrologi perairan Teluk Dalam Ambon Tahun 1974 – 1975 ... 97 14 Kecerahan rata-rata tiap stasion di perairan TAD... 103 15 Kecerahan rata-rata tiap musim di perairan TAD... 104 16 Jumlah tegakan dan jumlah jenis lamun pada perairan TAD ... 137 17 Jumlah individu dan berat ikan hasil tangkapan jaring insang

dasar pada masing-masing daerah pangkapan di TAD ... 144 18 Persentase sistem pengawasan terhadap sumber daya alam... 148 19 Persentase pengetahuan masyarakat tentang ekosistem produktif ... 151 20 Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) menurut kegiatan utama dan

jenis kelamin ... 153 21 Debit aliran sungai pada tiap musim... 155 22 Jumlah curah hujan tiap musim selama penelitian ... 156 23 Rata-rata konsentrasi parameter indikator di laut... 166

24 Status kualitas air berdasarkan kandungan oksigent terlarut

(Lee et al. 1978)... 167 25 Kandungan oksigen terlarut perairan TAD tahun 1974-1975... 168 26 Banyaknya penggunaan dan manfaat dari berbagai sumber minyak *)... 174


(30)

xvii 27 Komponen buangan organik ... 176 28 Status kualitas air berdasarkan BOD5 (Lee et al.1978) ... 180 29 Hasil analisis konsentrasi PAH dalam air laut di TAD ... 184 30 Konsentrasi PAH’s tiap individu (ppm) dalam sedimen dan biota ... 188 31 Beban pencemaran (BL) indikator NO3 dari sungai- sungai... 191 32 Beban pencemaran (BL) indikator PO4 dari sungai-sungai... 194 33 Beban pencemaran (BL) indikator BOD dari sungai-sungai... 195 34 Beban pencemaran (BL) indikator COD dari sungai-sungai... 198 35 Beban pencemaran (BL) indikator TSS dari sungai-sungai ... 200 36 Beban pencemaran (BL) indikator TOM dari sungai-sungai ... 202 37 Total beban pencemaran semua sungai yang bermuara di TAD

(2006-2007)... 203 38 Perhitungan beban pencemaran padat kota (domestik)... 205 39 Perhitungan cepat beban pencemaran dari buangan cair domestik ... 206 40 Perhitungan cepat beban pencemaran cair dari kegiatan agro-industri ... 207 41 Perhitungan cepat beban pencemaran dari kegiatan pertanian

(kebun sayuran) ... 208 42 Perhitungan cepat beban pencemaran cair dari kapal ferry ... 209 43 Persentase beban pencemaran (produksi limbah) dari kegiatan

di darat dan di laut ... 209 44 Persentase beban pencemaran dari sumber utama ... 210 45 Perhitungan “flushing time“ menggunakan pendekatan

Dahuri et al. (1996)... 218 46 Status mutu kualitas air menurut sistem nilai Storet di perairan laut

untuk biota laut... 220 47 Penentuan Indeks Pencemaran (PI) untuk baku mutu X pada air laut... 221 48 Penentuan Indeks Pencemaran (PI) untuk baku mutu X pada air

sungai ... 222 49 Kriteria baku kerusakan pohon mangrove

(Kepmen LH. No. 201/2004) ... 223 50 Status komunitas lamun di perairan TAD ... 224 51 Jumlah jenis, kepadatan total, keserasian dan keragaman jenis

bentos di perairan TAD ... 225 52 Sumbangan nilai kepadatan tertinggi dari jenis-jenis moluska

di tiap lokasi ... 226


(31)

xviii 53 Nilai kepadatan total, keserasian dan keanekaragaman

Shannon-Wiener dan kriteria kualitas air (*) ... 230 54 Distribusi rencana lokasi budidaya, luas area (ha) dan jenis

Peruntukan (metode budidaya) ... 243 55 Perkiraaan luas lokasi yang terkena pencemaran bahan organik

dengan pendekatan beberapa parameter indikator ... 271 56 Contoh kriteria bagi peruntukan budidaya perikanan (biota laut) dan

dan hasil pengukuran beberapa parameter penelitian ini ... 274 57 Contoh cuplikan beberapa parameter hasil penelitian yang

diperlukan untuk perairan pelabuhan ... 275 58 Penilaian kriteria kawasan lindung ... 285 59 Matriks kesesuaian untuk budidaya laut ... 286 60 Matriks kesesuaian untuk penangkapan ikan ... 287 61 Matriks kesesuaian untuk pariwisata ... 287 62 Matriks kesesuaian untuk perairan pelabuhan ... 288


(32)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ... 9 2 Bagan tentang proses yang terjadi bila bahan pencemar masuk

ke ekosistem laut (EPA 1975, diacu dalam Moriaty 1983) ... 24 3 Kerangka teoritis permasalahan di TAD ... 56 4 Diagram rancangan penelitian ... 59 5 Cara pengambilan sampel air sungai pada salinitas nol ... 60 6 Petak contoh untuk pengambilan contoh lamun ... 60 7 Transek garis dan petak contoh (plot) pengukuran mangrove pada

setiap zona dari pinggir laut ke arah darat (Bengen 2002) ... 61 8 Grafik hubungan antara beban pencemaran dengan konsentrasi

masing-masing parameter indikator ... 65 9 Peta lokasi penelitian ... 84 10 Batimetri dan tampilan ortografik 3 dimensi dasar laut ambang

Galala-Poka ... 89 11 Batimetri perairan dan tampilan 3 dimensi dasar

perairan TAD ... 90 12 Peta pola arus musim timur ... 93 13 Peta pola arus musim pancaroba II ... 94 14 Peta pola arus musim barat ... 95 15 Peta pola arus musim pancaroba I ... 96 16 Suhu rata-rata tiap stasion dan tiap musim di TAD... 98 17 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim timur ... 99 18 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 100 19 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim barat ... 101 20 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 102 21 Dampak kegiatan pembangunan di lahan darat ke perubahan warna

perairan laut ... 105 22 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim timur ... 106 23 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 107 24 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim barat ... 108 25 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 109 26 Persentase diameter ukuran butiran sedimen di perairan pantai ... 111


(33)

xix 27 Sebaran presentase rata-rata diameter ukuran sedimen di tiap

perairan pantai di TAD ... 112 28 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim timur ... 114 29 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 115 30 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim barat ... 117 31 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 117 32 Salinitas rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 118 33 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada Musim Timur ... 119 34 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 120 35 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada musim barat ... 121 36 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 122 37 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan

Agustus 2006 ... 124 38 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan

Oktober 2006 ... 125 39 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan Ambon pada bulan

Januari 2007... 126 40 Kerapatan jenis pohon mangrove di perairan TAD ... 130 41 Persen penutupan jenis pohon mangrove di perairan TAD ... 132 42 Nilai penting jenis pohon mangrove di perairan TAD ... 134 43 Nilai kerapatan jenis lamun di perairan TAD ... . 138 44 Persen penutupan jenis lamun di perairan TAD ... 139 45 Persentase tingkat pendidikan penduduk di sekitar TAD ... 145 46 Persentase lama waktu menetap penduduk di sekitar TAD ... 146 47 Persentase kegiatan kapal-kapal di perairan TAD ... 147 48 Persentase tujuan pemanfaatan hutan mangrove ... 147 49 Persentase kegiatan penambangan batu dan pasir ... 148 50 Persentase pengetahuan masyarakat tentang kesehatan keluarga ... 148 51 Persentase pengetahuan masyarakat tentang lingkungan sekitarnya ... 149 52 Persentase kegiatan sosialisasi yang sudah dilakukan untuk masyarakat .. 150 53 Persentase jenis pekerjaan penduduk di sekitar TAD ... 151 54 Salinitas rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai ... 158 55 NO3 rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai ... 159 56 PO4 rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai ... 160


(34)

xx 57 TSS rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai ... 162 58 Persentase jenis sampah yang dibuang masyarakat ke perairan TAD ... 163 59 Persentase produksi sampah Kota Ambon ... 164 60 Contoh tempat pembuangan sampah di sungai Waetonahitu Passo ... 165 61 Oksigen terlarut rata-rata tiap stasion dan tiap musim ... 169 62 NO3 rata-rata tiap stasion dan tiap musim ... 170 63 PO4 rata-rata tiap stasion dan tiap musim ... 171 64 Konsentrasi rata-rata minyak dan lemak tiap stasion dan tiap musim ... 174 65 TOM rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 177 66 BOD rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 179 67 COD rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 181 68 TSS rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 182 69 Beberapa contoh PAH yang umum ... 183 70 Konsentrasi rata-rata PAH tiap stasion ... 184 71 Konsentrasi PAH pada tiap musim ... 185 72 Referensi kehadiran individu PAH yang dominan tiap musim ... 185 73 Konsentrasi PAH’s total dalam sedimen dan biota ... 188 74 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di TAD dengan indikator NO3 ... 192 75 Tren NO3 di TAD tahun 1984-2007 ... 193 76 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di TAD dengan indikator PO4 ... 195 77a Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di TAD dengan indikator BOD pada musim barat ... 196 77b Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di TAD dengan indikator BOD pada musim pancaroba I ... 196 78 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di TAD dengan indikator CODpada musim barat ... 199 79 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di TAD dengan indikator TSS pada musim pancaroba I ... 201 80 Pendugaan beban pencemaran organik dengan indikator TOM

pada musim timur ... 202 81 Fluktuasi musiman total beban limbah semua sungai di TAD


(35)

xxi 82 Skenario kondisi produksi limbah padat terhadap laju

pertumbuhan penduduk ... 212 83 Skenario kondisi produksi limbah cair terhadap laju

pertumbuhan penduduk ... 212 84 Debit sedimen di perairan TAD pada tiap musim ... 214 85 Dendogram similariti nilai kepadatan bentos ... 228 86 Rencana pola pemanfaatan ruang laut kota Ambon ... 236 87 Potensi masalah lingkungan dan pencemaran ... 237 88 Zona lindung lokal ... 240 89 Kawasan lindung pantai dan sungai ... 242 90 Rencana zonasi perikanan budidaya ... .. 244 91 Kawasan potensi perikanan tangkap ... 247 92 Rencana zonasi prasarana perikanan ... 248 93 Rencana zonasi wisata bahari ... 249 94 Kondisi eksisting wilayah kelola perairan TAD ... 272 95 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan

indikator oksigen terlarut ... 273 96 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan

indikator NO3 ... 276 97 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan

indikator PO4 ... 277 98 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan

indikator minyak dan lemak ... 278 99 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan

indikator COD ... 279 100 Peta rencana kelola kawasan perairan TAD ... 291 101 Lima unsur utama Sistem Manajemen Lingkungan

(Hadiwiardjo 1997) ... 295 102 Urutan langkah untuk menerapkan SML di suatu perusahan

(Hadiwiardjo 1997) ... 297 103 Skema langkah-langkah dalam melakukan pendugaan dampak

lingkungan (Canter 1997, diacu dalam Suratmo 2002) ... 297 104 Pengendalian dampak lingkungan dengan pendekatan limbah


(36)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Perencanaan pengambilan sampel dalam pengujian

parameter lingkungan (Hadi 2005) ... 318 2 Tahap prosedur analisis PAH (Holden & Marsden 1969) ... 319 3 Karakteristik tiap sungai pada tiap musim ... 320 4a Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada

musim timur ... 321 4b Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada

musim pancaroba II ... 322 4c Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada

musim barat ... 323 4d Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada

musim pancaroba I ... 324 5a Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim

timur ... 325 5b Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim

pancaroba II ... 326 5c Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim

barat ... 327 5d Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim

pancaroba I ... 328 6a Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim

timur ... 329 6b Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim

pancaroba II ... 330 6c Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim

barat ... 331 6d Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim

pancaroba I ... 332 7a Peta sebaran TOM di perairan TAD pada musim

timur ... 333 7b Peta sebaran TOM di perairan TAD pada musim

pancaroba II ... 334 7c Peta sebaran TOM di perairan TAD pada musim

barat ... 335 7d Peta sebaran TOMdi perairan TAD pada musim


(37)

xxiii 8a Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim

timur ... 337 8b Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim

pancaroba II ... 338 8c Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim

barat ... 339 8d Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim

pancaroba I ... 340 9a Peta sebaran CODdi perairan TAD pada musim

timur ... 341 9b Peta sebaran COD di perairan TAD pada musim

pancaroba II ... 342 9c Peta sebaran COD di perairan TAD pada musim

barat ... 343 9d Peta sebaran COD di perairan TAD pada musim

pancaroba I ... 344 10 Hasil perhitungan beban pencemaran tiap parameter

indikator dari tiap musim ... 345 11 Beban pencemaran dari tiap sungai yang bermuara di TAD ... 355 12 Hasil analisis data statistik untuk grafik hubungan beban

pencemaran dan konsentrasi bahan organik dengan pendekatan

parameter indikator ... 356 13 Distribusi spasial nilai kepadatan komunitas makro fauna

bentos di perairan TAD ... 363 14 Penilaian kriteria pengelolaan kawasan lindung TAD ... 369


(38)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem teluk yang semi tertutup cenderung memiliki karakteristik fisik yang terbatas, misalnya kecepatan arus yang relatif lamban, terlindung dari gelombang, sehingga sirkulasi airpun menjadi terbatas. Adapun arus dominan dalam teluk Ambon adalah arus pasang surut dengan kecepatan < 0.5 m/det sepanjang musim. Dengan perkataan lain teluk memiliki arus lemah kecuali pada lokasi Silale (Teluk Ambon Luar) terus ke arah luar kadang-kadang memiliki kecepatan arus > 0.5 m/det karena pengaruh angin barat daya yang bertiup kuat dengan kecepatan > 18 knot dalam waktu lama. Selain itu Teluk Ambon Dalam (TAD) dengan luas = 11.03 km2 serta memiliki perairan yang tidak lebih dari 40 m dalamnya, sehingga membuat proses percampuran massa air di TAD relatif lebih lamban dibandingkan dengan Teluk Ambon Luar (TAL).

Teluk Ambon Dalam dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yaitu sebagai daerah perikanan tangkap dan budidaya, pelabuhan pangkalan TNI Angkatan Laut dan POLAIRUD, pelabuhan kapal PT Pelni, kapal tradisional antar pulau dan ferry penyeberangan, pelabuhan perikanan, jalur transportasi laut, tempat pembuangan limbah air panas oleh PLN, dermaga tempat perbaikan kapal, tempat penambangan pasir dan batu, daerah konservasi, tempat rekreasi dan olahraga, tempat pendidikan dan penelitian serta pemukiman penduduk.

Wilayah pesisir dan lautan mengandung potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam, yang belum dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan. Potensi ekonomi pesisir dan lautan berdasarkan sektor kegiatan meliputi: perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi, pariwisata bahari dan pantai, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri dan jasa maritim, sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, kehutanan (mangrove) dan sumber daya non-konvensional (Dahuri 2009). TAD sebagai wilayah pesisir juga memiliki sejumlah potensi ekonomi tersebut.

Di sisi lain, kerusakan lingkungan dan sumber daya alam di beberapa wilayah pesisir dan lautan akibat aktivitas manusia telah mencapai tingkat yang


(39)

2

mengancam daya dukung lingkungan wilayah ini dalam menunjang pembangunan ekonomi berkelanjutan. Selain memiliki potensi kekayaan alam yang tinggi, beberapa wilayah pesisir di Indonesia juga rawan terhadap bencana alam seperti tsunami, gelombang pasang, gempa bumi dan badai. Oleh karena itu, untuk mensejaterahkan bangsa, maka kebijakan dan strategi pembangunan kelautan harus mampu mendayagunakan semua potensi secara efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan, dan secara simultan membenahi segenap permasalahan yang berkembang.

Gambaran fungsi dan kegunaan jelas memperlihatkan kondisi wilayah teluk Ambon dan sekitarnya yang telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan baik oleh masyarakat biasa, swasta maupun oleh pemerintah. Selain itu berbagai kepentingan tersebut pada kenyataannya tidak terkoordinasi secara baik, sehingga sering menimbulkan kerusakan lingkungan dan sumber daya alam. Di tingkat pemerintah sendiri kebijakan-kebijakan yang dibuat antar lembaga terkait masih tidak saling mengetahui, sehingga sering terjadi tumpang tindih kepentingan dalam pengelolaan teluk, apalagi kehadiran masyarakat ataupun

stakeholder belum dilibatkan secara optimal dalam proses pembuatan kebijakan-kebijakan strategis bagi pembangunan secara luas maupun pemanfaatan dan pengelolaan teluk secara khusus

Ancaman dan permasalahan terhadap kelestarian ekosistem pesisir dan lautan dalam kasus teluk Ambon antara lain perusakan fisik ekosistem pesisir seperti pengerukan pasir pantai, sedimentasi akibat buruknya manejemen lahan atas dan pencemaran. Sebelum abad-20 manusia (termasuk para ilmuwan) menganggap laut mempunyai kemampuan tak terbatas dalam menyerap semua limbah yang masuk ke dalamnya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa dengan luas dan volume air laut yang luar biasa besar, maka laut akan mampu mengencerkan (menetralisir) semua jenis limbah berapapun jumlahnya. Sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk dunia, meningkat pula kegiatan pembangunan, meningkat pula tingkat kebutuhan masyarakat, demikian juga dengan tingkat perubahan atau pergeseran fungsi ruang baik darat maupun laut, maka semakin beragam pula jenis limbah dengan volume yang semakin besar dibuang ke laut.


(40)

3

Oleh karena itu apabila terjadi perubahan kualitas lingkungan perairan teluk sebagaimana diuraikan sebelumnya yang merupakan habitat hidup dan berkembangbiak organisma laut, maka diduga komponen biologis di dalamnya pun akan mengalami perubahan. Pencemaran laut tidak hanya membahayakan dan mematikan biota dan ekosistem laut, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, merusak nilai estetika (keindahan) laut, serta mengancam fungsi ekonomi teluk. Apabila terjadi pencemaran di teluk Ambon, maka akan mengganggu seluruh aktivitas sosial ekonomi di wilayah kota Ambon secara umumnya dan khususnya di wilayah TAD. Pencemaran di TAD harus dikendalikan, agar tidak melampaui kapasitas asimilasi yang berunjung pada pencemaran perairan TAD. Untuk itu harus diketahui berapa besar beban pencemaran yang masuk ke TAD dan berapa besar kapasitas asimilasi teluk setelah menerima limbah. Selain itu bila benar telah terjadi pencemaran di TAD, maka langkah strategis apa yang diusulkan guna mengatasi permasalahan lingkungannya.

Oleh karena itu selain kajian tentang kondisi fisik-kimia teluk, aspek sosial ekonomi budaya, hukum dan kelembagaan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam upaya pengelolaan daerah teluk yang berkelanjutan. Dengan demikian untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai perubahan-perubahan yang sudah terjadi akibat pemanfaatan yang telah dilakukan selama ini di teluk maka penelitian ini dilaksanakan. Sehingga status kualitas lingkungan yang sebenarnya dapat diketahui, dengan demikian suatu zonasi pemanfaatan dapat diusulkan, demikian juga dengan strategi penanganan baik pengendalian ataupun pemulihan dapat diusulkan.

1.2 Perumusan Masalah

Tingkat pemanfaatan wilayah teluk dan sekitarnya yang relatif semakin tinggi, memungkinkan bertambahnya konsentrasi limbah di perairan teluk. Penambahan konsentrasi limbah baik yang berasal dari darat maupun dari aktivitas di laut, akan berdampak terhadap perubahan komponen fisik, kimia dan biologis teluk secara keseluruhan. Akibat perubahan komponen fisik, kimia dan biologi ekosistem teluk, maka kehidupan organisme yang hidup bergantung pada ekosistem ini juga akan berubah. Contohnya, bila terjadi kerusakan hutan


(41)

4

mangrove, lamun atau karang, maka populasi seperti ikan ataupun non ikan yang hidup di ekosistem tersebut, secara tidak langsung akan terganggu atau bahkan akan bermigrasi ke tempat lain. Demikian juga bila buangan dari aktivitas domestik, pertanian, peternakan ataupun kapal-kapal di laut, kemungkinan akan berakibat secara langsung ke komponen-komponen biologis tersebut.

Selanjutnya, contoh lain adalah akibat pemanfaatan lahan atas untuk berbagai kegiatan pembangunan yang telah mengorbankan sejumlah vegetasi darat. Kehilangan vegetasi penutup tanah tersebut dapat mengakibatkan erosi bila musim hujan. Sementara itu akibat erosi akan menambah jumlah suspended material terbesar disekitar perairan teluk.

Gambaran contoh yang dikemukakan di atas tentunya akan mempengaruhi kesehatan lingkungan serta nilai estetika teluk secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berbagai masalah yang diuraikan di atas adalah karena tingginya intensitas aktivitas pengguna teluk. Kurangnya kesadaran masyarakat maupun pengguna teluk dalam memelihara lingkungan perairan yang sehat bagi keberlanjutan hidup sumberdaya alam dan manusia juga akan mempengaruhi kualitas lingkungan perairan teluk.

Dari hasil pengamatan di wilayah teluk Ambon, sumber pencemaran yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut:

 Sungai

Kemungkinan pencemaran yang terjadi di TAD adalah karena masukan bahan-bahan pencemaran yang bersumber dari sungai yang bermuara di TAD. Kegiatan pembangunan jaringan jalan dan perumahan akan menghasilkan material padat (sediment loaded) hasil pembongkaran tanah di lahan atas ke perairan laut bila musim hujan tiba. Material-material tersebut akan mengalir baik melalui sungai ini secara langsung maupun melalui aliran air permukaan (run off).

Selain itu kegiatan pembuangan sampah padat maupun cair dari setiap aktivitas rumah tangga secara langsung ke sungai pada akhirnya akan terbawa aliran sungai ke perairan teluk. Demikian juga dengan hasil aktivitas pertanian yang dilakukan masyarakat sekitar dalam hal penggunaan pupuk. Bahan-bahan seperti ini juga akan mengalir ke sungai dan terus ke laut dengan bantuan aliran


(42)

5

air permukaan. Sedangkan dari aktivitas peternakan akan dihasilkan bahan-bahan seperti sisa makanan, kotoran dan urin juga akan mengalir ke sungai dan ke laut.

Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa sungai merupakan salah satu media terjadinya pencemaran di laut selain dari aktivitas di laut sendiri. Secara lebih jelas dapat teridentifikasi bahwa permasalahan kemungkinan terjadinya pencemaran di laut adalah berasal dari :

 Pemukiman

Aktivitas masyarakat sekitar teluk yang selama ini terbiasa membuang limbah baik ke perairan sungai maupun laut yang teridentifikasi dapat berupa limbah padat maupun cair. Jika diklasifikasikan, kedua limbah ini kemungkinan dapat menjadi sumber limbah organik, limbah minyak dan total suspended solid.  Pertanian

Aktivitas penggunaan pupuk untuk menyuburkan tanah pertanian merupakan salah satu ancaman terjadinya pencemaran organik dewasa ini. Kebanyakan kasus terjadinya pencemaran organik adalah karena aktivitas pertanian tersebut. Dari sumber utama pertanian (penggunaan pupuk) yang teridentifikasi adalah limbah organik, limbah minyak dan total suspended solid.  Peternakan

Dari aktivitas peternakan yang dihasilkan yaitu limbah dari kotoran, urin dan sisa-sisa makanan ternak seperti disebutkan sebelumnya. Limbah-limbah ini selanjutnya dapat menghasilkan limbah organik, limbah minyak dan total suspended solid.

 PLN

Sumber lain yang dapat mempengaruhi terjadinya pencemaran di laut adalah berasal dari aktivitas Pusat Listrik Negara. Dari sumber ini yang teridentifikasi adalah berupa limbah panas dan limbah ceceran minyak.

Setelah melihat sumber-sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan-kegiatan di darat dan sekitarnya maka berikut ini dapat dilihat sumber-sumber pencemaran yang berasal dari aktivitas di laut sendiri. Sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut :


(43)

6

Tuntutan pembanguan di bidang perhubungan memacu pemerintah dan swasta untuk terus meningkatkan prasarana dan sarana trasportasi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah Maluku. Untuk meningkatkan efektifitas mobilitas masyarakat sekitar teluk Ambon maka berbagai fasilitas baik angkutan umum yang dikuasai pemerintah maupun swasta, fasilitas untuk kegiatan perikanan, fasilitas perbaikan atau renovasi kapal juga dioperasikan di wilayah perairan ini. Aktivitas-aktivitas dari pemanfaatan fasilitas yang disebutkan tersebut berpotensi menghasilkan ceceran limbah minyak dan sampah organik lainnya.

Kualitas lingkungan perairan teluk Ambon berdasarkan uraian faktor penyebab dan dari sumber yang dikemukakan maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Oleh karena tingginya intensitas aktivitas para pengguna (pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa) di perairan teluk selama ini yang telah dilakukan, baik yang bersumber dari darat maupun dari laut, tentu memiliki keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan TAD. Aktivitas-aktivitas masyarakat baik di darat maupun di laut tersebut, pengaruhnya perlahan tapi pasti akan menambah beban pencemaran di perairan TAD. Perubahan kualitas perairan TAD akibat masuknya beban pencemaran kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol atau dikendalikan secara baik. Hal ini diduga terjadi akibat alat pengendali dan pengontrol terhadap setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan pada suatu tempat tidak berfungsi secara baik. Kondisi seperti ini, akan mengganggu fungsi yang lain, misalnya fungsi wilayah perairan teluk Ambon yang multifungsi seperti ini tentu akan sangat beresiko terhadap keberlanjutan kehidupan teluk secara keseluruhan bila terjadi pencemaran. Masukan beban pencemaran yang berasal dari pemukiman penduduk, kegiatan pertanian dan peternakan yang masuk melalui sungai-sungai yang bermuara di perairan teluk maupun melalui aliran air permukaan, ditambahkan dengan aktivitas kapal-kapal (transportasi dan perbaikannya) diduga dapat menyebabkan perubahan terhadap konsentrasi bahan-bahan pencemar tersebut di laut. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan penelitian yang perlu dijawab adalah sebagai berikut:


(1)

91 Monnilea callifera 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0124 0.0000 0.0000

92 Monodonta labio 0.0262 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0083 0.0000 0.0000

93 Morula sp 1 0.0218 0.0541 0.1061 0.1047 0.0116 0.0188 0.0087 0.0000 0.0207 0.0000 0.0000

94 Morula biconica 0.0393 0.0541 0.0000 0.1047 0.0349 0.0313 0.0348 0.0000 0.0455 0.0412 0.0000

95 Morula clumosa 0.0131 0.0000 0.1212 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

96 Morula diconita 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

97 Morula granulata 1.2533 0.8649 0.0000 0.9419 0.3721 4.3386 0.3391 2.6573 1.3058 1.3402 0.167

98 Morula funiculus 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0124 0.0000 0.0000

99 Morula hiantina 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0031 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

100 Morula margariticola 0.3974 0.6486 9.3333 0.4767 0.3256 0.1034 0.6174 0.0899 0.7025 0.7732 0.0000

101 Morula muxiva 0.0306 1.5676 0.5758 0.3140 0.0116 0.0000 0.0000 0.0000 0.0207 0.0103 0.1667

102 Nassarius callospira 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0094 0.0000 0.0000 0.0083 0.0000 0.0000

103 Nassarius divaseus 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

104 Nassarius glans 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0056 0.0000 0.0000 0.0000

105 Nassarius globosus 0.4105 0.0541 0.0606 0.0000 0.0000 0.2696 0.0000 0.0112 0.3347 0.2268 0.0000

106 Nassarius limnaeformis 0.0873 0.0000 0.0000 0.0000 0.0116 0.0972 0.1478 0.0169 0.0165 0.0515 0.0000

107 Nassarius livescens 0.3144 0.0000 0.0000 0.0000 0.0116 0.0251 0.0087 0.0337 0.0124 0.0000 0.0000

108 Nassarius margatifer 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0087 0.0000 0.0083 0.0000 0.0000

109 Nassarius olivaceus 0.0175 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0522 0.0281 0.0083 0.0103 0.0000

110 Nassarius pullus 0.3930 0.0000 0.0000 0.0000 0.0465 0.1599 0.0783 0.2303 0.0372 0.0103 0.0000

111 Nassarius semisulcatus 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0909 0.0000 0.0000 0.0579 0.0000 0.0000

112 Nassarius reeveanus 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0063 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

113 Natica sertata 0.1572 0.0000 0.0152 0.0000 0.0233 0.0219 0.0087 0.0056 0.0000 0.0000 0.0000

114 Natica vitellus 0.0044 0.0000 0.0152 0.0000 0.0000 0.0094 0.0000 0.0056 0.0000 0.0000 0.0000

115 Nerita albicila 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0041 0.0000 0.0000

116 Nerita chamaelon 0.0000 0.0000 0.0000 0.0116 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

117 Nerita sp 0.0044 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0031 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

118 Nerita exuvia 0.0044 0.0000 0.0000 0.0465 0.0000 0.0376 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

119 Nerita maxima 0.0000 0.0000 0.0000 0.0116 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000


(2)

Lanjutan Lampiran 13

121 Nerita signata 1.9214 0.6216 0.0000 1.8488 2.6047 0.5549 2.3478 0.4382 3.7769 0.4742 0.0000

122 Nerita planospira 0.0087 0.0000 1.1515 0.0000 0.0000 0.0063 0.0000 0.0169 0.0000 0.0000 0.0000

123 Nerita undata 0.0000 0.4054 0.0000 0.0116 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0103 0.0000

124 Neritina violacea 0.0044 0.0000 0.2727 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

125 Donax sp 0.1522 0.1154 0.2875 0.1246 0.1163 0.1263 0.1308 0.0873 0.2200 0.0772 -0.0096

126 Donax vittatus 0.1537 0.1164 0.2895 0.1260 0.1174 0.1267 0.1324 0.0879 0.2229 0.0779 -0.0103

127 Drupella rugosa 0.1552 0.1173 0.2915 0.1274 0.1185 0.1270 0.1341 0.0885 0.2259 0.0786 -0.0109

128 Euchelus atratus 0.1567 0.11832 0.29351 0.12881 0.1196 0.1274 0.1357 0.0891 0.2288 0.0793 -0.0116

129 Engina mendicaria 0.1582 0.1193 0.2955 0.1302 0.1208 0.1278 0.1374 0.0898 0.2317 0.0800 -0.0123

130 Donax sp 0.1597 0.1203 0.2975 0.1316 0.1219 0.1282 0.1391 0.0904 0.2346 0.0807 -0.0130

131 Donax vittatus 0.1612 0.1213 0.2995 0.1330 0.1230 0.1285 0.1407 0.0910 0.2376 0.0814 -0.0137

132 Drupella rugosa 0.1627 0.1222 0.3016 0.1344 0.1242 0.1289 0.1424 0.0916 0.2405 0.0821 -0.0144

133 Euchelus atratus 0.1643 0.12322 0.30358 0.13580 0.1253 0.1293 0.1441 0.0922 0.2434 0.0828 -0.0151

134 Engina mendicaria 0.1658 0.1242 0.3056 0.1372 0.1264 0.1297 0.1457 0.0929 0.2464 0.0835 -0.0158

135 Eunice sp1. 0.1673 0.1252 0.3076 0.1386 0.1275 0.1301 0.1474 0.0935 0.2493 0.0842 -0.0165

136 Eunice sp3 0.1688 0.1262 0.3096 0.1400 0.1287 0.1304 0.1490 0.0941 0.2522 0.0849 -0.0172

138 Eunice fucata (Cacing) 0.1703 0.1271 0.3116 0.1414 0.1298 0.1308 0.1507 0.0947 0.2551 0.0856 -0.0179

139 Eunaticina papilla 0.1718 0.1281 0.3137 0.1428 0.1309 0.1312 0.1524 0.0954 0.2581 0.0863 -0.0186

140 Ensis sp 0.1733 0.1291 0.3157 0.1442 0.1320 0.1316 0.1540 0.0960 0.2610 0.0870 -0.0192

141 Gafrarium pectinatum 0.1748 0.1301 0.3177 0.1456 0.1332 0.1319 0.1557 0.0966 0.2639 0.0877 -0.0199

142 Gafrarium tumidum 0.1763 0.1311 0.3197 0.1470 0.1343 0.1323 0.1573 0.0972 0.2669 0.0884 -0.0206

143 Gafrorium divaricatum 0.1778 0.1320 0.3217 0.1484 0.1354 0.1327 0.1590 0.0978 0.2698 0.0891 -0.0213

144 Gari amethystus 0.1793 0.1330 0.3237 0.1498 0.1365 0.1331 0.1607 0.0985 0.2727 0.0898 -0.0220

145 Gyrineum biturbiculare 0.1808 0.1340 0.3257 0.1512 0.1377 0.1335 0.1623 0.0991 0.2756 0.0905 -0.0227

146 Hebra corticata 0.1823 0.1350 0.3278 0.1526 0.1388 0.1338 0.1640 0.0997 0.2786 0.0912 -0.0234

147 Hiatula chinensis 0.1838 0.1360 0.3298 0.1540 0.1399 0.1342 0.1657 0.1003 0.2815 0.0919 -0.0241

148 Imbricaria sp2 0.1853 0.1370 0.3318 0.1554 0.1411 0.1346 0.1673 0.1010 0.2844 0.0926 -0.0248

149 Isognomon sp3 0.1868 0.1379 0.3338 0.1568 0.1422 0.1350 0.1690 0.1016 0.2874 0.0933 -0.0255

150 Isognomon sp4 0.1883 0.1389 0.3358 0.1582 0.1433 0.1354 0.1706 0.1022 0.2903 0.0940 -0.0262


(3)

152 Isognomom pena 0.1914 0.1409 0.3398 0.1610 0.1456 0.1361 0.1740 0.1035 0.2961 0.0953 -0.0275 153 Ischnochiton petaliodes 0.1929 0.1419 0.3419 0.1624 0.1467 0.1365 0.1756 0.1041 0.2991 0.0960 -0.0282

154 Janthina janthina 0.1944 0.1428 0.3439 0.1638 0.1478 0.1369 0.1773 0.1047 0.3020 0.0967 -0.0289

155 Laternulla truncata 0.1959 0.1438 0.3459 0.1652 0.1489 0.1372 0.1789 0.1053 0.3049 0.0974 -0.0296

156 Latirus polygonus 0.1974 0.1448 0.3479 0.1666 0.1501 0.1376 0.1806 0.1059 0.3079 0.0981 -0.0303

157 Liga vitiensis 0.1989 0.1458 0.3499 0.1680 0.1512 0.1380 0.1823 0.1066 0.3108 0.0988 -0.0310

158 Litorina scabra 0.2004 0.1468 0.3519 0.1694 0.1523 0.1384 0.1839 0.1072 0.3137 0.0995 -0.0317

159 Donax sp 0.2019 0.1477 0.3539 0.1707 0.1534 0.1388 0.1856 0.1078 0.3166 0.1002 -0.0324

160 Donax vittatus 0.2034 0.1487 0.3560 0.1721 0.1546 0.1391 0.1873 0.1084 0.3196 0.1009 -0.0331

161 Drupella rugosa 0.2049 0.1497 0.3580 0.1735 0.1557 0.1395 0.1889 0.1091 0.3225 0.1016 -0.0338

162 Euchelus atratus 0.2064 0.15069 0.35999 0.17494 0.1568 0.1399 0.1906 0.1097 0.3254 0.1023 -0.0345

163 Engina mendicaria 0.2079 0.1517 0.3620 0.1763 0.1580 0.1403 0.1922 0.1103 0.3284 0.1030 -0.0352

164 Eunice sp1. 0.2094 0.1527 0.3640 0.1777 0.1591 0.1406 0.1939 0.1109 0.3313 0.1037 -0.0359

165 Eunice sp3 0.2109 0.1536 0.3660 0.1791 0.1602 0.1410 0.1956 0.1116 0.3342 0.1044 -0.0365

166 Eunice fucata (Cacing) 0.2124 0.1546 0.3680 0.1805 0.1613 0.1414 0.1972 0.1122 0.3371 0.1051 -0.0372

167 Eunaticina papilla 0.2139 0.1556 0.3701 0.1819 0.1625 0.1418 0.1989 0.1128 0.3401 0.1058 -0.0379

168 Ensis sp 0.2154 0.1566 0.3721 0.1833 0.1636 0.1422 0.2005 0.1134 0.3430 0.1065 -0.0386

169 Gafrarium pectinatum 0.2170 0.1576 0.3741 0.1847 0.1647 0.1425 0.2022 0.1140 0.3459 0.1072 -0.0393

170 Gafrarium tumidum 0.2185 0.1585 0.3761 0.1861 0.1658 0.1429 0.2039 0.1147 0.3489 0.1079 -0.0400

171 Gafrorium divaricatum 0.2200 0.1595 0.3781 0.1875 0.1670 0.1433 0.2055 0.1153 0.3518 0.1086 -0.0407

172 Gari amethystus 0.2215 0.1605 0.3801 0.1889 0.1681 0.1437 0.2072 0.1159 0.3547 0.1093 -0.0414

173 Gyrineum biturbiculare 0.2230 0.1615 0.3821 0.1903 0.1692 0.1440 0.2089 0.1165 0.3576 0.1100 -0.0421

174 Hebra corticata 0.2245 0.1625 0.3842 0.1917 0.1703 0.1444 0.2105 0.1172 0.3606 0.1107 -0.0428

175 Hiatula chinensis 0.2260 0.1634 0.3862 0.1931 0.1715 0.1448 0.2122 0.1178 0.3635 0.1114 -0.0435

176 Imbricaria sp2 0.2275 0.1644 0.3882 0.1945 0.1726 0.1452 0.2138 0.1184 0.3664 0.1121 -0.0442

177 Isognomon sp3 0.2290 0.1654 0.3902 0.1959 0.1737 0.1456 0.2155 0.1190 0.3694 0.1128 -0.0448

178 Isognomon sp4 0.2305 0.1664 0.3922 0.1973 0.1749 0.1459 0.2172 0.1196 0.3723 0.1135 -0.0455

179 Isognomon isognomun 0.2320 0.16736 0.39424 0.19871 0.1760 0.1463 0.2188 0.1203 0.3752 0.1142 -0.0462

180 Isognomom pena 0.2335 0.1683 0.3963 0.2001 0.1771 0.1467 0.2205 0.1209 0.3781 0.1149 -0.0469


(4)

Lanjutan Lampiran 13

182 Janthina janthina 0.2365 0.1703 0.4003 0.2029 0.1794 0.1475 0.2238 0.1221 0.3840 0.1163 -0.0483

183 Laternulla truncata 0.2380 0.1713 0.4023 0.2043 0.1805 0.1478 0.2255 0.1228 0.3869 0.1170 -0.0490

184 Latirus polygonus 0.2395 0.1723 0.4043 0.2057 0.1816 0.1482 0.2271 0.1234 0.3899 0.1177 -0.0497

185 Liga vitiensis 0.2410 0.1733 0.4063 0.2071 0.1827 0.1486 0.2288 0.1240 0.3928 0.1184 -0.0504

186 Litorina scabra 0.2425 0.1742 0.4083 0.2085 0.1839 0.1490 0.2305 0.1246 0.3957 0.1191 -0.0511

187 Litorina peroniki 0.2441 0.1752 0.4104 0.2099 0.1850 0.1493 0.2321 0.1253 0.3987 0.1198 -0.0518

188 Litorina undulata 0.2456 0.17619 0.41237 0.21129 0.1861 0.1497 0.2338 0.1259 0.4016 0.1205 -0.0525

189 Lingula unguis 0.2471 0.1772 0.4144 0.2127 0.1872 0.1501 0.2354 0.1265 0.4045 0.1212 -0.0531

190 Ludya 0.2486 0.17816 0.41640 0.21409 0.1884 0.1505 0.2371 0.1271 0.4074 0.1219 -0.0538

191 Lumbricas sp2 0.2501 0.1791 0.4184 0.2155 0.1895 0.1509 0.2388 0.1277 0.4104 0.1226 -0.0545


(5)

Teluk Ambon Dalam I. Ekologi

1. Keragaman hayati

1.1. Ekosistem 3

1.2. Organisme

1.2.1. Mangrove 3

1.2.2. Lamun 3

1.2.3. Bentos 3

2. Kealamian

2.1.% penutupan karang 1

2.2. Abrasi pantai 2

3. Keunikan teluk 3.1. Karakteristik fisik

3.1.1. Terlindung 3

3.1.2. Arus 3

3.2. Habitat ikan, krustasea 3

dan moluska

Total 24

II. Sosial

2.1. Tingkat dukungan masyarakat 3

2.2. Rekreasi 2

2.3. Budaya 2

2.4. Estetika 3

2.5. Konflik kepentingan 3

2.6. Keamanan 3

2.7. Aksesibilitas 3

2.8. Penelitian & Pendidikan 3

Total 22

III. Ekonomi

3.1. Spesies penting 3

* Jenis ikan pelagis kecil, ikan demersal, krustasea (kepiting bakau & udang-udangan), moluska (gastropoda & bivalvia), & ekinodermata (Taripang) 3.2. Kepentingan perikanan

Daerah budidaya & penangkapan 3

ikan pelagis kecil & demersal

3.3. Bentuk ancaman 2

3.4. Manfaat ekonomi & pariwisata 3

Total 11

Lanjutan Lampiran 14… IV. Kelembagaan


(6)

4.1. Lembaga sosial 2

4.2. Dukungan pemerintah 3

4.3. Infrastruktur 2

Total 7

* Rekapitulasi semua kriteria

Kriteria

Total

%

Ekologi

24

37.5

Sosial

22

34.4

Ekonomi

11

17.2

Kelembagaan

7

10.9